"Saya akan meminta William kembali" timpal Tuan Scott yang terlihat terjepit di antara perseteruan Ayah dan Anak itu
"Itu lebih baik" kata Tuan besar Wilson sedikit lega dengan sikap Tuan Scott
"Pastikan Anda bisa menanggung amarah dari keluarga Nicollin, terutama Laurent si Psyco itu. Sebaiknya Anda membertahu William siapa yang akan dia hadapi saat kembali" timpal James yang sudah mengetahui konsekuensinya
"Tuan Wilson, saya akan mendukung keputusan putra saya William, tapi ini menyangkut nama keluarga Scott. Saya tidak akan membuat nama baik putra saya tercoreng karena membawa pergi calon istri dari keluarga Nicollin" jawab Tuan Scott khawatir
"Sepertinya anda lebih khawatir dengan nama baik keluarga dari pada keadaan putra anda. Saya sebagai ayah Yohanna bahkan belum menyetujui rencana pernikahan anak saya dengan keluarga Nicollin. Yohanna bukan calon istri siapapun sampai saat ini" jelas James melirik kearah Tuan besar Wilson lalu melangkah keluar ruangan dengan tegas.
"James Wilson!!!" teriak Tuan besar Wilson murka dengan sikap menantang anaknya
~~
"Putriku dan William Scott akan datang, atur tempat tinggal untuk mereka berdua selama berada disana" kata James pada orang suruhannya yang selama ini menjaga Istri dan anak laki-lakinya di Negara K karena Yohanna dan William akan terbang kesana.
"Baik Tuan Wilson, lalu bagaimana dengan Nyonya dan Tuan muda?"
"Untuk sementara waktu jangan biarkan Istriku mengetahui bahwa Yohanna ada di Negara K, atur beberapa pekerjaan supaya dia tetap berada di Luar negeri untuk beberapa saat. Aku akan menghubungimu lagi jika situasi membaik dan biarkan mereka bertemu" lanjut James lalu memutuskan sambungan teleponnya
James tidak bisa membiarkan putrinya terjebak di dalam lingkungan yang selama ini dia benci, betapa Yohanna sangat ingin keluar dari lingkungan yang membuat masa kecilnya terlihat sangat tertekan dan tidak bahagia. Bahkan James sangat jarang melihat senyum dari bibir putrinya ataupun suara gelak tawa
Tanpa James sadari dia melihat dirinya di masa lalu pada pribadi Yohanna, rasa pemberontak dan ingin lepas dari lingkup keluarga yang memuakkan dengan segala peraturan yang di terapkan dengan tegas. Dulu dia bahkan menggunakan pendidikan untuk segera keluar dari sana.
~ Negara A
Jonathan tidak bisa menghubungi Yohanna setelah terakhir mereka video call. Jonathan hanya berpikir jika mungkin saat ini Yohanna sudah berada dalam perjalanan kembali ke Negara A.
Saat ini Jonathan sedang berencana untuk pindah dari apartemen ke rumah, dia sudah memikirkannya sejak terakhir dia mengajak Yohanna untuk tinggal bersama. Jonathan sengaja menunggu Yohanna kembali agar Yohanna bisa memilih dan mengatur segala isi rumah sesuai keinginan dan selera Yohanna.
Ya.. suasana hati Jonathan sekarang dalam kondisi yang sangat baik bahkan dia terlihat sangat ramah saat berada di kampus membalas setiap murid lain menyapanya.
"Jonathan, apakah kamu ada acara hari ini? Ayo ikut bersama kami ke Club" ajak salah satu temannya saat melihat Jonathan keluar dari kelas
"Yohanna akan kembali hari ini, aku akan menjemputnya di bandara" tolak Jonathan
"Bukankah kamu seperti di ikat dengan kencang oleh pacarmu itu? Kamu bahkan sekarang jarang berkumpul dengan kami" kata salah satu temannya
"Bukan dia yang mengikatku, tapi aku sendiri yang memintanya mengikatku" bantah Jonathan lalu berlalu sembari melambaikan tangan
"Aku pikir dia sudah buta karena terlalu lama mencintai Yohanna dan baru terbalas baru-baru ini" gumam yang lain melihat Jonathan pergi meninggalkan mereka
Langit sudah mulai gelap tapi Yohanna masih belum bisa di hubungi, bahkan jadwal penerbangan dari Negara itu sudah tidak ada lagi. Jonathan tidak menyerah dan masih berusaha menghubungi Ponsel Yohanna tapi hasilnya tetap sama
Jonathan kembali melihat jadwal penerbangan Internasional, dia menggenggam erat ponselnya. Menahan emosi yang siap meledak kapan saja.
"Periksa penerbangan dari Negara E atas nama Yohanna" katanya dingin melalui sambungan telepon lalu memutuskannya dengan segera
Jonathan bukan orang sembarangan, walaupun usianya masih sangat muda tapi dia pewaris satu-satunya perusahaan IT di Negara A. bahkan dia menjadi pemimpin di Usianya masih sangat muda karena Ayahnya mengalami kecelakaan.
