Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Belenggu Cinta Sang Idola

🇮🇩DesyPuspita
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.5k
Views
Synopsis
Bertahun lamanya, noda hitam itu telah Caterine kubur dalam-dalam. Goresan luka masa lalu yang setengah mati ia lupakan kini terkoyak kembali. Tubuhnya bergetar ketika mata elang itu menatap tajam dirinya. Harry Wiratmadja, pria yang ia ketahui telah mendekam di penjara kini telah hidup bebas tanpa sepengetahuannya. “Apa kabar, Caterine? Senang bertemu denganmu.” Telapak tangannya terasa dingin, kejadian malam itu kembali terbayang jelas di pikiran. Caterine bergerak mundur dengan langkah pelan. Pertemuan pertama setelah delapan tahun susah payah menata kembali hidupnya, dan kini Caterine justru terjerat untuk kedua kali yang membuatnya tak bisa lepas dari pria yang sudah merenggut kehormatannya secara paksa.

Table of contents

Latest Update1
Kembali2 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - Kembali

Menjadi seorang model professional dengan kecantikan bak seorang dewi membuat Caterine Adsila digilai banyak kalangan, bahkan kaum wanita pun mengagumi dirinya. Sebegitu banyak yang ingin menjadi dirinya, bergelimang harta dan sukses sejak usia muda membuat putri dari aktor senior Randy Mahardika ini kerap menjadi sorotan publik.

"Bahagia sekali kamu, Caterine."

Hanya senyuman sang papa yang berhasil membangun kembali jiwa Caterine yang hancur lebur beberapa tahun lalu. Saat ini hanya Randy yang ia punya, dunia sejahat itu bahkan mamanya sendiri membuat Caterine terjatuh dalam jurang kekecewaan.

"Aku melakukannya dengan baik, Papa … aku sudah tanda tangan kontrak dan secepatnya akan jadi bintang film seperti papa," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Meski sudah berada di puncak karir, akan tetapi dunia modeling bukan hal yang menjadi tujuan Caterine. Memiliki orangtua seorang bintang membuat Caterine kembali menyukai dunia hiburan, walau sempat patah dan menyendiri beberapa waktu Caterine akhirnya ia memutuskan untuk bangkit dengan sendirinya.

"Good job, siapa lawan mainnya?"

Randy penasaran, untuk pertama kali terjun sebagai pemain layar lebar putrinya harus memiliki pengalaman berkesan tentu saja. Melihat putrinya sebahagia ini, Randy tak bisa menutupi kebahagiannya, tanpa sadar kini putrinya sudah sangat dewasa.

"Papa akan terkejut," seru Caterine dengan mata berbinarnya, Randy yang tadinya penasaran tiba-tiba punya firasat buruk.

"Siapa?"

Kebiasaan putrinya kerap membuat Randy mati penasaran, sifat ini seakan tak bisa hilang dari dalam diri Caterine.

"Jreng! Kak Haidar … hahaha!"

Gelak tawa Caterine memenuhi seisi rumah, dan Randy hanya menelan saliva begitu mendengar lawan main putrinya. Di antara beribu aktor yang ada di negeri ini kenapa harus Haidar, pikir Randy.

"Papa kenapa? Kan bagus kalau sama kak Haidar, iya nggak, Ma?"

Caterine meminta validasi dari mama sambungnya, Hulya. Wanita cantik itu hanya tersenyum dan mengangguk begitu Caterine meminta pendapatnya.

"Iya, Mas … lagian itu kan pertanda baik, Haidar juga pasti jagain Caterine." Sebagai seorang ibu, walau bukan putri kandungnya, Hulya cukup mampu menempatkan posisi.

"Tapi kenapa harus bocah tengil itu, Sayang, ays menyebalkan sekali," kesal Randy sedikit tak rela.

"Ye Papa kenapa sih, harusnya bangga anaknya langsung dipasangin sama aktor sekelas kak Haidar, tapi belum pasti sih, Pa … karena sepertinya kak Haidar lagi sibuk-sibuknya, kemungkinan bisa berubah, tapi aku harap tetap dia," tuturnya mencebikkan bibir, usianya sudah 27 tahun akan tetapi tingkahnya masih seperti gadis 17 tahun.

"Baguslah, Papa harap jangan dia," ujar Randy menarik sudut bibirnya, dan Caterine memperlihatkan tak sukanya.

Didapuk sebagai pemeran utama wanita dalam sebuah film layar lebar karya penulis yang memang ia kagumi seakan masih menjadi mimpi dalam bagi Caterine. Pencapaian tertinggi dalam hidupnya, selama ini ia hanya mengungkapkan keinginannya pada Randy, tanpa diduga doa itu menjadi nyata pada akhirnya.

Hari ini ia telah melakukan banyak hal, ada banyak senyum yang Caterine ciptakan. Walau jujur saja ia benar-benar gugup untuk menghadapi hari-hari berikutnya.

*******

Di tempat lain, hiruk pikuk dunia malam menjadi saksi pembicaraan pria tampan pemilik manik hazel itu bersama teman-temannya. Matanya kini terpejam, sudah lama ia tak menikmati alunan musik dan aroma khas minuman yang menenangkan baginya.

