"Ya, istri ku sangat manis." Dia tanpa syarat setuju dengannya, memegang tangannya erat-erat, dan suaranya sedikit tumpul, "Hannah…"
"Hah? Ada apa?" Hannah tidak menemukannya, dia mengangguk dan menjawab.
"..." Erlangga diam-diam mengatur napas, menekan kegelisahan di hatinya, dengan samar menggerakkan sudut bibir tipisnya, dan berkata dengan lembut, "Bukan apa-apa, pergi dan ganti pakaian."
Setelah berbicara, dia perlahan melepaskannya tangannya.
Setelah pengingatnya, Hannah segera pulih, dengan pipi merah tipis, berbalik dan berjalan ke kamar mandi lagi, memegang pakaian di pelukannya.
Erlangga memandangi telapak tangannya, suhu tubuhnya masih tersisa di atasnya, serta sentuhan lembut yang membuatnya ingin meletakkannya, riak di dalam hatinya.
Yang pasti: Membawa Hannah ke sisinya adalah pilihan yang paling tepat.
Kemudian Hannah mengganti piyamanya dan berjalan keluar, melihatnya masih berdiri di sana, sedikit bingung.
"Erlangga, apakah ada yang lain?"
