Chereads / Cadmael cade / Chapter 1 - Sumur tua

Cadmael cade

ugura
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 3.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Sumur tua

Masih menjadi misteri tentang keberadaan dunia lain. dunia yang mana terdapat sihir dan hal-hal ajaib di luar pemikiran dan logika manusia. apakah dunia seperti itu ada?.

Arch seorang anak berusia 14 tahun yang sering membaca buku cerita bergambar. Arch sangat suka melihat gambar fantasi dari buku cerita tersebut.

Arch sangat menyukai buku cerita fantasi di mana banyak mahkluk hidup aneh di dunia tersebut. terkadang Arch juga membaca novel dan berimajinasi bagaimana bentuk mahkluk dalam cerita itu.

Ibu Arch selalu membacakan buku untuk Arch sebelum tidur. Arch selalu senang mendengar cerita itu. terkadang ayah Arch membawa buku sebagai hadiah untuk Arch yang menyukai buku bercerita.

Arch anak yang pintar dibandingkan anak-anak lain. di saat anak-anak seusia Arch bermain dengan teman sebaya. Arch malah lebih membaca buku di rumah dan terkadang membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah.

"Arch, tolong ambil sayuran di belakang rumah kita!." suruh ibu Arch yang sedang mencuci piring.

"Baik ibu." jawab Arch yang mengambil keranjang kecil untuk wadah sayur.

Saat Arch hendak pergi ibunya memanggil "Arch dengar ibu ya, jangan mendekati sumur yang ditutup oleh papan!." wanita cantik dengan rambut panjang tergerai berwarna merah mengingatkan Arch.

"Tenang saja, aku tidak akan mendekat ke sumur itu ibu." Arch langsung berlari menuju halaman belakang rumah.

Halaman yang tidak luas dan berisi aneka sayuran terawat dengan baik. bunga-bunga juga terlihat walau lebih banyak sayuran yang ditanam.

Suana hangat dan damai diiringi angin sepoy-sepoy menambah nuansa keindahan halaman yang ditanami sayuran tersebut.Arch memetik sayuran sambil melihat sekeliling. mata Arch selalu teralihkan pada pemandangan tersebut yang membuatnya mengingat suatu cerita fantasi di mana salah satu tempat aneh dan sangat menakjubkan.

Saat Arch selesai tiba-tiba saja ada suara yang memanggilnya. suara yang terdengar jauh, tapi jelas membuat Arch penasaran dan mengkuti suara itu hingga sampai di sebuah sumur yang ditutup rapih oleh kayu.

"Jadi sumur ini yang dimaksud ibu." Arch memandangi sumur itu. di saat itu suara ledekan terdengar di dalam sumur hingga membuat kayu yang menutupi lubang sumur hancur.

"Eh, penutup sumur itu hancur!." Arch terkejut secara spontan melempar keranjang sayurannya. saat dia hendak pergi sebuah tali akar tumbuhan keluar dari sumur dan menarik kaki Arch.

Arch segera mengambil batu yang ujungnya lancip dan memotong akar itu sekuat tenaga. walau akar berhasil dipotong, namun akar itu muncul lagi yang membuat Arch terseret.

Akar semakin kuat saat Arch melakukan perlawanan. Arch berpegangan pada ujung sumur dan berteriak sekencang mungkin " Ibu tolong!." Arch berteriak sampai suaranya serak. Arch terus menerus berusaha melepaskan diri dari akar aneh itu yang ingin menariknya ke dalam sumur tua tersebut.

Wajah ketakutan terlihat pada Arch. anak itu menoleh ke lubang sumur yang gelap tanpa ujung. Arch semakin ketakutan dan terus berteriak meminta tolong, tapi terlambat saat ibunya berlari ke arah Arch melepaskan pegangan karena sudah tidak kuat lagi.

Ibu Arch panik dan berusaha menggapai tangan anaknya itu. sayangnya Arch sudah tercebur ke dalam sumur tua. badan Arch serasa hancur terbentur air dari ketinggian. rasa sakit yang amat nyeri itu dan air yang terus masuk ke dalam mulut Arch membuat dia semakin tenggelam. tangan Arch mencoba meraih ke depan dengan mata yang perlahan menutup.

Satu kata yang Arch ucapkan "Ibu" seketika setelah Arch mengucapkan itu sebuah cahaya yang makin lama terang menyinari sekeliling hingga cahaya itu meledak silau. Arch menutup matanya berpikir dirinya sudah diambang kematian.

Ibu Arch sangat syok melihat anaknya masuk ke dalam sumur tepat di depan mata, tak lama ibu menelpon ayahnya Arch yang sedang bekerja.

Ayah Arch juga langsung bergegas pulang setelah menerima telpon dari istrinya, bahwa anaknya tercebur ke dalam sumur. Ayah Arch yang langsung sampai memeluk istrinya yang menangis tepat di depan sumur.

