Suara langkah kaki dari heels yang dikenakan Zefa mulai terdengar sampai ke ruangan Estevan, ia melangkah dengan cepat lalu masuk ke ruangan bosnya dan tepat di pukul sembilan pagi Zefa sudah berdiri di depan meja Estevan.
"Pak Estevan, saatnya melanjutkan acara berikutnya." Zefa memberikan beberapa lembar kertas tentang susunan acara saat ini.
"Aku tidak butuh itu, ayo segera pergi ke aula utama." Estevan beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendahului Zefa tanpa memeriksa apa yang harus ia sampaikan.
'Ck. Lihatlah sikap manusia ini,' gerutu Zefa sambil menatap dingin punggung Estevan yang berada di depannya, ia membuka pintu ruangan ketika Estevan berada di depan bingkai tersebut dan setelah pria itu keluar, barulah Zefa menutup pintu ruangan CEO.
Disepanjang perjalan menuju ke aula, Zefa berusaha keras menyeimbangkan laju langkah kakinya agar dirinya tidak terlalu jauh dari jangkauan bosnya.
Sejujurnya, Zefa sangat kesulitan melakukan hal itu dan terlebih lagi, ditahun-tahun sebelumnya ketika Leonard masih menjadi bosnya. Pria beruban itu selalu melambatkan jalannya saat melihat Zefa yang kesusahan mengikutinya.
'Aku masih tidak yakin kalau dia adalah manusia,' gerutu Zefa. Dan saat hendak masuk ke dalam lift, Estevan tiba-tiba menghentikan langkahnya sehingga membuat dahi Zefa terbentur ke punggung Estevan.
Zefa mendongak dan saat melihat Estevan tidak bergerak sama sekali, membuat Zefa pun segera berjalan ke samping pria itu untuk melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Raut wajah Estevan berubah memerah ketika melihat sebuah noda di pintu lift.
"Bagaimana mungkin ada noda di sini?"
Melihat raut wajah marah dari Estevan, mengingatkannya pada ekpresi wajah seseorang yang dirinya rindukan.
Namun, dalam sekejap Zefa berusaha menghilangkan pikirannya itu dan harus fokus pada pekerjaannya.
"Saya akan memanggilkan office boy yang ada di sini."
Saat Zefa hendak melangkah, Estevan berkata, "Tidak! Pekerja seperti ini memang harus diberi peringatan."
Tak lama kemudian, Tiba-tiba dua klining servis datang dengan membawa alat bersih yang lengkap, dua pekerja itu membungkukkan di saat melihat wajah garang dari Estevan.
"APA KALIAN TIDAK MELIHAT ADA NODA DI SINI? BAGAIMANA MUNGKIN KANTOR DARI PERUSAHAAN ZORGER COMPANY KOTOR SEPERTI INI?" ujarnya dengan nada tinggi.
Kedua pekerja itu terlihat gemetar ketika mendengar suara amarah dari pemilik baru perusahaan tersebut.
"Ma-maaf pak Estevan, ka-kami akan membersihkannya langsung," ucap salah satu office boy dengan terbata-bata.
Zefa sangat tidak nyaman mendengar suara bentakan dari Estevan yang hampir sama dengan suara dari mendiang Joshua, Zefa menatap dingin kearah bosnya itu lalu berkata, "Kita sudah telat sepuluh menit dari jadwal yang sudah di siapkan."
Sekilas, Estevan melirik ke arah Zefa lalu berbalik dan berdiri di depan pintu.
"Aku tidak ingin melihat satu kotoran yang tertinggal di setiap sudut kantor ini." Saat Zefa menekan tombol open yang ada di samping pintu lift, barulah Estevan masuk dan ketika pintu itu terbuka, Estevan kembali berbalik menatap pekerja kebersihan yang masih membungkukkan badannya.
Zefa segera menutup pintu lift dan berdiri di belakang Estevan. Hanya satu hal yang dipikirkan Zefa saat ini yaitu. 'Bagaimana mungkin ada bos yang segalak ini.'
Zefa menggelengkan kepalanya sebelum ia menatap beberapa dokumen yang ada di tangannya.
"Bukankah sudah aku bilang untuk menyingkirkan wajah datarmu?" tanya sengit dari Estevan saat melihat Zefa yang sedang menatap dokumen dari pantulan kaca.
"Jika anda tidak suka, anda tidak perlu melihat wajah saya." Perkataan pedas pun akhirnya keluar dari mulut Zefa yang mencoba menahan amarahnya ketika pria di depannya selalu mengkritik raut wajahnya.
Estevan pun juga sama tersinggung dengan ucapan yang baru saja Zefa lontarkan padanya, ia menoleh ke belakang dan matanya semakin menajam ketika kepala Zefa mendongak.