"Bebas juga kau, bagaimana rasanya mendekam di penjara?"

"Ck, sialan kau, bisakah berhenti menanyakan hal itu."

Sebenarnya dia sedikit tersinggung jika beberapa di antara temannya masih saja mengungkit hal itu. Meski ia tak menjalani hukuman sebagaimana narapidana lain berkat kekuasaan orang tuanya tetap saja Harry terlihat buruk di mata teman-temannya.

"Hahaha santai saja, toh hidupmu juga nyaman-nyaman saja di sana."

Mereka tidak bodoh, kekuasaan Wiratmadja tak bisa dipungkiri. Walau sebenarnya Harry bisa saja bebas kala itu, akan tetapi orang tuanya tidak ingin membiarkan putranya sebegitu bebasnya setelah melakukan hal paling hina itu.

"Nyaman kepalamu, tetap saja aku tidak bisa sebebas kalian."

Harry menghela napas panjang, rasanya sangat berat terpenjara di usia dan menghilang dari dunia hiburan kala karirnya sedang berada di puncak adalah mimpi buruk bagi pria berzodiak aquarius itu.

"Yang penting sekarang kau bebas, masih belum terlambat … nikmati masa mudamu, Bro!"

Mereka bersulang, menyambut kebebasannya dengan penuh suka cita. Sebagai teman, beberapa wanita cantik sudah Axel siapkan demi mengajak sahabatnya merasakan kesenangan. Kehadiran Harry memang hal yang paling mereka nantikan.

Mencoba menikmati suasana, akan tetapi pikiran Harry tidak berada di tempatnya. Pria itu tak berhenti menyesap sebatang rokok dan menghembuskan asapnya berkali-kali. Sama sekali dia tak tertarik pada wanita yang sejak tadi berada di sisinya.

"Menjauhlah, selagi aku menolak baik-baik."

Suara itu terdengar parau, penolakan Harry membuat wanita itu kecewaa, padahal dia sebahagia itu kala menyadari pasangannya adalah pria paling tampan di antara para tamunya.

Temaran lampu yang menyinari ruangan dan menampilkan kecantikan wanita itu. Tidak ada yang salah, tubuhnya teramat menawan akan tetapi untuk saat ini Harry tidak tertarik sama sekali.

"Kau kenapa rupanya? Tidak sesuai seleramu kah?" Leo menghampiri temannya ini, cukup lama ia mengenal Harry, dan ini adalah sebuah kejanggalan yang harus dipertanyakan.

"Entahlah, aku hanya tidak tertarik, Leo … sana nikmati kesenangan kalian."

Jawaban yang cukup membuat Leo dan Axel mengerutkan dahi, pikiran negatif mulai menghampiri keduanya. Apa mungkin terkurung beberapa tahun merubah hidup Harry sedrastis ini. Baik Leo maupun Axel kini saling memandang, sorot mata mereka tak bisa bohongi jika menyimpan kecurigaan terbesar pada Harry.

Ketiganya terdiam, tanpa pembicaraan dan Harry justru memilih sendiri. Sejak menginjakkan kaki di tempat ini, perasaan Harry justru menggebu dan wanita itu kembali memenuhi otaknya. Perasaannya masih sama, gadisnya itu telah tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik.

Ia merogoh ponselnya, tak butuh banyak usaha untuknya dapat menemukan wanita itu. Tidak ada yang berbeda, hanya saja dia lebih terlihat dewasa. Hasrat ingin memiliki tak pernah surut, setelah gagal mendapatkan wanitanya dengan cara paling salah, sama sekali tak ada penyesalan dalam diri Harry.

"Aku mencintaimu, dan jangan harap bisa lepas dariku, Caterine."

Angin di luar rasanya lebih baik, menyatu dalam rasa sakit dan obsesi akan cinta yang menggebu. Sungguh, demi apapun Harry menghabiskan waktu bertahun dengan kesakitan yang ia ciptakan sendiri.

"Pemeran utama, karirmu sangat baik sepertinya."

Senyumnya terukir halus, keluar dari penjara dengan kasus yang tak bisa dianggap sepele sama sekali tak membuat langkah Harry terhalang, tak peduli dengan apa yang akan ia hadapi nanti jika dia tetap menjadikan Caterine sebagai tujuan.

Kedua keluarga takkan memberikan restu dan dukungan, terutama pihak keluarga Caterine yang sudah dahulu menjebloskannya ke penjara dengan susah payah. Seburuk apapun Harry di mata mereka, pria bermanik cokelat itu sama sekali tak peduli.

Dia tak butuh itu, persetan dengan restu dan apapun itu. Yang ia ingin hanya wanitanya, Harry tak peduli sekalipun dianggap sampah. Sempat diperakukan layaknya hewan oleh sepupu Caterine membuat Harry semakin tertantang untuk membuat wanita itu terbelenggu dalam jerat cintanya.

"Nikmati waktumu sebaik-baiknya … setelah itu waktumu hanya boleh ada untukku."