"Tenanglah, Arch pasti baik-baik saja." ujar Ayah Arch yang berusaha menenangkan istrinya dan menelpon badan pencarian dan pertolongan terdekat.

"Hiks, Arch maafkan ibu yang lalai ini." Ibu Arch mengusap air matanya.

Sementara itu Arch terbaring di suatu tempat yang penuh rumput hijau berhembus angin dan kicauan burung. Arch membuka matanya dan memegang kepala yang masih sakit itu.

Mata Arch terbelalak melihat pemandangan sekitar yang begitu asing baginya. Arch melihat pakaian dan rambut yang kering yang seharusnya basah karena terkena air sumur itu.

Arch langsung bangun dan berjalan ke sekeliling area itu. pohon besar yang terlihat seperti ratusan tahun, bukit yang terlihat walau jauh, dan terdapat dua matahari.

"Dua Matahari?." Arch kebingungan melihat matahari tersebut. Arch juga melihat kalung berbentuk kunci kecil berwarna emas yang tiba-tiba saja berada di lehernya. bukan hanya kunci, tapi satu anting di kiri berbentuk lingkaran dengan dua warna hitam dan putih.

Gelang berbentuk dua bulan yang menyatukan dan cincin hijau di jarinya. Arch terheran-heran melihat aksesoris yang begitu saja ada di tubuhnya itu. Arch berusaha berpikir apa yang terjadi. Arch berusaha tenang dan mulai berjalan meninggalkan tempat itu.

"Bagaimana ini?." Arch bingung harus berbuat apa. dirinya hanya sendirian saja dan bisa kapan saja mati terbunuh, seharusnya dia tidak mengikuti suara itu, percuma Arch menyesal tentang itu, karena sekarang dia harus mencari cara untuk pulang ke rumah.

Ibunya mungkin khawatir dan menunggu Arch, jadi rencana pertama Arch adalah pulang ke rumahnya. mau bagaimanapun Arch hanya seorang anak yang tersesat ke dunia ini. dia harus mencari orang-orang sekitar dan bertanya pada mereka.

"Aku harus kemana?." saat Arch dilanda kebingungan tiba-tiba dia mendengar suara imut memanggilnya.

"Salam kenal, namaku Audrey." sosok melayang berbentuk cahaya putih keluar dari gelang Arch.

"Eh, hantu!." Arch terkejut melihat sosok itu. sontak dia berusaha memukul.

"Jahatnya, aku ini bukan hantu, tapi ektensi dari kekuatanmu." ucap sosok putih itu yang melayang-layang di udara.

"Jadi begitu, tapi kenapa kamu muncul di gelang ini?." tanya Arch yang melihat sosok melayang-layang tersebut.

"Yah, karena gelang itu menyimpan energi untuk aku makan juga sudah menjadi rumahku disini."

"Rumah? di gelang ini apa bisa?." heran Arch yang melihat gelangnya.

"Tentu, baiklah aku akan menjelaskan sekarang Arch ada di dunia di mana sihir itu ada. Arch juga bisa memakai sihir loh cuman perlu latihan agar kau bisa mengendalikan sihir tersebut dengan baik. semakin kuat pikiranmu yang tersambung ke sihir itu semakin besar pula energi sihir yang dapat di keluarkan. intinya sihir itu kuat dan memiliki bentuk, karena si pengguna memiliki imajinasi dalam menggunakan sihir tersebut." sosok itu menjelaskan pada Arch bahwa sihir dapat digunakan dengan memfokuskan pikiran agar energi dapat terkumpul dan menjadi berwujud.

"Oh, jadi aku harus konsentrasi dalam menggunakan sihir?." kemudian sosok cahaya itu menjawab "Betul, kalau konsentrasi pecah maka sihir yang dikeluarkan sangat berdampak kecil begitupun sebaliknya. ada juga sihir keturunan yang hanya bisa digunakan oleh mereka yang memiliki ikatan darah." jelas sosok itu.

"Hebat, sihir benar-benar sesuatu yang tidak masuk akal." Arch begitu gembira. wajahnya berbinar mendengar ucapan dari sosok cahaya itu.

"Nah, sekarang coba kamu bayangkan suatu wujud dan berkata 'berubah' padaku!." sosok itu meminta Arch membayangkan wujud untuk mengubah bentuk.

"Siap Audrey." Arch menutup matanya membayangkan suatu wujud yang dia ingat lalu mengarahkan tangannya pada sosok itu dan berkata "Berubah!." seketika sosok cahaya itu berubah menjadi bentuk yang dibayangkan Arch.

Berwarna coklat, berbulu halus, imut, dan disukai anak-anak. bentuk sosok itu berubah menjadi boneka beruang yang terlihat lucu. Arch yang melihat langsung memeluk boneka tersebut.

"Lembutnya." Arch menempelkan pipinya pada badan boneka beruang yang melayang. boneka beruang berkata "Aku tidak masalah selama kau menyukai ini." boneka itu menggaruk kepalanya walau tidak gatal.