Gadis itu tidak terlihat takut maupun terkejut saat melihat sorot mata dari Estevan, Zefa hanya menatap Estevan dengan mata sayu nya lalu kembali menatap ke arah lembaran dokumen yang berada ditangannya.
'Mengapa dia tidak takut?' Estevan merasa heran, lalu ia menoleh ke depan dan pintu lift kembali terbuka.
'Ck. Apa kau kira aku akan takut dengan tatapanmu itu,' batin Zefa sebelum ia mendongakkan kepalanya dan mengikuti langkah kaki yang cepat dari Estevan.
***
Suara aula sangatlah ramai. Sampai sangat menganggu pendengaran Estevan. Pria itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan sebelum ia melangkahkan kakinya ke atas panggung dan berdiri dihadapan para pegawainya.
"Apakah ini kelakukan dari para karyawan kantor?" Estevan mengetuk-ngetukkan kakinya sambil melihat kedua lengannya ke atas dada.
Zefa mengerti maksud dari Estevan, segera ia melipat map dokumen lalu mengambil mikrofon yang baru di berikan oleh security kepadanya.
"Kunci mulut kalian." Sindiran yang baru dilontarkankan Zefa terdengar dari pengeras suara yang berada di belakang ruangan aula dan membuat para pegawai diam serta menghadap ke depan.
Zefa merasa ini sudah cukup, ia memberikan mikrofon kepada Estevan yang berdiri disampingnya.
"Silahkan pak." Dan sesaat setelah Estevan menerima benda tersebut, Zefa kembali melangkah ke belakang.
Estevan mencoba terbiasa dengan ucapan pedas dari wanita dingin yang berada di depannya.
Sepasang mata dari para pegawainya terlihat terkejut melihat dirinya yang sudah berdiri di depan mereka.
"Apakah dia benar-benar bos kita?" bisik pegawai wanita yang duduk di depan panggung.
"Ya sepertinya begitu, bukankah dia sangat tampan?" bisik pegawai wanita yang berada di sebelahnya.
Estevan yang mendengar hal itu hanya diam namun dalam hatinya ia bergumam, 'Tentu, seorang Estevan harus tampan dan juga sempurna.' Sambil menyunggingkan senyumnya kepada para karyawan.
Zefa yang berdiri di belakang langsung membacakan susunan acara ketika ia menerima kembali mikrofon pemberian security hingga sampai acara dimana Estevan memberikan kalimat perkenalan untuk para karyawan.
"Silahkan Pak Estevan, anda mungkin berkenan memberikan sepatah kata untuk para karyawan kantor Zorger company."
Estevan tersenyum lalu mendekatkan mikrofon ke depan mulutnya.
"Seperti yang kalian tahu, kalau saya Estevan sudah menjadi bos kalian. Jangan samakan sifat saya dengan bos lama kalian. Saya sangat membenci hal yang tidak rapi, tidak teratur maupun tidak bersih. Jadi saya akan menegur siapapun yang melakukan hal tersebut. Saya akan membuat nama Zoger Company menjadi salah satu perusahan makanan yang terkenal sampai ke seluruh dunia, jadi saya mengharapkan kerja sama dari kalian semua."
Semua orang bertepuk tangan ketika mendengar kalimat pidato yang di berikan bos mereka. Zefa yang melihat hal tersebut kembali membaca susunan acara yang ada di depannya.
"Tidak terasa kita sampai di penghujung acara, saya selaku pembawa acara sekaligus Sekertaris dari Zorger Company mengucapkan selamat bekerja dan semangat."
Satu persatu karyawan keluar dari aula lalu meninggalkan Estevan dan Zefa yang masih berdiri di atas panggung.
Zefa menerima mikrofon yang diberikan Estevan kepadanya. Lalu mengembalikannya pada security yang berjaga di sana.
Sebelum melangkahkan kakinya, Estevan bertanya kepada Zefa mengenai jadwal selanjutnya, "Acara apa selanjutnya?" Sambil menoleh ke arah Zefa.
Ia pun kembali membuka lembaran jadwal agenda hari ini lalu menyeret jemari lentiknya ke kolom yang tersusun rapi di sana.
"Anda masih memiliki waktu tiga puluh menit sebelum jam makan siang dan melihat secara langsung lahan kontruksi yang ada di pusat kota."
Zefa kemudian kembali mengangkat kepalanya.
"Baik, belikan lagi salad buah ditempat yang sama dan jangan sampai kau membohongi bosmu," perintah Estevan lalu melangkah pergi.
Mendengar perintah dari bosnya itu pun, membuat Zefa menggigit bibir bawahnya untuk meluapkan emosinya.
'Aku benar-benar ingin membunuhnya,' gerutunya sambil menatap sengit ke arah punggung Estevan yang semakin jauh dari jangkauannya.
To Be Continued...