Ian sangat senang melihat perubahan cepat pada statusnya karena hal itu pasti bisa membuatnya lebih cepat mencapai limit tubuhnya tanpa leveling.
"Bu, berapa lama waktu yang kamu butuhkan untuk mencapai limit tubuhmu tanpa leveling?" tanya Ian dengan rasa penasaran
"Hmm.. Kalau Ibu tidak salah ingat, Ibu membutuhkan waktu 8 tahun latihan fisik, dan setelah Ibu mulai leveling, itu meningkat dengan sangat cepat karena Ibu selalu pergi leveling baik solo maupun bertim" kata Aina dengan lembut
"8 tahunya...." gumam Ian. "Bu.." kata Ian dengan lembut sambil mengangkat kepalanya untuk menatap wajah Ibunya yang sangat cantik.
"Ya Sayang?" balas Aina sambil menatap wajah anaknya yang imut dan mirip dengannya tanpa melepaskan pelukannya
"Apakah Batas Toleransi bisa ditingkatkan?" tanya Ian
"Bisa Sayangku, tapi sangat sulit meningkatkannya" jawab Aina lembut
"Kalau Batas Toleransi melebihi 100% bagaimana Bu?" tanya Ian lagi
"Hmm... Setelah kamu mengatakannya, Ibu tidak pernah mendengar ada yang melebihi 100%, paling-paling mencapai 94%, tapi kita tidak mengenal semua orang yang ada didunia ini, mungkin ada orang-orang diluar sana yang menyembunyikan dirinya tanpa terekspos, dan bisa jadi mereka sangat kuat dan batas toleransi mereka mungkin melebihi 100% atau bahkan 150%, siapa yang tau Apa lagi para petinggi dari HPDA dan Klan Kuat lainnya yang ada di Magic World sangat jarang menunjukkan kemampuannya. Mereka bahakan mungkin memanipulasi statistik mereka agar mereka terlihat sedikit lebih lemah." jawab Ibunya dengan banyak pemikiran
"Hmm" Ian menikmati mendengar Ibunya berbicara
"Bu, bisakah aku bertanya lagi?" tanya Ian
"Bisa Sayang, apapun untukmu pasti bisa Sayangku" jawab Ibunya dengan lembut
"Umm.. Bu, Aku bertanya tanya berapa Umurmu? maksudku, Bu kamu terlihat sangat cantik, muda dan juga sangat kuat. Aku sempat berpikir bahwa kamu mungkin sudah agak berumur dan dengan rentang kehidupan Mage yang menjadi sangat panjang dan bahkan mereka awet muda karena Mana, Aku sering berpikir bahwa kamu mungkin berusia sekitar 40 - 50 tahun atau bahkan lebih, Aku tidak ingin menebak-nebak umurmu Bu, tapi kalau Ibu tidak bersedia juga tidak apa-apa, Aku hanya penasaran" kata Ian yang mengutarakan semua pikirannya tentang Ibunya
Aina terdiam setelah mendengar Ian mengutarakan pikirannya dan kemudian tertawa kecil "Hehehe.. Kamu terlalu banyak berpikir Sayang, Ibumu masih sangat muda, Ibumu berusia 23 tahun saat menmukanmu jadi sekarang usia ibu adalah 29 tahun dan anehnya hari ulang tahun kita sama. hehehe" jawab Ibunya dengan senang sambil tertawa kecil
"Benarkah Bu? Ternyata kamu masih sangat muda dan juga sangat kuat, Aku tidak menyangkanya" kata Ian dengan sangat terkejut karena betapa mudanya Ibunya dan juga sangat kuat pada saat yang sama.
"Hehehe.. Siapa dulu... Ibumu.." jawab Aina dengan sombong
"Bu, Aku mencintaimu" kata Ian dengan lembut dan penuh kasih sayang lalu mencium bibi Ibunya
"Aku juga mencintaimu Sayang, lebih dari apapun" balas Aina sambil membalas ciuman Ian
.....
