Setelah berkeliling Desa sebentar pada akhirnya Andi merasa sudah cukup untuk mengenal ya grafis dari desa tempat ia tinggal saat ini, perasaan perutnya sudah lapar dan juga melihat matahari yang sudah meninggi Andi merasa ini sudah waktunya untuk pulang makan siang, jadi kemudian dirinya segera bergegas menuju ke arah rumahnya.
Sesampainya di rumah dirinya sudah bisa mencium aroma dari masakan yang dibuat oleh kakaknya, " kakak aku pulang....." Teriak Andi ke dalam rumah
Intan yang saat ini sedang masak mendengar teriakan dari Andi tersenyum dan menjawab kembali " Segera cuci tangan mu dan makanan akan segera dihidangkan" jawab sang kakak
" Baiklah kak" jawab kembali Andi
Kemudian tanpa berpikir lama, Andi segera bergegas menuju ke arah kamar mandi dan di sisi lain saat dirinya pergi ke kamar mandi kedua orang tuanya pulang dari ladang, " ya nampaknya intan sudah selesai masak" kata sang ayah kepada istrinya
" Biar aku lihat, apakah harus ada yang dibantu" jawab sang ibu kemudian menuju ke dapur
Melihat Intan yang saat ini sedang sibuk untuk memindahkan piring sang ibu yang melihat hal tersebut segera bergegas membantunya, di sisi lain ada yang telah keluar dari kamar mandi melihat ibunya membantu kakaknya memindahkan makan ke meja makan segera ikut serta, jadi tak lama kemudian dirinya setelah menyelesaikan menata makanan dimeja makan memanggil saya.
" Ayah ayo makanan udah siap" kata Andi memanggil sang ayah yang masih beristirahat di bangku
" Oh sudah selesai, baiklah ayah akan cuci tangan dulu" berkata sang ayah membalas Andi
Tak lama kemudian mereka berempat pun makan siang bersama di meja makan, kali ini makanan yang dimasak oleh Intan terdiri dari beberapa sayuran tumis dan juga sayuran kuah dengan rebusan ikan dan juga beberapa gorengan, semuanya bisa dikatakan sangat lezat dan Andi sangat menikmati makanan tersebut.
Sambil makan kemudian seperti ayahnya mengingat sesuatu dan berkata " intan besok adalah hari ulang tahun kami yang ke 15 kan?" Tanya sang ayah memulai percakapan
" Iya ayah, ada apa?" Tanya kembali intan
" Bukankah kamu sudah diberi tahu ibumu" kata sang ayah kembali
" Soal uji bakat kamu sayang" sang ibu menjelaskan
" Ohhh....soal itu, intan lupa kalo ibu tidak mengingatkan" jawab intan tersenyum
" Nah kalo begitu besok kamu ikut ayah dan ibu, kita kebelakang gunung " kembali sang ayah berkata
" Baik ayah" jawab intan dengan nada gugup dan senang, bagaimana mungkin dirinya tidak gugup dan senang karena pada dasarnya ini adalah momen penting dalam hidupnya, di mana bisa dikatakan bahwa nasib dirinya untuk menjadi seorang penyihir atau manusia biasa ditentukan saat ini, jadi kemudian dalam hal ini dirinya memiliki antisipasi yang besar.
Tentu saja bersama hal tersebut ada harapan dan juga ada keraguan yang beriringan bersama, maklum saja hal tersebut dia rasakan karena jika berhasil tentunya dia merasa sangat senang dan tujuan selanjutnya dari apa yang dia cita-citakan mungkin bisa diwujudkan, tetapi kemudian jika gagal dan ia pasti sedih dan untuk sesaat merasa bahwa apa yang dia inginkan nampaknya terbang jauh begitu, lagi tidak bisa dikatakan sepenuhnya pupus tapi pada dasarnya terlalu kecil untuk bisa mendapatkan kesempatan tersebut. Jadi dalam hal ini Intan menaruh harapan yang besar pada ada acara bakat yang akan dilakukan keesokan harinya.
