Oke." Erlangga berkata setuju, "Adapun fotografer dan tempat atau sesuatu, serahkan saja padaku. Kita akan pergi besok."
Hannah sedikit terkejut. Dia tidak menyangka bahwa dia akan setuju begitu saja. Dia pikir itu akan memakan waktu sebelum dia setuju.
"Sungguh." Senyuman tipis melingkar di sudut bibirnya.
Dia pasti sudah lama menantikan masalah ini, bagaimana dia bisa mengecewakannya.
Hannah sangat bersemangat sehingga dia mengaitkan lehernya dengan lengannya. Dia membungkuk ingin melihat apa yang akan dia lakukan.
Detik berikutnya, Hannah mencium bibirnya sekaligus.
"Aku mengorbankan istirahat sehari untuk menemanimu mengambil foto seni untuk memberimu hadiah seperti itu?" Erlangga menggenggam pinggang Hannah dengan lengannya dan tersenyum dengan ambigu.
"Kalau tidak, apa yang kamu inginkan?" Hannah berkata dengan sakit perut. Dia edikit tidak yakin, "Aku tidak bisa membiarkanmu membuangnya sekarang."