Keesokan harinya Ian berlatih lagi di tempat latihan sedangkan Aina mengawasinya sebentar lalu memberi tahu Ian bahwa Dia perlu datang keperusahaan untuk urusan penting karena jika urusannya tidak terlalu penting, Aina pasti lebih memilih menemani Ian berlatih.
Ian mulai berlatih seperti kemarin dengan beban seberat 99% dari Batas Toleransinya. setelah latihan hingga sore, Ian melihat statusnya kembali
-----------------------------------------------------------------
[ ~ >>KARAKTER || INVENTORY
Nama [ Ian Eien ]
Level [0]
Ras [High Human]
Bakat [Gamer Body] | [Mini Wolrd | 1:10] | [World Traveler]
HP [6000]
STP [6000]
EP [6000]
Kelas : -
Str [66]
Agi [65]
Vit [63]
Dex [65]
Int [62]
Luc [90] ~]
-----------------------------------------------------------------
"Sepertinya aku harus lebih memaksakan diriku, lagipula aku memiliki bakat Tubuh Gamer. Hal itu tidak akan membuat tubuhku hancur kan?" gumam Ian pada dirinya sendiri.
Aina pulang setelah Ian selesai latihan.
"Bagaimana tubuhmu setelah latihanmu Sayang?" tanya Aina ke Ian yang sedang makan
"Tubuhku terasa lebih kuat Bu, dan aku merasa sakit ditubuhku tapi tidak sesakit kemarin" jawab Ian
"Kalau begitu ayo makan cepat lalu kita berlatih Magic" kata Aina dengan dengan senyum lembut
"Baik Bu.." balas Ian dengan semangat karena dia akan mulai berlatih Magic.
Setelah makan bersama, mekera berdua pergi keruangan belajar Ibunya untuk belajar Magic.
"Kamu tau kan bahwa setiap Mage atau Warior memiliki energi yang disebut Mana di tubuh mereka kan?" tanya Aina yang dibalas Ian dengan anggukan kepala
"Setiap Mage atau Warior minimal memiliki satu afinitas bawaannya sendiri terhadap unsur Magic yang ada di Alam. Dan berdasarkan afinitas inilah seorang Mage atau Warior dapat menggunakan Magicnya. Afinitas terhadap unsur sebenarnya dapat ditambahkan tapi itu tidak sefektif dengan afinitas bawaan dan tentu saja untuk bisa menggunakannya akan lebih sulit apalagi jika ingin menguasainya, itu akan berkali kali lebih sulit tergantung seberapa rumit afinitas yang dipelajari."
"Tubuh seorang Mage atau Warior seperti alat konversi. Dengan memanfaatkan Energi Mana, tubuh Mage atau Warior bisa mengkonversi Energi Mana menjadi Energi lain atau sesuatu yang lain berdasarkan afinitas tubuh mereka."
"Misalkan Serorang Mage atau Warior yang hanya memiliki afinitas terhadap unsur Air dan Petir hanya bisa mengubah Energi Mana mereka menjadi seseuatu yang berkaitan dengan Air atau Petir saja, Mereka tidak bisa mengubahnya menjadi tanah atau api dan sebagainya karena tubuh mereka tidak memiliki cara untuk mengubah Energi Mana kebentuk Energi lain atau sesuatu yang tidak berkaitan dengan afinitas mereka kecuali mereka menggunakan bantuan external"
"Dan bagi Mage atau Warior yang memiliki bakat pemahaman yang cukup tinggi, Mereka dapat menggabungkan efek dari beberapa afinitas mereka seperti Air dan Tanah bisa disatukan menjadi Lumpur, Api dan Tanah bisa disatukan menjadi Lava dan sebagainya. Dan hanya orang yang sangat berbakat yang bisa menggabungkan afinitasnya dengan sangat baik" lanjut Aina
Aina mulai menjelaskan dasar-dasar Magic meskipun Ian sudah membacanya jauh sebelumnya. Setelah menjelaskannya panjang lebar, dan menjawab beberapa pertanyaan Ian, Aina kemudian mempraktikkan contoh penggunaan Magic berdasarkan afinitasnya sendiri.
