Wutt!!! Blarr!!!
Ledakan yang cukup keras tiba-tiba terdengar. Ledakan itu tercipta karena Li Yong 'membalas' serangan si orang bertopeng dengan gerakan yang sama dengannya.
Semua orang langsung dibuat saling pandang. Mereka belum mengerti terkait apa yang sudah terjadi barusan.
Sedangkan di posisi lain, orang itu terlihat tersenyum dingin dibalik topengnya.
"Bagus. Ternyata kau punya bekal yang lumayan. Sekarang, mari kita bermain-main sebentar," ujarnya dengan suara nyaring.
Orang bertopeng tersebut kemudian berjalan dua langkah ke depan. Dia telah bersiap untuk memulai permainannya.
Namun sebelum itu, tiba-tiba dari belakang sana terdengar sebuah suara yang menggelegar.
"Berhenti!"
Suaranya sangat keras. Bahkan jauh lebih keras dan bertenaga daripada suara si orang bertopeng tadi.
Semua orang yang ada di halaman sana langsung membungkuk ketika mereka mendengar suara barusan.
Meskipun orang-orang itu belum melihat si pemilik suara, namun sudah bisa dipastikan kalau mereka tahu siapa pemiliknya.
Berselang sedetik kemudian, terlihat dari belakang sana ada tiga orang yang berjalan keluar. Yang berjalan di sisi kanan dan kiri merupakan orang dengan postur tubuh tinggi kekar. Dilihat sekilas, kedua orang itu mirip seperti raksasa.
Mereka mengenakan pakaian dengan setengah kancing terbuka. Pada masing-masing pinggangnya terdapat senjata pusaka. Yang satu kapak bermata dua, satu lagi cambuk berjuang berwarna-warni.
Wajah keduanya sangar. Masing-masing dari mereka juga mempunyai codet di wajahnya.
Sedangkan orang yang berjalan di tengah mempunyai tubuh gemuk seperti bola. Wajahnya tampak sangar, aura yang keluar dari tubuhnya juga terasa lebih menekan daripada orang bertopeng tadi.
Aura itu membawa satu kekuatan yang sulit dijelaskan.
Li Yong tidak tahu dua 'raksasa' yang berjalan di samping kanan dan kiri itu. Tetapi dia tahu orang gemuk yang berjalan di tengah tersebut.
Kalau bukan Hartawan To yang sedang dia cari-cari selama ini, siapa lagi?
Melihat kedatangannya, semua anak buah yang berada di halaman itu langsung berkata secara serempak.
"Semoga majikan panjang umur," kata mereka.
"Hahaha … terimakasih," ujar Hartawan To sambil tertawa.
Pada saat dia tertawa, seluruh tubuhnya ikut berguncang. Lemak yang berada di setiap inci tubuh itu ikut bergoyang-goyang karenanya.
Setelah berkata demikian, Hartawan To kemudian berjalan lagi. Dia baru berhenti setelah jaraknya dengan Li Yong hanya terpaut sekitar lima langkah saja.
"Hemm … tidak kusangka, kita bertemu lagi, anak muda," katanya dengan ramah.
"Ya, aku pun tidak menyangka akan bertemu denganmu lagi," jawab Li Yong dengan nada datar.
"Apakah kau mencariku?"
"Aku sudah mencarimu beberapa waktu lalu,"
"Lantas kenapa kau baru tiba di sini?"
"Karena ada persoalan mendadak yang harus aku selesaikan,"
Hartawan To manggut-manggut seakan mengerti. Kemudian katanya, "Mari, mari masuk ke dalam. Tidak enak kalau bicara diluar. Di dalam sana kau bisa menemukan arak yang sangat enak," ujarnya kembali tertawa.
"Baik," tukas Li Yong sambil menganggukkan kepalanya.
Hartawan To segera mempersilahkan pemuda itu berjalan lebih dulu ketika undangannya diterima. Bersamaan dengan hal tersebut, dia pun menyuruh dua 'raksasa' itu untuk membubarkan semua anak buahnya.
"Semuanya, bubar sekarang juga," kata salah satu dari dua 'raksasa' dengan suaranya yang tidak kalah lantang.
Semua orang langsung bubar seketika itu juga ketika mereka mendengar perintah tersebut.
###
Di dalam kediaman Hartawan To, ada sebuah ruangan yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Di dalamnya terdapat barang-barang yang sangat mewah. Tiga buah lukisan terpajang di dinding dengan rapi. Di sana juga ada satu meja panjang dan lima bangku yang terbuat dari batu giok murni.
