"Sa, Lo gak sekolah?"
Aksa membuka matanya lalu meregangkan tubuh sambil menguap. Ia melirik ke jam tangannya lalu berdecak sebal.
"Lo ngapain sih bangunin gue jam segini?" protes Aksa pada Devan yang tadi membangunkannya.
"Ya abis lo nyenyak banget tidurnya, gue takut lo gak bangun lagi."
"Sialan," dengus Aksa.
Devan dan Rangga yang saat itu membawa kopi terkekeh pelan.
"Si Bayi mana?" tanya Aksa karena tidak melihat keberadaan salah satu sahabatnya. Biasanya Dia sedang teriak-teriak tak jelas di pagi hari.
"Lagi beli bubur. Kelaperan dia," jawab Rangga sambil mendudukkan diri di sofa.
"Mandi dulu sana, Sa. Kola," pesan Devan sambil memainkan ponsel.
"Masih jam segini," ucap Aksa kembali ingin tidur.
"Jam segini menurut lo beda ama orang-orang! Ini udah jam 7 bego!!"
Bayu datang-datang langsung kicep karena suara Devan itu.
"ADA APASIH KAWAN?!"
Bayu kena serang bantal oleh Aksa yang sudah sepenuhnya bangun. Laki-laki itu juga merampas plastik dalam genggaman Bayu.
Gak ada Akhlak emang.
Bayu sudah terbiasa dan memilih mengelus dada. Lagian, sejak kapan teman-temannya berakhlak?
"Kok belinya cuma segini?" tanya Rangga saat melirik isi kantong plastik itu.
"Ya kalian beli aja sendiri," sewot Bayu, Ia mengambil alih Plastik itu yang tersisa satu bungkus bubur.
"Misi semalem berhasil?" tanya Bayu di sela-sela mem plating bubur ayam itu.
Wajar jika Bayu bertanya karena semalam Ia tidak ikut.
"Seperti biasa," ucap Aksa Datar. Devan dan Rangga sudah pergi keluar untuk membeli sarapan karena mereka juga lapar.
"Eh, itu apaan?" tanya Bayu sambil menunjuk Ke atas meja.
Aksa menatap sebungkus plastik berisi minuman berasa yang semalam tertinggal.
"Wiw. Sejak kapan kita-kita minum boba?" Bayu terkekeh sendiri saat mengeluarkan isi dari Plastik itu.
Sedangkan Aksa seketika teringat kembali dengan Zahra. Boba itu merupakan Minuman yang tertinggal oleh Zahra kemarin.
***
Aksa dan ketiga temannya itu jarang sekali berangkat sekolah seakan Mereka adalah anak pemilik sekolah.
Tapi sekalinya berangkat. Satu Sekolah langsung heboh, bahkan ada yang dengan Repot-repot nya membawa papan selamat datang untuk ketiga cowok itu.
Biar kita perkenalkan.
1. Aksa Axellion Mahendra. Sosok cowok badboy dengan ketampanan di atas rata-rata. Tubuhnya tegap dan tinggi. Jago dalam olahraga Basket dan boxing namun tidak dalam pelajaran.
2. Devandra Bagaskara. Sosok cowok softboy incaran para cewek yang mempunyai suara merdu. Di gengnya, Ia sering di sebut sebagai sebagai Emak bagi mereka semua karena kerajinan Devan sendiri.
3. Rangga Putra Gevanno. Playboy yang sering gonta-ganti pasangan. Rangga tuh sebenarnya baik dan pengertian, namun Ia tidak bisa hidup tanpa pacar.
4. Bayu pradana Xavier. Cowok Baby Face yang cerewet. Bayu tampan, namun Tidak ada Akhlak.
Contohnya,
"Bayi! Lo udah ngerjain PR?"
"Belum," sahut Bayu yang saat itu sedang nge game.
"Kerjain, dih. Gue lagi gak mau solid, ya. Jadi kalo lo di hukum ya gue bodoamat."
Bayu berdecak sebal mendengar ucapan Devan. Ia melirik ke segala arah, mencari sesuatu.
"Woy!" sapa Bayu pada seorang cowok berkaca mata.
"K-kenapa?" tanya Cowok itu takut-takut.
Ya bagaimana tidak? Circle pertemanan mereka terlihat mengerikan apalagi dengan kabar yang beredar jika mereka mempunyai sebuah Geng motor. Hanya itu yang di ketahui orang-orang. Sejauh ini, Identitas mereka aman.