Di sisi lain Andi yang mendengar percakapan dari orang tuanya dan juga kayaknya menjadi bingung, tetapi kemudian deh samar-samar mengingat tentang obrolannya bersama dengan kakaknya tentang penyihir, dan ketika dia memikirkan hal tersebut mau tidak mau kemudian Andi berpikir bahwa mungkin yang dibicarakan orang tuanya adalah untuk mengetahui bakat dari sang kakak, Apakah itu memiliki bakat sihir atau tidak.
Setelah dirinya menebak hal tersebut kemudian dia menjadi bersemangat dan tanpa sadar segera berkata kepada ayahnya " ayah, Andi mau ikut liat uji bakat kakak" kata Andi menyela sang ayah
" Ohhhh apakah kamu benar-benar ingin ikut?" Tanya sang ayah
" Yasa.....Andi mau lihat" jawab Andi dengan mantap
" Ok tapi sebelum itu, biar ayah perjelas ke kamu, bahwa besok adalah tes uji bakat sihir, yang sangat penting untuk kakak mu, dan disana kamu juga harus mengerti, dan sadar bahwa segala sesuatunya itu pasti ada yang berhasil dan gagal, jika berhasil kamu jangan iri dengan kakakmu dan jika gagal kamu harus bisa mengambil pelajaran darinya, ayah di sini menekankan kepada kalian berdua untuk bisa menerima apa pun hasilnya, karena kembali lagi hal tersebut sudah ditakdirkan" kata sang ayah kepada keduannya
" Intan mengerti ayah" jawab intan
" Andi juga" kata Andi
Jadi kemudian, makan siang mereka berubah menjadi pembelajaran dasar yang diberikan oleh ayahnya juga ibunya tentang sihir, semakin Andi mendengarkan penjelasan dari ayah dan ibunya, semakin dirinya takjub dengan dunia sihir yang dijelaskan, terlebih lagi dirinya merasa orang tuanya nampak berpengetahuan dan dalam hal ini dirinya sudah menduga bahwa baik ayah dan ibunya pasti bisa dikatakan sebagai seorang penyihir.
Jadi kemudian dalam hal ini dia sudah membayangkan berbagai macam hal, yang berhubungan dengan dunia sihir. Makan siang tersebut berlangsung sangat menyenangkan setelah menyelesaikan makan siang mereka baik ayah dan ibu Andi melanjutkan pekerjaan mereka kembali menuju ladang.
Di sisi lain kakaknya Intan pergi ke kamar untuk mempersiapkan diri tentang bakat uji sihir yang akan dia mulai keesokan harinya, sedangkan untuk Andi karena dirinya merasa menganggur kemudian dirinya pergi ke arah depan sungai di mana jarak dari rumahnya tidak terlalu jauh, Andi merasa bahwa di saat seperti ini ketika waktu matahari sudah mulai berpindah menuju ke senja, dirinya merasa bahwa sangat bagus untuk memancing. Jadi kemudian tanpa menunggu lama dengan segera pergi mengambil alat pancing dan mencari cacing tanah di sekitar pekarangan rumahnya.
Dikarenakan tanah yang begitu subur sehingga pada dasarnya tidak sulit untuk menemukan cacing untuk memancing, setelah mendapatkan umpan dirinya segera bergegas menuju ke arah sungai, dan hanya seketika melewati beberapa semak dan juga pepohonan buah yang ada, hadits segera dapat melihat sungai jernih yang berukuran sedang di depannya.
" Luas sungai ini cukup besar, lebarnya mungkin 7-9 M, soal kedalamannya kelihatannya cukup dalam, di bagian tengah sungai, tapi apa yang paling luar biasa adalah airnya yang begitu jernih" kata Andi memuji Subhan yang ada di depannya
Kemudian segera dirinya memilih tempat mancing yang cocok, melihat sebuah pohon yang berukuran sedang dan juga pendek, terletak dekat di pinggir bibir sungai dan memiliki arus yang tidak kencang dengan beberapa cabang mati yang ada di bawahnya, Andi merasa bahwa tempat ini adalah tempat yang paling cocok.
Jadi segera dirinya mulai mempersiapkan umpan, dan setelah mengikat umpan ke mata pancing dan memberi pemberat segera umpan tersebut dilemparkan ke pinggir sungai dan tenggelam, dalam hal ini tentu saja kesabaran dibutuhkan dan adik yang memiliki waktu luang yang senggang merasa bahwa ini adalah sesuatu yang sangat menyenangkan.
