"Kau tidak takut terjatuh?"
"Aku sudah biasa terjatuh,"
Suaranya dalam. Ekspresi wajahnya juga sangat serius. Namun sorot matanya menampilkan kepedihan. Kepedihan yang bahkan lebih dalam daripada kata-kata yang ia ucapkan barusan.
Li Yong sudah biasa jatuh. Memang benar. Bahkan ia pernah jatuh ke jurang terdalam. Yaitu ketika tewasnya Kakek Li Beng dulu.
Saat itu, ia benar-benar kebingungan harus pergi ke mana dan melakukan apa. Bahkan sempat pula ia berpikir untuk mengakhiri hidup.
Untunglah hal itu tidak jadi. Karena Li Yong tiba-tiba berpikir bahwa dirinya harus tetap hidup. Harus melanjutkan hidup. Demi membalaskan dendam kematian Kakek Li Beng, demi mencari siapa jati dirinya.
Namun setelah kepergian Kakek Li Beng, hidupnya benar-benar berubah total. Ia tidak punya teman. Tidak punya sanak dan keluarga. Apalagi rumah.
Selama hidup sendiri, temannya hanyalah kesepian. Sanak saudaranya cuma bintang-bintang di atas langit. Dan rumahnya adalah seluruh jagat raya ini.