Cerita ini direkomendasikan untuk kalian yang berumur lebih dari 18 tahun ke atas. Cerita ini mengandung tindakan kekerasan, penggambaran darah dan hal lain lain yang bersangkutan.
Semua nama tokoh, kejadian cerita ini adalah buatan imajinasi semata, harap jangan meniru atau mencontoh tindakan tindakan berbahaya yang ada di dalam cerita ini.
Malam itu sebuah telfon di rumah berdering.
Dringgg*
Dringgg*
Dringgg*
"Siapasih yang menelfon ku tengah malam gini?" Kata seorang pemuda.
"Menyebalkan sekali, padahal aku sedang nyaman tidur."
Tangannya memegang telfon. "Halo dengan siapa? Aku sedang mau tidur loh..."
"Ma-maaf saya menganggu, tapi Ganta, kamu bisa datang kerumah sekarang? Saya ada perlu sama kamu." Suara wanita di telfon.
Ganta meminta maaf atas tindakannya yang tidak sopan, dia terkejut jika seseorang yang menelfon adalah orang tua temannya.
Tidak biasa orang itu menelfon tengah malam. Apakah sesuatu telah terjadi?
Ganta tidak bisa berfikir macam macam jika temannya kabur dari rumah, Ganta pergi menaiki motor kerumah temannya yang ada di zona perumahan mewah.
Ia juga berusaha menelfon temannya untuk bertanya apa yang terjadi sampai orangtuanya meminta Ganta untuk datang, Ganta benar benar khawatir.
Sepuluh menit berlalu...
Ting* Nung*
Bel rumah berbunyi.
Seseorang membuka pintu, itu adalah orang tua temannya, wajahnya terlihat ketakutan, khawatir dan panik.
Ia menceritakan bahwa Violeta, teman sekelasnya telah hilang sedari pulang sekolah. Terkjut? Jelas, hari itu kebetulan Ganta dan Violeta bertengkar di kelas.
Biasanya Ganta akan mengantar pulang Violeta setelah pulang sekolah.
"Maaf Tante, hari ini jujur saja aku tidak bertemu dengannya sedari jam istirahat, kami bertengkar dan aku pulang duluan membolos kerumah."
"Kenapa? Apa Violeta berbuat salah? Kenapa kalian bermusuhan? Anak itu... A-Aku tidak ingin kehilangannya... Dia, dia adalah keluarga ku satu satunya, Ganta tolong temukan dia ya, ya Ganta?"
"Aku akan berusaha, Violeta juga adalah tanggung jawab ku. Selain itu apa Tante sudah bicarakan pada polisi?"
"Sudah, tapi kamu tahu sendiri bukan? Mereka tidak akan langsung menindaklanjuti kasus orang hilang ini secara langsung."
"Tante benar, aku akan cari dia, aku berangkat dulu!"
"Ganta!?"
"Tenang saja, akan ku temukan anak Tante! Aku akan memarahinya jika dia sedang begadang di kafe sambil minum kopi jika alasannya marah dengan ku, boleh kan?" Tanya Ganta tersenyum.
"Ya, hati hati Ganta."
Pembicaraan berhenti, menyalahkan mesin motor memberi salam dan pergi ke sekolah.
Di sana, sekolah.
Tidak ada petunjuk bagi Ganta untuk menemukan Violeta, kosong tanpa jejak meski dia sudah mengingat ingat kejadian pagi itu, bahkan Ganta sempat menengok ke perpustakaan tempat kesukaan Violeta menyendiri, hasilnya sama saja.
"Kamu kemana sih, jangan bikin aku khawatir dong, duh... Maaf deh kalau aku salah." Ucap Ganta menyesal.
Ia duduk di salah satu bangku dan sadar telah menduduki sesuatu.
"Ini kah?"
Ganta melihat sebuah ponsel yang tertinggal, dan itu milik Violeta. Beruntung di dalamnya ada sebuah aplikasi pelacak khusus yang di berikan Ganta.
Ganta ingat sekali hari itu dia pernah memberikan sebuah kalung yang di dalamnya ada sebuah pelacak untuk menemukan ponsel Violeta, dan sebaliknya ponsel itu juga bisa melacak kalung Violeta.
Tidak menyianyiakan kesempatan, Ganta langsung membuka aplikasinya, terlihat Violeta sedang berada di tengah kota.
Malam yang dingin, suara keramaian kota terlihat penuh orang orang berjalan lalu lalang, mobil mobil dan motor membunyikan klaksonnya.
Ganta sudah sampai pada titik lokasi Violeta berada, anehnya dia tidak menemukan Violeta meski sudah satu titik lokasi.