Maklum saja di kehidupan sebelumnya dirinya merasa bahwa waktu berjalan begitu cepat, hal tersebut tak terlepas dari aktivitas kesibukan yang ada di kota-kota besar, apalagi dirinya sebagai salah satu mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta terkenal di Jakarta, Ya sudah jelas memiliki kesibukannya.
Apalagi bisa dikatakan, lingkungan sekitarnya juga ikut mendorong yang tak ikut sibuk, jadi ketika anda merasakan perasaan santai dan damai saat ini. Dirinya merasa sangat berharga tentang waktu yang dihabiskan tersebut, dan di sisi lain Andi mau tidak mau berpikir kembali tentang keluarga yang ditinggalkan.
Apakah mereka akan sedih ataukah mereka akan menangis, ketika mendapati fakta bahwa dirinya menghilang, tak tahu harus menjawab apa tadi mencoba untuk mengikhlaskan apa yang telah terjadi, apalagi dirinya tidak memiliki kekuasaan untuk melakukan perubahan terhadap kehidupan yang saat ini, itu kembali ke dunia nya.
Andi masih sibuk melamun tak terasa pancingannya terlihat mulai membuat lengkungan, di sini menandakan bahwa sudah ada bangsa yang telah menggigit umpan Andi, Andi yang mulai tersadar dari perenungan nya melihat bahwa pancingannya mulai bergetar dan melengkung, dalam hal ini dirinya tahu bahwa bangsa telah memakan umpannya.
Menyesuaikan postur dan tidak membuat gerakan yang ceroboh untuk mengawetkan ikan, perlahan Adi mulai menggulung alat pancing ya bersama hal tersebut dirinya menyesuaikan diri untuk tidak membuat tali pancing yang tersangkut oleh ranting yang ada di bawah sungai, awalnya perjuangan ikan tidak begitu terasa tetapi setelah di menggulung untuk beberapa saat dirinya mulai merasakan perlawanan dari ikan.
Mendapatkan perlawanan tentu saja Andi merasa tertantang dan mulai melakukan serangan balik, jadi dalam hal ini kemudian dirinya mulai menggulung ikan dengan lebih kuat lagi, melihat lengkungan pancingnya Andi merasa bahwa ikan tersebut cukuplah besar jadi kemudian dirinya terus berjuang hingga beberapa saat kemudian dirinya bisa melihat ikan apa yang menggigit umpannya.
Melihat ikan yang mulai muncul di permukaan Andi sadar bahwa apa yang dia panjang saat ini adalah ikan mujair, melihat ukurannya yang cukup besar dengan puluhan cm Andi merasa bahwa berat ikan pesut pasti berkisar 2 sampai 4 kg, pantas saja perlawanannya cukup sengit, hingga pada akhirnya kemudian ikan tersebut menyerah dan berhasil akan diangkat ke atas sungai.
Melihat hasil pancingan yang lumayan Andi merasa senang, dan segera memasukkan ikan tersebut ke dalam jaringan telah dibawa, hanya saja kemudian dirinya melihat ada sesuatu yang aneh di bagian insang dari ikan tersebut, ada sebuah cincin yang tersangkut di insang ikan tersebut, merasa penasaran segera Andi melepaskan cincin tersebut.
Dan dari sana dirinya melihat cincin polos hitam yang nampak sangat cantik, tidak ada ukiran yang ada di seputar cincin tersebut hanya polos hitam, entah kenapa Andi merasa bahwa cincin ini layak untuk dikoleksi singgah kemudian dirinya segera membersihkan cincin tersebut dan mencoba untuk mengenakan di jarinya.
Dan tanpa disadari ternyata ukuran cincin tersebut pas dengan jari Andi, jadi kemudian Andi mau masangnya dengan senang hati, setelah berurusan dengan cincin tersebut Andi kemudian mulai memasang umpan kedua, dan segera dirinya memasukkan kembali pancingan yang tersebut ke dalam aliran sungai.
Hanya saja kali ini bisa dikatakan butuh waktu yang lebih lama untuk mendapatkan mangsa kedua, tetapi jelas Andi tidak merasa terbebani ataupun keberatan dengan fakta yang ada, di sisi lain tanpa disadari waktu berjalan sangat cepat pada dasarnya kemudian Matahari mulai terbenam di langit Barat.
