Pada saat ini, dia mendengar dentuman keras dari kamar tidur.
Ketika matanya menyala seperti bola lampu kecil, dia berlari ke pintu kamar dan melihat Vincent berdiri di samping dengan piyama hitamnya, sementara kain sutra di lantai telah dibuka, dan pecahan batu giok yang pecah keluar dari dalam.
Dia segera menunjukkan ekspresi putus asa, mengambil gelang di lantai dan membukanya, "Ah, lihat, gelang itu rusak. Kamu benar-benar memecahkan gelang yang diberikan Nenekmu kepadaku, mengapa kamu begitu ceroboh?"
Ekspresi Vincent sedikit kaku. Dia melihat akting berlebihan Luna, tapi tidak memberitahunya. Padahal dia sudah membuka kain sutra sebelumnya.
"Aku memecahkannya?" Vincent memandang Luna dengan ringan.
Menutupi hati nuraninya yang bersalah, Luna hanya mengangguk.