Ruangan itu dikhususkan untuk menerima tamu-tamu istimewa. Sekarang, Li Yong pun ada di sana. Meskipun dirinya bukan termasuk tamu istimewa, namun dia benar-benar ada di sana.
Pemuda itu sedang duduk dengan tenang dan santai. Di depannya ada satu guci arak yang menyiarkan bau harum ke seluruh ruangan. Di pinggir guci arak ada beberapa hidangan pelengkap yang mewah dan lezat.
Hartawan To duduk persis di depannya. Di belakang orang itu masih ada dua 'raksasa'. Sepertinya mereka adalah pengawal pribadin, sehingga ke mana pun Hartawan To melangkah, maka keduanya akan selalu ada di sisinya.
Sebelum bicara, Hartawan To sempat mengajak Li Yong untuk bersulang arak. Mereka bahkan bersulang sampai tiga kali banyaknya.
"Apakah menurutmu arak ini sangat bagus?" tanya Hartawan To.
"Sangat-sangat bagus. Bukankah ini adalah arak Embun Pagi?"
"Bagaimana kau bisa tahu kalau ini adalah arak Embun Pagi?"
Li Yong tidak menjawab. Pemuda itu hanya tersenyum simpul.
"Hemm, dalam hal arak ternyata kau mempunyai pengetahuan yang luar biasa,"
"Seorang setan arak memang harus tahu nama-nama arak yang dia minum,"
Hartawan To kemudian tertawa ketika mendengar jawaban tersebut.
Keduanya kemudian bersulang kembali. Setelah beberapa saat mereka saling diam, tiba-tiba Hartawan To berkata kembali.
"Ngomong-ngomong, apa tujuanmu mencariku?" tanyanya dengan ramah.
"Yang pasti bukan untuk mencicipi arak Embun Pagi ini," jawab Li Yong mulai dingin kembali.
"Ya, aku tahu. Lalu, persoalan penting apa yang membawamu datang kemari?"
"Menyangkut hilangnya kuburan Kakek Li Beng," ujarnya sambil memandangi Hartawam To dengan tatapan tajam.
Orang gemuk itu mengerutkan kening. Seolah-olah dirinya sedang merasa kebingungan.
"Kau jangan pura-pura tidak mengerti,"
"Lalu?"
"Aku tahu, yang memindahkan kuburan Kakek Li Beng adalah anak buahmu,"
"Kenapa harus aku yang memindahkannya?"
"Karena kau membutuhkan tenagaku,"
Ucapan Li Yong terdengar sangat tegas dan penuh rasa percaya diri. Melihat hal itu, mau tidak mau Hartawan To dibuat kagum juga. Dia tidak menyangka kalau pemuda tersebut ternyata mempunyai keyakinan setinggi itu.
Suasana dalam ruangan itu kembali sunyi. Hartawan To belum memberikan jawaban. Li Yong pun tidak bicara lagi. Pada dasarnya, pemuda itu memang tidak suka banyak bicara.
"Hahh …" Hartawan To tiba-tiba menghela nafas panjang. Lewat sebentar, dia kembali berkata, "Kagum, aku benar-benar kagum terhadapmu," katanya dengan serius.
"Kenapa?" tanya Li Yong lebih lanjut.
"Kau masih muda. Tapi sudah mempunyai keyakinan setinggi itu. Tidak sia-sia aku memilihmu,"
Hartawan To berhenti sebentar. Sekejap dia memandang wajah pemuda itu, seolah-olah dirinya ingin melihat reaksi yang diberikan untuknya.
Namun karena setelah menunggu cukup lama, tapi Li Yong tetap diam saja, maka pada akhirnya dia memutuskan untuk melanjutkan kembali ucapannya yang tadi sempat berhenti.
"Harus aku akui, terkait kejadian hilangnya kuburan Kakek Li Beng, aku memang masih ada sangkut pautnya. Ucapanmu benar, malah orang-orangku sendiri yang telah memindahkan kubuan itu,"
"Oleh sebab itulah aku kemari dan ingin bertemu denganmu," potong Li Yong dengan cepat.
"Sekarang bukankah kau sudah bertemu denganku?"
"Ya, aku sudah bertemu,"
"Lalu, apa yang ingin kau katakan selanjutnya?"
"Aku hanya tanya, apa keinginanmu sebenarnya?"