Satu tahun Anes menjalin hubungan dengan laki-laki yang umurnya di atas satu tahun dengannya, awalnya hubungan mereka berjalan dengan lancar dan Anes sempat mengira bahwa hubungan mereka akan terus berlanjut. Namun siapa sangka Anes mengetahui kalau pacarnya itu selingkuh dengan mantannya sendiri, Anes tidak menyangka bahwa dia akan melakukan hal setega itu dan menghancurkan perasaannya, Anes pikir dia orang yang benar-benar menyayanginya dengan tulus tapi ternyata semua itu salah. Hubungan mereka berakhir dengan pertengkaran karena adanya orang ketiga yang tidak lain adalah mantannya sendiri, Anes memutuskan hubungan dengannya dan membuang jauh-jauh perasaan yang dia miliki terhadapnya. Hari demi hari berlalu dan tanpa di sadari Anes telah berhasil melupakannya.
***
Suara alarm berbunyi lantang dan berhasil membuat Anes terbangun dari tidur nyenyak.
"Aneisha! Mau sampai kapan kamu tidur terus?" Suara ibu Anes memanggil bersamaan dengan bunyinya alarm di ponsel milik Anes, namun kali ini suara ibunya terdengar sedikit garang sambil mengetuk-ngetuk kasar pintu kamar.
Anes bangun dengan mata yang masih sedikit terpejam karena Anes merasa ini masih terlalu pagi untuk bangun di hari Minggu yang cerah, Anes berjalan ke arah pintu sambil membukanya agar ibu berhenti mengetuk pintu.
"Aku udah bangun," ucap Anes pelan sambil menatap wajah ibunya yang terlihat sedikit kesal, entah apa yang membuatnya kesal sepagi ini Anes tidak tahu itu.
"Cepat mandi, dan ikut ibu ke pasar," ucap ibu sambil membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan Anes yang masih berdiri di depan pintu.
Anes langsung bergegas ke kamar mandi karena Anes tidak ingin membuat ibunya semakin kesal meski Anes tidak tahu apa penyebab ibunya menjadi kesal.
Beberapa saat kemudian setelah selesai bersiap-siap Anes langsung bergegas bersama ibu dan menuju pasar untuk membeli bahan makanan, dan selama di perjalanan Anes seperti melihat seseorang yang wajahnya tidak asing.
"Anes.." Orang itu mengucapkan nama Anes ketika melihatnya dari seberang jalan yang ada di depan matanya.
Anes sesaat memperhatikan orang tersebut memastikan apakah dia mengenalnya atau tidak, tapi setelah cukup lama dia memperhatikan ternyata itu adalah Andri mantan kekasihnya yang berselingkuh.
"Anes, kalo jalan itu liat ke depan," ucap ibunya sambil menyentuh pundak Anes.
"Ah iya Bu," Anes menjawabnya sambil menghela nafas karena orang yang dia lihat ternyata Andri.
Jam-jam yang melelahkan akhirnya sudah berlalu Anes merebahkan tubuhnya di atas kasur, niat hati ingin menghibur diri karena dia melihat kenangan yang buruk di hari ini namun niatnya itu terhalang ketika ibu memanggilnya lagi.
"Anes, cepat keluar," ucap ibunya sambil mengetuk pintu kamar.
"Ah, iya," Anes menjawabnya dengan nada pelan dan badannya terasa sedikit lesu.
Setelah Anes berada di ruang tamu dia melihat ibunya sedang memegang satu kardus kecil yang entah dari mana di dapatkan oleh ibunya itu.
"Ada apa Bu?" Anes bertanya dan dia tidak peduli dengan sebuah kardus yang di pegang oleh ibunya.
"Tadi ada kurir yang datang kesini katanya punya kamu," ibunya menjawab sambil menyerahkan kardus itu kepada Anes yang terlihat nampak bingung karena dia tidak merasa memesan apapun.
"Punya aku? Tapi aku nggak pesen barang apapun," ucap Anes dan kedua alisnya bertaut penuh tanda tanya.