"Pinjem buku lo," ucap Bayu dan dengan tidak ada akhlaknya, tanpa persetujuan cowok itu, dia merampas bukunya.
Cowok itu hanya pasrah. Bukunya di bawa kabur.
"Bayi! Sumpah gak ada akhlak banget lo," decak Rangga menatap kepergian Bayu yang entah berlari kemana.
"Temen sapa, si?" tanya Devan pada Aksa yang sedang menulis di sampingnya, tapi cowok itu hanya mengangkat Bahu dengan wajah tak pedulinya.
Percaya tidak? Bayu kembali, selang 15 menit dan Ia menyerahkan kembali buku cowok berkaca mata tadi.
"Thanks, ya. Entar gue beliin rokok." Bayu menyeringai sambil mengangkat sebuah kertas.
"Apaandah?" tanya Devan.
"Potokopian tugas. Gue males nulis."
Segitunya Si Bayu.
"Pulsek kita ke Gym, kuy! Udah berlemak nih perut gue," ajak Rangga.
"Sabilah." Devan menyetujui.
Bayu sedang dalam mode kalem karena Ia baru saja di marahi Mamanya.
Saat ini Mereka sedang berjalan dengan santai menuju loker untuk mengambil buku pelajaran.
Gunanya tas? Hohoo tentu saja tidak berguna.
Bahkan kadang Aksa tidak membawa tasnya.
"Eh, Sa. Lo mau ke tempat kemarin, gak?" tanya Devan membuat Aksa mengernyit.
"Ngapain?"
"Temuin cecan kemarin. Kayaknya lo tertarik sama dia." Devan Terkekeh lalu mengajak tos Bayu yang tidak tahu apa-apa.
"Ngaco," ucap Aksa.
Namun, Ia mengingat Zahra lagi.
Apalagi senyuman manisnya yang menyejukkan hati.
Sialan!
***
Lapangan Basket sangat ramai oleh banyak kaum hawa disana. Tidak heran, Aksa dan teman-temannya sedang bermain basket.
4 cogan kebanggaan sekolah itu sedang asyik saling mengoper bola namun Kaum hawa yang Heboh.
Memang sebuah rutinitas. Mereka setiap hari pasti menyempatkan untuk bermain di lapangan.
Karena gabut, Karena Rangga ingin tebar pesona dan karena Aksa sedang mood di tatap banyak orang.
Biasanya cowok itu jika sedang tidak mood jangankan di lihat banyak orang, di tatap cewek pun akan mengancam karena memang serisih itu.
Entahlah, namun Aksa dalam mode mood dan anteng terlihat sangat mempesona.
Tapi kejadian kemarin, saat Aksa mengantar Zahra dengan sukarela tentu menjadi pertanyaan mengganjal bagi para sahabatnya.
Tapi mereka mencoba melupakan itu karena tidak ingin Aksa kesal. Mungkin saja Aksa Iba terhadap Gadis itu.
Aksa men dribble bola lalu memasukkan bola itu ke dalam ring membuat Sorakan terdengar dari berbagai arah.
"Gue selesai," ucap Aksa sambil menyugar rambutnya yang membuat banyak cewek Mleyot.
"Yah, kok bentaran, sih?" protes Bayu namun Aksa tak mengindahkan. Cowok itu merasa sangat kegerahan. Ingin membuka baju tapi nanti cewek-cewek yang berada di lapangan kalap.
Aksa menghela nafas, Ia memilih berganti baju.
"Aksa!"
Aksa tak menoleh karena sudah tahu jika orang yang memanggilnya itu.
"Minum buat lo," ucap seorang gadis dengan paras bule.
Aksa diam saja, bahkan menerimanya pun enggan.
Gadis itu tersenyum merasakan penolakan halus dari Aksa.
"Aku Fikir.. kita bisa jadi temen setelah putus, tapi nyatanya enggak," ucap gadis itu dan Aksa hanya menatapnya datar.
"Kalo boleh jujur. Aku masih sangat mengharapkan kamu, Sa."
"Gue nggak," jawab Aksa tak tahan.
"Gapapa, kok. Tapi kamu harus tau, kalo aku masih sangat suka kamu."
Aksa berdecak lalu meninggalkan mantan pacarnya itu.
Namanya Mona. Dulu, Aksa menjadikannya pacar karena taruhan dan tidak di sangka Jika Mona malah berharap lebih padahal Sudah jelas Jika Aksa memainkannya.
Sampai sekarang. Mona masih berharap Aksa menyukainya balik.