"Kemana dia... Apa kalungnya jatuh di tanah dan terinjak oleh ku?" Lihat Ganta ke bawah sambil berfikir.
"Injak? Tunggu tunggu aku tidak melihat kalungnya di bawah, seharusnya aku merasakan sesuatu jika menginjak benda, mungkinkah?"
"Benar juga! Ini adalah taman tengah kota dan tidak ada bangunan di sekelilingnya, hanya ada sebuah pohon, air mancur dan kursi kursi taman di sini, jadi Violeta..."
Nginggggg*
Suara mesin bor.
Di depan matanya Violeta melihat, seseorang sedang melubangi wajah wajah wanita cantik dengan mesin bor dengan darah yang menyembur ke wajah orang itu, pembunuh.
Violeta masih hidup, di sebelah kanannya masih ada wanita cantik terikat tergantung sepertinya, Pria itu mendatangi wanita di sebelah kanannya.
"Umm! Hummm!!! Ummm!" Teriak wanita itu.
Percuma, kau akan mati hari ini.
Itulah yang terlihat, Violeta sudah melihat dua wanita yang berlumuran darah dari kepala sampai ujung kakinya tanpa nyawa.
"Tenang saja, kamu kamu akan ku buat semirip istri ku, kau tau? Istri ku adalah wanita yang cantik aku ingin membentuk wajah mu seperti wajahnya... Ya... Jika kamu tidak mirip aku akan membunuh mu sih hihihi..."
Sreettt*
Plester itu di tarik dari mulut wanita, berteriak meminta tolong.
Pria itu kesal.
Sleb* sebuah tusukan dari ujung mesin bor ke arah perut dilakukan. Sambil tersenyum pria itu menyalakan mesin bor dan tertawa sembari mendengarkan teriakan wanita itu.
"TIDAAKKK!!! AAAAA!!! SAKIT SAKIT!!!! AAAAA!!! HENTIKANNNNN!!!!"
"HAHAHA!!! HAHAHA!!!"
"Tidak, tidak aku tidak mau aku tidak mau mati di sini, Ganta! Tolong aku!" Gumam Violeta menangis.
Sekitar lima menit kemudian wanita itu mati kesakitan, darahnya tidak keluar dari perutnya saja namun dari mulut dan matanya.
Pria itu melepas ikatannya dan menidurkan wanita itu di atas meja besar, ia mengambil banyak peralatan dan siap mengotak Atik wajah wanita tersebut.
Terlihat.
Violeta melihat bayang seseorang dari pintu, wajah Ganta muncul dan ia sedang bersuaha membuka pintu.
Ganta menggedor gedor pintu, sampai membuat pria itu sadar bahwa ia sedang di ganggu, Violeta langsung mengisyaratkan Ganta untuk pergi.
Namun.
Ganta tidak bisa melihat dan mendengar karena sedang fokus berusaha membuka pintu.
Dorrr!*
Nginggg!*
Terkjut Ganta, sebuah besi bor menembus pintu tepat di hadapan matanya, dia langsung menghindar dan sejenak menjauhi pintu.
Braakk*
Seseorang menghancurkan pintu, terlihat pria bungkuk tua berwajah menyeramkan dengan pakaian dokter. Pria itu terlihat kesal dan mengeluarkan kapak dari belakang tubuhnya, di lempar benda itu hampir mengenai kepala Ganta jika tidak menghindar.
"Sial! Itu beneran manusia?" Pikir Ganta.
"Akurasinya! Meski tubuh bungkuk seperti itu? Dia mantan atlet gak mungkin kan!"
"Pengganggu!"
"Aku tidak bisa melawannya, aku pandai dalam ilmu bela diri, tapi orang ini terlihat tidak akan merasa sakit meski sudah ku hajar berkali kali, aku harus cari ide."
"Pengganggu!!!" Teriak pria itu mengejar Ganta.
"Sial aku harus lari!" Pikir Ganta berlari menjauh.
Ganta tidak bisa melihat ke belakang, terdengar pria itu mengambil kapaknya lagi setelah Ganta beberapa langkah lebih jauh.
Pria itu terus berusaha mengejar Ganta, kanan kiri, Ganta terus berbelok sepeerti sedang di kejar monster mengerikan di dalam labirin.
Ganta sadar.
Pria yang mengejarnya tidak merasakan lelah sama sekali, Ganta melihat sebuah ruangan dan membuka pintunya, ada sebuah loker ia bersembunyi di sana.
Duarrr!*
Pria itu merusak pintu, ia melihat sekeliling ruangan, jatung Ganta terus berdebar kencang, ada sebuah ruangan lain di dalam ruangan itu dan Ganta melihat pria tersebut mengarah kesana.