"Mungkin ini dari pacarmu," Ibu berucap sambil meletakkan kardus itu di atas meja dan meninggalkan Anes sendirian.
Anes berdiri kebingungan sambil memegang kardus tersebut, tidak ada nama pengirim atau apapun kardus itu hanya di selimuti dengan plastik coklat dan diikat dengan pita merah. Karena Anes ingin segera tahu apa isi dari kardus tersebut Anes membawanya ke dalam kamar.
Sesampainya Anes di kamar dia langsung membuka kardus tersebut dan dia sedikit terkejut dengan isinya, kardus itu berisi boneka Teddy bear kecil dan dua batang coklat lalu ada sepucuk surat di punggung Teddy bear itu.
"Hai, apa kabar? Lama tak jumpa ya, ah iya aku mau minta maaf atas semua kesalahanku terhadapmu dan kalau boleh aku ingin bertemu denganmu di taman nanti sore," Isi surat yang ada di punggung Teddy bear tersebut.
"Andri," batin Anes sambil merobek surat itu dan membuangnya ke tempat sampah, dia juga langsung meletakkan boneka dan dua batang coklat di atas mejanya.
Anes pun berniat untuk memberikan boneka serta coklat tersebut kepada anak kecil yang berada di dekat rumahnya.
Sore hari pun akhirnya tiba tapi Anes tidak peduli jika Andri sudah menunggunya di taman karena Anes tidak berniat untuk pergi keluar sore ini apa lagi perginya hanya untuk menemuinya, namun di sisi lain Andri sudah menunggunya di taman sambil membawa satu batang bunga mawar cantik. Berjam-jam Andri menunggu tapi Anes tidak kunjung datang menemuinya, karena sudah lelah menunggu sendirian Andri akhirnya memutuskan untuk menemui Anes di rumahnya.
Anes tidak tahu sama sekali kalau Andri akan datang ke rumahnya, Anes sore itu sedang memberikan boneka dan coklatnya kepada anak yang dia temui, di jalan pulang Anes kebetulan bertemu dengan Andri yang akan datang ke rumahnya.
"Anes!" Andri memanggilnya sambil menghentikan motor di samping Anes yang saat itu sedang melewati jalan sendirian.
"Eh!" Anes sangat terkejut melihat Andri sudah berada di sampingnya.
"Kenapa kamu nggak dateng ke taman?" Andri bertanya dengan raut wajah serius sambil memegang kencang pergelangan tangan Anes.
"Apaan sih, apa urusannya sama gue?" Anes menjawabnya dan berusaha melepaskan tangan Andri yang memegang tangannya begitu kencang."Lepasin ngga!" Lanjut Anes dengan raut wajah marah kepada Andri.
"Kamu harus ikut aku dulu," ucap Andri sambil memaksa Anes naik ke atas motornya bertujuan agar Anes mau ikut bersamanya.
"Apaan sih lo gila ya? Lo mau apa sih hah!" Anes berucap sambil menahan sakit karena Andri terus memegang kencang tangannya.
Usaha Andri sepertinya sia-sia karena ada dua orang laki-laki setengah baya yang membantu Anes ketika dia berteriak meminta tolong. Kedua laki-laki tersebut akhirnya memarahi Andri karena sikapnya sudah kelewatan terhadap Anes, Anes yang saat itu ketakutan langsung di antar pulang oleh kedua laki-laki tersebut. Andri merasa kesal karena dia gagal membawa Anes pergi bersamanya.
"Cih!" Andi bergumam sambil memandang Anes yang hampir menghilang dari pandangannya.
Ibunya Anes panik ketika melihat anak gadisnya di antar pulang oleh kedua laki-laki tersebut, ibunya melihat Anes meneteskan cairan bening dari pelupuk matanya.
"Astagfirullah, kamu kenapa sayang?" Ibu bertanya sambil memegang pipi Anes dengan raut wajah khawatir. Namun Anes tidak menjawab pertanyaan ibunya.
"Tadi kami melihat Anes mau di bawa paksa sama cowo," ucap salah satu laki-laki yang berdiri di belakang Anes.
Bersambung...