Tak lama notifikasi masuk ke Ponselnya memberitahukan keberadaan Yohanna saat ini.
"Mencoba membohongiku?" gumamnya pelan lalu melangkah meninggalkan Bandara dengan menggenggam erat ponselnya
~~~
"Sebaiknya jangan mengaktifkan ponselmu untuk saat ini" kata William melihat Yohanna berniat mengaktifkan Ponselnya
"Jika memang ada hal yang sangat penting untuk dihubungi, sebaiknya untuk saat ini Nona memakai telpon rumah" sahut pria parubaya yang sudah pernah Yohanna temui saat dia berada di Negara K untuk pertama kali
Sekarang mereka berdua sudah sampai di rumah sederhana di pinggiran kota yang telah di siapkan oleh orang suruhan James.
"Terima kasih" ucap Yohanna singkat melihat pria parubaya itu pamit pergi meninggalkan mereka.
Yohanna melihat sekeliling rumah, menemukan beberapa bahan makanan penuh untuk beberapa hari kedepan. Ada dua kamar yang sudah tertata rapi dengan semua perlengkapan yang diperlukan.
"Mereka berniat mengurung kita disini" gumam Yohanna setelah menemukan secarik kertas dengan nomer telp tertulis di atasnya yang bisa di hubungi jika mereka berdua membutuhkan sesuatu
"Sebaiknya kamu istirahat dulu, ini sudah malam" sela William melihat Yohanna meremas kertas sebut dan melemparnya di tong sampah yang berada di ujung ruangan.
"Aku terlalu banyak tidur saat di pesawat jadi aku tidak mengantuk sama sekali" sahut Yohanna sembari menarik kopernya ke salah satu ruang kamar dan menutup pintunya dengan cara menendangnya membuat suara benturan yang keras
William masih berdiri di posisi yang sama hanya bisa melihatnya dengan tercengang, ternyata gadis kecil yang selama ini dia kenal sudah benar-benar berubah.
~~~
"Aku tidak bisa pulang sekarang, ada sedikit masalah yang harus aku selesaikan" kata Yohanna melalui telepon yang hanya bisa tersambung dengan kotak suara karena beberapa kali gagal menghubungi Jonathan.
"Aku akan menghubungimu jika aku sudah pulang, telepon aku jika kamu mendengar pesan ini" lanjut Yohanna sedikit frustasi karena beberapa hari ini Ponsel Jonathan tidak bisa di hubungi sementara dia sendiri terjebak bersama William tanpa bisa keluar dari rumah.
William yang tak jauh dari situ memperhatikan sikap Yohanna yang terlihat tertekan, tapi dia tidak bisa melakukan apapun karena Ayah Yohanna melarang mereka keluar guna menghindari CCTV dan lainnya sebab saat ini mereka berdua masih dalam pencarian keluarga Nicollin.
"Kamu menikmatinya?" tanya Yohanna tiba-tiba sembari menoleh kearah William yang sedari tadi menatapnya
William tidak siap dengan pertanyaan yang begitu mendadak dan tidak bisa menjawabnya
"Aku benar-benar ini kabur dari sini" lanjut Yohanna lalu masuk ke dalam kamarnya. Hampir satu minggu mereka berdua tinggal di rumah berdua tapi hanya saat jam makan mereka bertemu, keadaan itu benar-benar membuat mereka canggung.
"Bisakah aku menghubungi ibuku?" tanya Yohanna saat orang suruhan Ayahnya datang untuk mengantar bahan makanan
"Nona, maaf untuk saat ini sepertinya itu tidak mungkin"
"Bagaimana jika aku melihatnya dari jauh" tawar Yohanna lagi
"Saat ini Nyonya Han masih berada di Luar negeri"
"Sejak kapan?" tanya Yohanna penasaran
"Sejak anda datang ke Negara ini" jawab pria itu "Tuan Wilson mengatur pekerjaan Nyonya untuk beberapa waktu agar Nyonya tetap berada di Luar Negeri" jelasnya
"Maksudmu?" sela Yohanna segera "Bagaimana dengan kakakku?" lanjutnya
"Mereka masih berada disini dalam pengawasan ketat kami, untuk sementara ini mereka aman"
"Sebaiknya Nona tidak menemui mereka, demi keamanan mereka" lanjutnya segera bisa menebak apa yang sedang Nona kecilnya itu pikirkan
Yohanna terlihat berpikir keras untuk membuat alasan berikutnya supaya bisa bertemu dengan saudara laki-lakinya tapi semua itu terhenti karena ucapan pria parubaya itu
Melihat itu William yang tengah mengemas bahan makanan itu tersenyum lalu menuju dapur
"Ada masakan yang ingin kamu makan?" tanya William ketika Yohanna yang kini duduk di meja makan dengan malas merebahkan kepalanya di atas meja
"Bisakah kita keluar diam-diam dan membeli makanan di luar" gumam Yohanna seolah tidak memiliki semangat hidup