Baru sekali itu aku melihat ada orang se ambisius itu memisahkan 2 rumah tangga orang terdekatnya, satu rumah tangga kakaknya dan rumah tangga dari sahabatnya.
Ipar perempuannya ia anggap merebut rezeki kakak laki-lakinya maka ia dengan ambisius berusaha menanamkan kebencian dengan mulutnya agar orang-orang turut membenci ipar perempuannya.
Dan dia berhasil namun rumah tangga kakaknya tetap berjalan mulus hingga ia tiap hari merasa geram, karena menurut penglihatannya kelakuan kakak iparnya hanya menghabiskan uang suaminya dengan pergi berzumba ria, shoping sana sini dan membiayai mertua kakaknya yang sudah masuk masa pensiun, sedangkan ibunya tak di nafkahi kakaknya.
Hingga ia tiap hari bersumpah serapah, dan menginginkan rumah tangga kakaknya hancur berharap kakaknya meninggalkan istri dan keluarganya untuk kembali bersama ibunya.
"Liatin aja, kalo sampai mas Bagus menceraikan Weni dan kembali bersama ibuku hatiku akan sangat puas!"
Begitu setiap hari, setiap waktu ia habiskan waktunya berusaha untuk memisahkan rumah tangga mereka namun dengan cara sangat terselubung.
Ternyata doanya dikabul Tuhan,
Setelah perjuangan doa selama 10 tahun akhirnya kakaknya benar-benar berpisah dari keluarganya.
Malam itu tubuh Mas Bagus yang tambun tak lagi terbangun dan celoteh humornya tak lagi riang, ia terbujur kaku dalam ambulance menuju rumah sakit Bhayangkara, di dampingi anak laki-lakinya.
Setibanya di Rumah Sakit, laki-laki kecil itu tertunduk keluar dari ruang ICU
"Papah udah ga ada" ujarnya pada tante Yaya yang lalu memeluk keponakannya itu dengan linangan air mata, entah bahagia ataukah benar-benar turut berduka.
Tak lama rasa bingung menyeruak dalam benaknya, ia tak mungkin memberitahukan kabar ini pada ibunya, bahwa anak sulung yang ibunya sayangi telah tiada.
Hingga selesai pemakaman mas Agus, 3 hari kemudian ibunya bertanya,
"Kemana ya mas Bagus, koq ngga datang nengok ibu?"
Lalu, tiba-tiba Reza anak laki-laki Bagus, cucu ibu eyang memeluknya seraya menangis
"Papah udah ngga ada eyang, dari 3 hari lalu"
Ibu eyang sontak kaget, saat itu juga asam lambungnya kambuh, sesak nafas tak bisa ia hindari ada dorongan gas yang tiba-tiba menyesakkan dada dan jantungnya, ia terkapar lemas, semua keluarga panik dan membawanya ke Rumah Sakit.
Ibu terbaring di temani tabung oksigen dan selang yang melintang di sana sini, personil nakes tampak sibuk di ruang ICU. Sudah hari ke 4 ibu tak lagi berceloteh menyapa cucu-cucunya.
Tetiba, indikator detak jantung itupun berbunyi datar, pertanda tak lagi bisa membaca detak jantung ibu eyang.
Selang 7 hari, penantian doa yang benar-benar ia perjuangkan agar Mas Bagus berpisah dari keluarganya dan kembali bersama ibunya benar-benar di kabul Tuhan.
Penantian 10 Tahun, 7 Hari sungguh membuatnya lega setengah mati.
#tobecontinued
#truestory