Chereads / Dokter Jenius: Mengejar Cinta Karakter Novel / Chapter 24 - Kenapa Kamu Bangun

Chapter 24 - Kenapa Kamu Bangun

Ketika Gu Shen keluar dari kamar mandi, Yan Xi masih ada di kamar, sedang bermain-main dengan pengering rambut.

Melihat Gu Shen keluar dia segera melambaikan tangannya, "Ayo, aku keringkan rambutmu."

Rambutnya yang basah terjuntai, membuat alis Gu Shen menjadi semakin lembut. 

Dia mendorong kursi Gu Shen dan berdiri di depannya.

Biasanya, Gu Shen tidak akan mengijinkan Yan Xi menyentuh kepalanya. Namun, saat ini dia berkompromi. 

Dia jadi sadar jika selama ini dia sudah banyak berkompromi dengan Yan Xi.

Suara pengering rambut terdengar, udara hangat bertiup melalui rambut Gu Shen, mengeringkan sisa-sisa air di rambutnya.

"Katakan saja padaku jika terlalu panas."

Gu Shen tidak menjawab, dia hanya duduk diam hingga rambutnya kering.

"Sudah." Yan Xi menyentuh rambut Gu Shen, "Sudah kering." Dia berkata dengan tidak sabar, "Cepat naiklah ke ranjang, aku akan memijatmu!"

Yan Xi membantu Gu Shen naik ke ranjang. Gu Shen setengah berbaring, dan kakinya diletakkan berdampingan dengan rapi.

Gu Shen menurunkan matanya menatap Yan Xi, melihatnya menuangkan sesuatu ke tangannya, lalu menekuk jari-jarinya dan menekan titik akupunktur di kakinya.

"Aku cukup kuat, jadi jika kamu merasa tidak nyaman, beritahu aku."

"Aku tidak bisa merasakan apa-apa di kedua kaki ini. Tak peduli seberapa kuat tenagamu, aku tak akan merasakan apa-apa."

"Kamu akan merasakannya suatu saat." Yan Xi menepuk bahunya, seolah ingin menenangkan.

Dia menekan titik akupuntur dengan kuat mulai dari bawah ke arah atas. Minyak esensial dioleskan ke pahanya, terlihat berkilau di bawah cahaya lampu.

Saat sampai di paha, tangan Yan Xi menggosoknya terus menerus. Gu Shen menarik napas dalam-dalam berusaha mengendalikan dirinya. Namun, dia masih tidak bisa mengendalikan bagian tubuhnya itu untuk tidak berdiri.

Yan Xi terkejut, "Kenapa kamu bangun?"

Tangannya maju dan dia merasakan benda panas itu. Membuat pipinya memerah dan tangannya yang sedang memijat itu berhenti seketika.

Tidak lama setelah itu, dia bertanya dengan suara kecil, "Apa kamu mau aku membantumu."

"Tidak perlu." Suara Gu Shen sedikit serak penuh dengan hasrat, "Kamu keluarlah dulu."

"Kalau begitu aku akan lanjutkan besok."

"Hm."

Yan Xi tidak peduli lagi tentang mengemasi botol dan kaleng itu. Dia meninggalkannya di kamar Gu Shen, kemudian berlari dengan terburu-buru.

Malam ini, tak satu pun dari mereka berdua yang bisa tidur. Wajah Gu Shen menunjukkan kelelahan, membuat Gu Yan tidak tahan ingin bertanya.

"Apa yang Anda lakukan kemarin malam?"

"Aku hanya tidak bisa tidur dengan nyenyak." Gu Shen mengernyit.

"Perlu aku siapkan aromaterapi untuk Anda malam ini?"

"Tidak perlu." Gu Shen menolak, "Kapan psikiaternya datang?" 

"Siang. Apakah Anda akan pergi ke kantor pagi ini atau bekerja di rumah?'

"Siapkan mobilnya, aku akan ke kantor."

Saat Gu Shen masuk ke kantor, semuanya tampak normal. Namun, saat punggungnya sudah tidak terlihat lagi, orang-orang di belakangnya mulia bergosip.

"Apa yang dilakukan presdir Gu kemarin malam? Dia terlihat sangat lelah."

"Kenapa aku melihatnya tidak seperti kelelahan, lebih seperti keinginan yang tidak terpuaskan."

"Dengan istrinya yang dimanjakan itu?"

Beberapa orang itu saling melirik satu sama lain, dan seketika mereka memngetahui arti 'bahagia di atas penderitaan orang lain'.

"Sudah lama sekali kita ditekan oleh presdir Gu. Sekarang akhirnya ada yang bisa menekan presdir Gu. Aku sungguh penasaran dengan nyonya kita ini."

Orang di sebelahnya memberikan isyarat agar dia diam.

"Pelan-pelan. Nanti aku akan tanya-tanya ke kantor presdir."

Orang di kantor presdir tidak tahu menahu mengenai hal ini. Dan saat Gu Shen pergi, beberapa orang mulai bergosip dengan suara pelan.

"Presdir Gu menyembunyikan semuanya dengan sangat baik. Jika bukan karena telepon kemarin malam, sampai sekarang kita tidak akan pernah tahu jika dia sudah menikah. Hidup kita akan lebih baik kedepannya."

Orang di sebelahnya menghilangkan pikirannya ini.

"Lupakan saja. Kamu tidak lihat wajah presdir Gu tadi? Hanya jika nyonya sedang dalam suasana hati baik, barulah kita bisa hidup dengan tenang."