Terdengar suara pintu, Ganta menghela nafas.
"Kau... Bersembunyi di sini ya?" Tanya pria itu tepat di depan loker.
Ganta menekuk kakinya dan menendang pintu loker hingga mengenai pria itu sampai terjatuh.
Langsung berlari, Ganta keluar dari ruangan itu dan si pria langsung bangun mengejar.
Tuk*
Sial, Ganta tersandung sesuatu sampai terjatuh. Ganta langsung bangun dan berlari kearah kanan sialnya lagi itu adalah jalan buntu.
"Ehh?" Pikir Ganta melihat sesuatu.
"Ehh?" Pikir seseorang melihat Ganta.
"Apa yang kamu lakukan kepada orang itu?"
"Apa yang ku lakukan? Hmm... Aku tidak akan beri tahu... Hey, kalau kamu berteriak aku akan membu-"
Tak*
Sebuah kapak menancap di tembok, disebelah kepala seorang wanita berseragam SMA yang berlumuran darah.
"Sial! Dia sudah di sini!"
"Wahhh... Kapak ini sangat tajam!" Ucap wanita itu terkagum kagum.
"Oi! Lupakan kapak itu, gunakan sebagai senjata! Pria itu akan membunuh kita loh!"
"Hah Kita? Kamu saja... Aku tidak peduli kamu mati kok, soalnya aku juga abis membunuh orang hihihi."
Terkejut Ganta mendengar fakta yang ada di hadapannya, dia tidak tahu harus berbuat apa, dia berada di titik buntu.
"Begitu ya, aku akan mati."
"Kau bisa bela diri kan? Dari tubuh atletis mu itu... Aku tahu kau bisa melakukannya." Kata wanita pembunuh.
"Hah?"
"Ayolah... Kau tidak berani melawan pria tua seperti itu? Lemah... Pacar ku saja yang tidak sekekar mu bisa mengalahkan bos mafia..."
"Kalian! Penganggu!" Teriak pria itu mengeluarkan senjata lain.
Nguengg*
Ngenggg*
Gergaji mesin. "Fiuww..." Soul wanita itu.
"Ambil kapak ini cowok ganteng!" Ucap wanita itu memberikan kapak.
"Baiklah... Aku sudah tidak peduli dengan kehidupan ku." Jawab Ganta mengambil kapak dari gengaman wanita itu.
"Ya... Aku suka itu, mati saja ya!"
"Brengsek!" Kesal Ganta.
Ganta memasang kuda kuda saling berhadapan dengan pria itu, matanya menatap tajam ke arah mata lawan. Lawan terintimidasi dengan tatapan Ganta dan langsung menyerang pertama kali, Ganta berusaha menangkis dengan kapaknya.
Tak*
Lah... Kapaknya patah, gergaji itu mengarah ke leher Ganta lalu...
Bumm!!!
Wanita pembunuh menyerang pria tua dengan tongkat baseball besi, dan gergaji mesin terlepas dari tangan si pria.
Tepat mengenai kepala, terjatuh, wanita itu terus memukuli pria tua sambil tersenyum, darah dari wajah pria tua itu keluar dan menyiprat kemana mana termasuk wajah Ganta.
Wanita itu berhenti sejenak, melirik ke arah Ganta.
"Oi, gak mau lari? Ku bunuh loh."
"Ahh, iya terimakasih banyak!" Jawab Ganta berlari ketempat Violeta.
"Sialan... Kau... Penganggu."
"Berisik." Buaghh! Pukul wanita itu dengan tingkat baseball sekuat tenaga sampai kepala pria itu terlepas dari tubuhnya.
Ia menghela nafas dan menatap langit langit.
"Terimakasih ya? Aku harus membuat pria itu berjanji agar tidak menceritakan tentang semua yang tejadi." Gumamnya.
Ganta sampai di lokasi, dia melepas Violeta dari ikatan ikatan tali.
"Ganta!?"
"Violeta! Kamu tidak apa apa kan!?" Peluk Ganta.
"Umm... Iya aku tidak apa apa, bisa lepaskan aku?"
"Oh ya maaf."
"Tidak apa, tunggu bagaimana pria yang mengejar mu?"
"Ahhh itu..."
"Aku sudah membunuhnya." Ucap seseorang wanita berdiri didepan pintu melambaikan tangan.
"Kau! Kau tidak akan membunuh kami kan?"
"Tidak kok tidak... Aku hanya ingin bicara soal sesuatu dengan mu, oke!?"
"Bicara?"
Wanita itu mengangguk tersenyum.