"Baiklah Sayang, tapi sebelum itu kita harus mengetahui unsur bawaanmu agar pelatihan yang akan kita jalani lebih mudah" kata Aina lalu mengeluarkan sebuah bola kristal bening yang buram dan meletakkannya di meja.
"Sekarang letakkan tanganmu di atas bola kristal ini dan kemudian alirkan Manamu kedalamnya" kata Aina lalu mempersilahkan Ian menguji afinitas unsurnya
Ian berjalan maju dan meletakkan tangannya di atas bola kristal itu dan kemudian menyalurkan Mananya kedalam bola kristal.
Setelah menyalurkan Mananya ke dalam bola kristal, bola kristal itu bukannya berwarna warni menurut unsur yang telah diketahui, malahan bola kristal yang sebelumnya buram menjadi bening yang sangat jernih hingga bola kristal tersebut hampir tidak kelihatan.
Aina yang melihat hal tersebut sangat heran,'Hmm.. ini belum pernah terjadi sebelumnya. Apa sebenarnya yang terjadi? afinitas apa ini?' pikir Aina dengan bingung
"Bu.. Apa yang terjadi? kenapa bola kristal ini malah menjadi bening jernih? bukannya menjadi berwarna warni sesuai afintas unsur? apakah aku tidak memiliki afinitas unsur sama sekali Bu?" tanya Ian dengan nada bingung tapi tidak kecewa karena dia percaya bahwa dia memiliki afinitas terhadap semua unsur berdasarkan informasi pada statistiknya.
"Tidak mungkin Sayang, Ibu percaya bahwa kamu pasti memiliki afinitas unsur yang istimewa karena hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya, lagipula jika seseorang tidak memiliki afinitas terhadap unsur apapun maka bola kristal ini tidak akan memiliki reaksi sama sekali" jawab Ibunya sambil menghibur Ian dan mulai berpikir untuk mengujinya satu persatu dan mungkin saja Ian memiliki afinitas khusus terhadap beberapa unsur atau bahkan semua unsur yang ada.
Setelah Aina menghibur Ian, Aina kemudian mengeluarkan sebuah Skill Book dari inventarisnya tempat rahasianya dan memberikan Ian buku keterampilan terkait Api karena elemen api paling mudah dipelajari.
"Baikalah, sekarang coba kamu pelajari Skill Book itu terlebih dahulu, mungkin itu cocok denganmu" kata Aina lalu mengawasi Ian
Setelah menerima Skill Book dari Ibunya, Ian kemudian mulai membacanya dan mempelajarinya.
Cara mempelajari Skill Book didunia ini sangat unik, yaitu kita harus membaca dan memahami Skill Book terlebih dahulu lalu setelah itu kita meneteskan darah kita ke Rune yang ada disampul Skill Book. Setelah itu kita memegang Skill Book dan meletakkanya di dada kita dan mengalirkan Mana ke Skill Book sambil mengucapkan "Pelajari" dan setelah itu buku tersebut terpecah menjadi seperihan Mana dan masuk kedalam tubuh kita dan kita sudah bisa menggunakan Skill yang telah kita pelajari. Tapi jika kita belum benar benar mamahami inti dari Skill Book tersebut, maka kita tidak akan bisa menyerap dan menggunakan Skill Book itu.
