Untuk beberapa saat, Li Yong sendiri dibuat bingung. Dia sedang mencari cara untuk menghadapi orang bercaping itu. Sayangnya, walaupun sudah berpikir beberapa waktu, tetap tidak ada cara lain lagi kecuali mengadu jiwa.
Saat itu, posisinya sudah terdesak. Seluruh tubuh sudah diselimuti oleh sinar putih keperakan yang berasal dari kelebatan batang golok lawan.
Kalau saja dia tidak menyalurkan hawa murni ke seluruh tubuhnya, niscaya sudah sejak tadi dia tewas. Atau setidaknya mengalami luka cukup serius oleh hawa golok yang sangat pekat itu.
Untunglah ia adalah orang teliti. Li Yong lebih dulu mempersiapkan segalanya, sebelum semuanya benar-benar terjadi.
Pertarungan di antara mereka sudah mencapai jurus empat puluh. Selama belakangan ini, lawan terus memaksa agar dirinya berada di posisi bertahan.
Tapi ketika pertarungan menginjak jurus keempat puluh satu, pada saat itu, Li Yong melihat ada satu celah kosong yang telah diciptakan oleh orang bercaping.