Haah..haah..haah "Berhenti!!! Apa yang kau inginkan? Kenapa kau terus mengejar ku?" ....AHHHHHH. Teriakan seorang gadis yang ketakutan memenuhi keheningan malam itu menandakan di mulai nya malam berdarah.
6 bulan kemudian...
*** Tak tak tak, suara berisik orang-orang sibuk yang berjalan dengan cepat memenuhi ruangan kecil itu. "Bagaimana kalian bekerja? Kenapa kasus ini tidak ada kemajuan sama sekali? Apa kalian hanya makan gaji buta hah?". Seorang polisi dengan wajah garang dan memakai pakaian dinas lengkap kepolisian memarahi anak buah nya dengan suara lantang, dan tanpa peduli sekitar nya ia terus memaki dengan keras tanpa memberi kesempatan mereka untuk bicara. Padahal jika saja ia bisa lebih ramah sedikit maka wajah garang nya akan terlihat agak tampan, walaupun ia sudah di usia hampir 40 tahun, tapi wajah dan badan nya masih terlihat bagus dan sehat. Saat suasana sedang memanas seorang wanita paruh baya tiba-tiba masuk dan berteriak, "Tolong, anakku..anakku.." "Tenang bu, mari kita bicara, ada apa?" Seorang pria mendekati wanita tersebut dan menenangkan nya, pria tersebut berparas tampan dan bertubuh kekar dan memiliki senyum yang indah. "Putriku yang pertama sudah hampir 1 minggu menghilang, dan sekarang putri bungsu ku juga menghilang." Jawab wanita parah baya itu. "Aku sudah melaporkan nya ke sini seminggu lalu tapi kalian masih belum memberikan keterangan tentang menghilangnya putriku. Tolong carikan kedua putriku, mereka hartaku satu-satu nya. Hiks hiks hiks" Tangisan wanita itu memenuhi ruangan kepolisisan itu. "Baik bu, akan kami bantu carikan anak ibu, tapi sebelumnya saya perlu keterangan lebih dimana terakhir ibu berkomunikasi dengan putri ibu". Dengan datang nya wanita paruh baya tersebut, polisi berwajah garang yang sedang memarahi anak buah nya tadi menahan amarah nya dan mengatakan, "Kita bahas kasus ini di ruangan saya, masuk."
*** Di dalam ruangan kepala polisi susana masih menegangkan, dengan suara rendah kepala polisi melanjutkan pembahasan kasus yang di mulai dari 6 bulan lalu ini. "Kita sudah menyelidiki kasus ini selama 6 bulan, bagaimana mungkin selama ini tidak ada jejak sama sekali tentang pembunuh nya?" Tanya pak Romi selaku kepala polisi tersebut. "Maaf pak, kami sudah melakukan segala cara, bahkan kami sudah meminta bantuan pihak yang bersangkutan untuk bekerja sama, tapi sungguh jejak pembunuh tersebut tidak dapat ditemukan dimana pun. Seolah pembunuhan itu tidak dilakukan oleh manusia." Jawab salah satu polisi itu. "Lalu maksudmu, hantu yang melakukan pembunuhan itu? Detektif Rian, kamu harus bertanggung jawab atas perkataan mu itu, jangan bicara sembarangan kau." Dengan agak geram kepala posisi memarahi detektif Rian.
Yaa mereka yang ada di ruangan bukan hanya polisi lalu lintas biasa, tapi mereka adalah para Detektif yang menangani kasus pembunuhan berantai di bawah pimpinan langsung kepala polisi pusat kota Jaya. Pembunuhan ini dimulai 6 bulan lalu, dengan ditemukannya mayat seorang gadis remaja berusia sekitar 18-19 tahun di tengah kota pada tengah malam, dengan tubuh penuh luka gigitan. Setelah itu setiap sebulan sekali ditemukan mayat gadis remaja dengan luka yang sama. Dengan 6 bulan ini sudah ditemukan 6 mayat gadis denga luka yang sama dan di 6 lokasi berbeda yang berdekatan satu dan lainnya.
Dengan kasus pembunuhan itu di bentuklah suatu tim beranggotakan 5 orang detektif untuk menyusut kasus tersebut. Detektif tersebut adalah Rian berusia 30 tahun, Tandu berusia 28 tahun, Jani berusia 29 tahun, Kamal berusia 35 tahun, Jaka berusia 33 tahun, dan di pimpin langsung oleh Kepala Polisi Pusat Kota Jaya bernama Romi berusia 39 tahun. Satu-satu nya petunjuk adalah korban gadis ke-enam, sayang nya kondisi nya saat ini masih dalam keaadaan koma, sehingga tidak bisa untuk diinterogasi. Pola pembunuhan selalu sama, korbannya gadis berusia 18-19 tahun, dan selalu dilakukan tanggal 15 setiap bulan nya. Para polisi dan detektif selalu memperketat keaamana kota setiap mendekati tanggal kematian tersebut. Tapi tidak pernah menemukan seorang yang mencurigakan yang mambawa mayat atau melakukan pembunuhan. Padahal gadis-gadis sudah jarang ada yang keluar malam, tapi selalu saja ada korban nya.
"Kalian tahu, dengan tidak ada nya kemajuan kasus ini, Presiden kita sampai mengirim satu anak buah nya, Beliau bilang orang ini bisa diandalkan. Dia akan datang sebentar lagi, saat dia datang berikan semua yang sudah kalian selidiki dan mulai lagi dari awal bersama orang itu." Pak Romi pun mengatakan info yang dia terima langsung dari Presiden. "Tapi pak, siapa orang ini sampai pak Presiden sendiri yang mengirim nya?" Tanya detektif Kamal yang penasaran. "Mana saya tahu. Ingat, siapapun orang nya dia pasti bukan orang sembarangan. Nama nya Jacquelin, dia dari Rusia. Oh dan dia baru berusia 25 tahun." Dengan di sebutkan nya info tidak terduga ini, para detektif pun saling memandang dengan raut wajah yang sama. Orang seperti apa dengan usia semuda itu sudah bisa mendapatkan kepercayaan Pimpinan Negara ini, terlebih dia bukan dari Kota Jaya ini. Semua yang ada diruangan meragukan kemampuan detektif muda itu.
*** Seorang pemuda tampan dengan pakaian yang tidak biasa masuk ke dalam kantor polisi ini. Dia terlihat seperti model dengan wajah bak lukisan yang tidak mungkin ada di dunia nyata, membuat semua yang ada diruangan terbengong. Dia tersenyum, dan dengan suara nya yang dalam dia berkata, "Permisi, saya Jacquelin, saya ingin bertemu dengan Kepala Polisi Pusat Jaya pak Romi."