Hannah berbaring di tempat tidur, dia menatap kosong pada Erlangga yang sedang membuka pakaiannya, jari-jarinya yang ramping dan kokoh menekan kancing seragam militer yang gagah satu per satu, dia menunjukkan keanggunan dan martabat dalam gerakannya.
Hannah mengawasinya melepas mantelnya dan menggantungnya di gantungan di sebelah tempat tidur. Di baliknya ada sweater abu-abu kasmir dengan v-neck. Dia menyilangkan tangan dan memegang bagian bawah sweater dan mengangkatnya, melepas sweater itu dengan lancar.
Hannah menahan napas saat dia melihat Erlangga membuka pakaian. Gerakan tangan dan kakinya terlalu panas, sehingga dia hampir mimisan ....
Wajah tampan tanpa itu tidak memancarkan ekspresi apapun, tetapi nafasnya terdengar kuat.
Erlangga meliriknya tanpa sadar, dan sudut bibirnya yang kaku mau tidak mau melengkung sedikit.
Bagaimana mungkin dia tidak merasakan tatapannya yang seolah menelannya hidup-hidup?
