Chereads / Liebe Wand / Chapter 26 - GADIS TERTINDAS

Chapter 26 - GADIS TERTINDAS

Indah sedikit membuka mata saat Abel menepuk-nepuk pipinya dengan sedikit keras, "Bangun!"

Indah tergagap. Ia menemukan dirinya sudah di dalam kamar mandi hanya berdua saja dengan Abel.

"Cepat kamu pakai seragam ini! Dan jangan pernah bilang pada siapapun tentang apa yang terjadi padamu saat ini!" Abel melemparkan seragam buat ganti.

"Dan kalau kamu masih berbuat ulah, apalagi sampai mendekati Wahyu atau Xinan, ingat. Kami tidak akan segan-segan untuk mengambil alih rekeningmu. Dan itu mudah. Uang yang seharusnya kau dapat akan sirna. Karena Maria akan melapor ke Bu Popi dan itu artinya kau tidak lagi menjadi siswa yang bisa mendapatkan uang lagi."

Deg!

Indah tersentak. Tiba-tiba ia ingat kejadian itu. "Tolong jangan laporkan," desisnya.

"Asal kau mau merahasiakan hal ini dan mau melakukan apa saja yang kami perintahkan. Ingat, kami sudah tahu tentang kau dan Xinan di gudang."

"Iya. Tolong jangan laporkan."

"Sekali lagi aku kasih tahu sama kamu,itu bisa menjadi tetap sebuah rahasia jik kamu mau berkerjasama dengan kami, tentang apa yang kita bicarakan tadi."

"Iya, aku mengerti."

"Bagus."

"Tapi tolong ya, jangan laporkan."

"Kamu tenang saja."

"Asal sesuai dengan perjanjian tadi.

Dengan cepat Indahmengangguk. Entahlah, bayangan keluarganya yang akan kelaparan karena tidak mendapatkan uang kirimannya melintas. Dan sekarang, tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain menuruti apa kemauan mereka. Ya, meskipun itu sangat sulit. Tapi, mau bagaimana lagi. Sekarang, posisinya benar-benar di tempat yang sangat sulit.

"Cepat ganti! Keringkan rambutmu dan tutup mulut!" bentak Abel.

Membuat Indah terkejut.

*****

"Dari tadi aku mencari Indah tapi tidak ada. Katanya ke toilet. Tapi kok nggak balik-balik," desis Evrin.

"Ah, sudahlah. Nanti dia juga balik sendiri."

"Iya tapi kan kita harus jaga dia."

Gina menelan ludah, "Iya sih, terus gimana dong. Masak kita harus nyusul dia sih."

"Ah, nggak usah bentar lagi kan masuk."

"Iya, tapi ... dia kemana ya."

"Paling-paling, dia masih latihan bela diri di gudang."

"Latihan. Tapi kan tadi matanya ke toilet."

"Ya, bisa jadi setelah ke toilet dia mampir ke gudang gitu."

Tak lama bel berbunyi. Anak-anak mulai bersiap. Indah memasuki ruangan dengan tatapan lesu. Membuat anak-anak lain terkejut karena di belakangnya, Jeny dan teman-temannya mengekor. Dan ini, adalah hal yang buruk bagi Indah. Sebenarnya,ia sangat benci dengn Jeny dan teman-temannya. Tapi sekarang, tidak ada pilihan lain selain ia harus berdekatan dengan mereka.

"Lah itu Indah," bisik Evrin.

"Tapi kenapa sama Jeny dan teman-temannya," kata Gina terbelalak.

"Ok guys, ada pengumuman penting buat kalian." Seru Jeny saat mereka sudah tiba di depan kelas.

"Mulai hari ini, kita punya anggota baru. Dia anggota kita." Jeny merangkul Indah dengan kasar. Membuat semuanya tersentak.

"Eh, pasti kalian cuma mau ngerjain Indah. Sudah gak usah aneh-aneh." Kata Leo sambil menarik Indah.

"Kamu nggak usah ngatur-ngatur!" teriak Jeny.

Evrin dan Gina berpandangan. Bingung dengan apa yang harus dilakukannya.

"Maaf, Leo, lepas!" lirih Indah.

"Apa. Kamu mau jadi bagian dari mereka?"

Indah mengangguk. Membuat semua orang heran. Kevin menelan ludah. Tak rela jika Indah berteman dengan geng cantik.

"Sudah jelas kan. Indah sendiri yang mau."