Setelah membaca semua isi Skill Book yang diberikan oleh Ibunya, Ian kemudian menutup matanya dan berkonsentrasi untuk memahami isi dari Skill Book tersebut. Karena Ian telah membaca dan meahami semua teori Magic jauh sebelumnya, Ian dengan mudah memahami makna dan inti dari Skill Book tersebut. Ian kemudian meneteskan darahnya ke Rune yang ada di sampul Skill Book dan kemudian meletakkan didadanya dan menyalurkan Mananya ke Skill Book lalu menucapkan "Pelajari".
Tiba tiba Skill Book yang Ian pegang mulai terpecah menjadi Mana dan kemudian terserap kedalam tubuhnya.
Tubuh Ian diselimuti oleh cahaya merah selama 5 detik setelah menyerap pecahan Mana Skill Book yang dipelajarinya.
[~ DING!!!
Fire Ball telah dipelajari
Afinitas Api telah ditambahkan ~]
Ian kemudian melihat notifikasi sitemnya dan tidak terkejut karena dia telah menduga bahwa dia memiliki semua afinitas unsur Magic.
"Bagimana Sayang? apakah tubuhmu baik baik saja?" tanya Aina khawatir karena dia hanya menduga bahwa Ian memiliki afinitas istimewa terhadap unsur dan masih khawatir jika ada efek samping dari hal tersebut
"Jangan khawatir Bu, aku baik baik saja dan aku tidak merasakan perubahan yang buruk terhadap tubuhku, malahan aku merasa tubuhku menjadi sedikit lebih baik" jawab Ian menghilangkan rasa khawair Ibunya.
Mendengar hal itu, Aina merasa lega karena dia takut Ian mengalami kecelakaan. Aina kemudian mengeluarkan perangkat berbentuk bundar dengan banyak Rune diatasnya lalu mengaktifkannya. Ian bisa melihat bahwa Rune tersebut adalah Rune pertahanan.
"Baiklah Sayang, karena kamu sudah mempelajari Skill Fire Ball, sekarang saatnya kamu mempraktikkannya, jangan khawatir ruangan ini rusak karena Ibu telah memasang penghalang diruangan ini" kata Aina lalu mundur untuk mengawasi Ian dalam menggunakan Skillnya
"Baik Bu" kata Ian lalu maju ketengah ruangan untuk memulai penggunaan Skillnya.
Ian kemudian berdiri ditengah ruangan kemudian mulai mengalirkan Energinya ke tangannya sambil membayangkan bentuk api yang diinginkannya. Setelah beberapa detik, Api merah muncul di telapak tangan Ian kemudian Ian melemparkan Api itu sambil berpikir agar Api itu terlempar menuju ke target yang telah Ian tentukan sebelumnya.
"BOM!!..."
Penghalang yang dipasang Ibunya sedikit bergetar lalu berhenti, tapi itu tidak luput dari perhatian Ibunya.
'Sungguh Kekuatan serangan yang sangat kuat untuk Skill yang sederhana, mungkin Ian memang sangat berbakat menjadi Mage dan Warior? aku harus melatihnya agar dia bisa melindungi dirinya sendiri ketika aku tidak ada disisinya' pikir Aina ketika melihat kekuatan dari serangan Fire Ball Ian.
Karena Ian telah memahami esensi dan inti dari Skill Fire Ball, Ian semakin mudah dalam penggunaannya. Mungkin karena Ian memiliki kontrol penuh terhadap Energinya dan juga memiliki tubuh gamer, Ian merasa lebih mudah dalam latihan Magic ini. Ia merasa sangat mudah menggunakan dan mengendalikan Skill Fire Ballnya setelah mencoba membuat Fire Ball berulang kali.
"Bagaiman Bu? apakah itu sudah cukup?" tanya Ian
"Itu lebih dari cukup sayang, kamu pasti menjadi Mage yang kuat di masa depan" jawab Ibunya dengan senyum senang dan bangga
"Baiklah, latihanmu hari ini sudah cukup, kita akan melanjutkannya lagi besok Sayang" kata Aina
"Baik Bu" jawab Ian kemudian mengikuti Ibunya