Melihat waktu yang sudah sore dan melihat ke keranjang yang berisi beberapa ikan, Andi mengangguk dengan puas tentang hasil panennya hari ini, jadi kemudian dirinya bergegas menuju ke rumah. Setibanya di rumah Andi melihat bahwa kedua orang tuanya sudah udah pulang dari ladang dan mereka nampak sudah membersihkan diri.
" Yaa...mancing di mana kamu?" Tanya ayah kepada Andi
" Tuhhh...di depan rumah yah, ga jauh" kata Andi membalas
" Ok, diliat dari jaring kamu hasilnya lumayan" kata ayahnya kembali
" Hahahah....hari ini panennya ok" Jawab Andi lagi
" Ok kalo gitu, kamu bisa kasih ibu buat dimasak lauk" kata sang ayah
Jadi kemudian Andi bergegas menuju ke dapur dan di sana dia melihat bahwa sang Ibu dan juga kakaknya tengah sibuk mempersiapkan makan malam untuk mereka, melihat bahwa Andi membawa beberapa ikan di jarinya sang Ibu dan juga kakaknya memuji tentang keberhasilan Adi memancing dan di sisi lain mereka memilih dua ikan besar untuk dijadikan menu makan malam mereka.
Dan untuk mandi sendiri dirinya kemudian bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
######
Hari ini akan dibangun dengan bersemangat, hal tersebut tentunya tak terlepas dari fakta bahwa kakaknya akan mengalami ujibakat sihir jadi dirinya sebagai penonton entah kenapa merasa sangat bersemangat untuk melihat seluruh proses tersebut, jadi kemudian dirinya bangun lebih awal. Di sisi lain dirinya kemudian mendengar suara kebisingan yang berasal dari dapur dan tahu bahwa orang tuanya tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarga mereka.
Jadi segera keluar kamar dan menyapa orang tuanya, menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah menyelesaikan pembersihan dan melihat bahwa makanan sudah tersaji diatas meja makan kemudian keluarga beranggota 4 orang tersebut mulai makan, setelah menyelesaikan makan tempatnya kemudian bersiap untuk menuju ke gunung belakang tempat uji Makasih her dari sang kakak akan dimulai.
Dibimbing oleh ayahnya mereka berempat berjalan melalui halaman belakang rumah mereka menuju ke gunung belakang, jalan di belakang rumah mereka terlihat menunjukkan jalan setapak yang dari kondisi yang ada ajalah sering dilalui oleh kedua orang tuanya, setelah berjalan beberapa saat mereka kemudian sampai di kaki gunung belakang rumah mereka.
Melihat ke arah gunung belakang rumahnya Andi menyadari bahwa tidak terlalu banyak pepohonan yang ada di Gunung belakang ini, gunung belakang namanya didominasi oleh rerumputan dan juga beberapa semak yang berkelompok, terus mengikuti langkah kaki dari sang ayah kemudian tak lama di satu sisi dari sudut terpencil gunung belakang tersebut
Yang ditutupi oleh semak-semak yang cukup tinggi, sanaya kemudian terlihat memasuki area tersebut, Andi yang mengikuti awalnya ragu, tetapi kemudian dirinya segera mengesampingkan hal tersebut dan mengikuti sang ayah, sampai kemudian ketika sang ayah berhasil keluar dari semak-semak tersebut dan diikuti oleh Andi dan dan Ibu serta kakaknya.
Barulah kemudian dirinya paham kenapa ayahnya melewati semak-semak tersebut, karena ternyata di balik semak-semak tersebut terdapat mulut gue yang cukup besar dengan ketinggian 3 m dan lebar 4 M, dan dari jalan yang ditempuh oleh sang ayah Andi tahu bahwa tujuan mereka ada di dalam Goa tersebut.
Dan benar saja semuanya kemudian mengajak mereka masuk ke dalam Goa, seperti kebanyakan gua pada umumnya di dalam Goa terasa lembab dan juga dingin, hanya saja bisa dikatakan gua ini memiliki pencahayaan cukup baik sehingga Andi beserta keluarganya tidak perlu menggunakan penerangan ekstra untuk menerangi jalan mereka.