"Tapi Jen ...," Evrin tercekat. Terus terang ia sangat segan jika harus bicara langsung dengan Jeny, mengingat Ayah Jeny adalah pemilik perusahaan tambang emas terbesar di negeri ini.

"Sudah, tidak perlu ada yang protes. Kau juga." Desis Jeny menatap Leo dengan tajam.

Evrin mengambil nafas panjang. Ia tak menyangka Indah mau bergabung dengan Jeny dan teman-temannya. Tapi, kenapa Indah mau sama mereka. Indah kan sangat nggak suka dengan geng sok cantik itu. Pikir Evrin dalam hati.

Semua pun segera kembali ke tempat duduk masing-masing.

*****

Indah baru saja merapikan bukunya saat Evrin dan Gina menghampirinya. "Ndah, kamu sudah nggak mau berteman sama kita lagi?"

Deg!

"Bukan begitu Vrin, tapi ...."

"Tapi apa?" desak Gina, "tapi karena mereka geng cantik dan kau pasti langsung mau berteman sama mereka kan."

Indah menggeleng, "Bukan, bukan masalah itu. Sebenarnya, aku juga heran sama kalian. Kenapa tiba-tiba mau temenan sama aku. Tapi, mereka nggak ngajak aku berteman gitu aja kok."

"Lantas?"

"Indah, tolong rapikan bajuku ya. Ini konci lokernya." Desis Jeny sambil melempar senyum pada Evrin dan Gina.

Indah menerima konci itu dengan takut-takut.

Kenapa Indah jadi berubah begini. Biasanya ia selalu melawan kan. Bisik Evrin dalam hati.

"I iya ...." Lirihnya sambil menerima bungkusan plastik berisi baju Jeny.

"Kok kamu mau aja disuruh-suruh. Seharusnya jangan mau Ndah." Bisik Gina saat Jeny sudah pergi.

"Sudahlah gak apa-apa kok. Mulai sekarang, kalian gak perlu terus belain aku ya. Biarkan aku nyelesain masalahku sendiri. Entah dengan cara apa," lirih Indah. Bayangan kehidupan keluarganya selalu menari di pelupuk mata. Mau bagaimana lagi. Orang miskin memang selalu tertindas seperti ini bukan.

"Tapi, sebenarnya apa yang terjadi. Apa kamu diancam?" selidik Evrin.

"Kapan-kapan aku jelasin ya. Sekarang, aku harus pergi. Jangan sampai Jeny kembali dan marah-marah lagi."

"Tapi Ndah, kamu bisa karate, kamu bisa ngeluarin ...."

"Udah, makasih kalian udah mau nemenin aku. Kalian teman aku banget. Nggak tahu kalau nggak ada kalian gimana. Udah ya, aku duluan. Maaf ...."

Dengan terpaksa Indah berlalu meninggalkan Evrin dan Gina yang masih heran dengan sikapnya.

"Tapi Ndah ...," teriak Evrin.

"Shuut udah-udah. Kalau dia nggak mau ya udah nggak apa-apa." Sergah Gina sambil merapikan rambut ikal sebahunya.

*****

Wahyu dan yang lainnya hanya bisa menahan emosi saat Indah harus bolak-balik mengambil makanan untuk semua anggota geng cantik.

"Makasih ya cantik, silahkan duduk." Kata Jeny sambil mulai menikmati makanannya.

Meski canggung tapi Indah mulai duduk dan makan. Lihatlah, mereka semua sangat cantik dan hanya aku saja yang jelek. Pikir Indah dalam hati.

"Indah, tolong bersihkan sepatuku dong. Tadi aku lupa mau membersihkan. Buru-buru soalnya." Ujar Maria, dengan nada menghina daripada minta tolong.

Deg!

Xinan melirik Maria yang menurutnya sudah kelewatan. Tapi, ia tak mau mengambil masalah. Jadi lebih baik diam saja.

Leo meletakkan sendoknya dan ia beringsut keluar. Tak tahan melihat pacarnya diperlakukan semena-mena sementara ia tak bisa berbuat apa-apa. Sungguh, ia marah dan kecewa dengan dirinya sendiri. Meskipun Ayahnya adalah seorang pemilik hotel ternama di kota ini, tapi, kekayaaan itu masih membuatnya sangat minder. Sungguh, mungkin kalau dinilai, ia peringkat dua setelah Indah sebagai anak yang paling miskin di sekolah ini.

"Eh, kok kamu bengong sih. Ayo bersihkan!" gertak Maria.

Indah gemetar. Pelan, ia mengambil tisyu dan mengelap sepatunya.