"Hai."
Arini yang sedang sibuk memilah batik sekar jagad pesanan salah satu langganannya segera menghentikan kegiatannya. Ia terpana menyaksikan seorang laki-laki tampan berkaca mata hitam sedang duduk menghadapnya. Ia mengerutkan keningnya, mencoba mencari tahu tentang laki-laki itu. Dia tahu kalau dia sama sekali tidak mengenal pria tampan yang kini sedang tersenyum manis kepadanya.
"Siapa ya?"
"Kau sama sekali tidak mengenalku? Oh my God, ternyata aku terlalu percaya diri. Aku kira kau sudah mengenalku karena beberapa kali kita pernah bertemu di beberapa acara pameran batik."
Arini tersenyum lalu menangkupkan kedua tangannya kepada laki-laki yang kini sedang tersenyum.
"Maafkan aku! Aku sama sekali tidak sengaja untuk mengatakan bahwa aku tidak mengenalmu sama sekali. tapi percayalah aku akan tetap mengingat momen dimana kita bertemu saat itu."
Laki-laki di depan Arini mengerucutkan bibirnya mendengar jawaban wanita yang selama ini sangat dicintainya. Dia terlalu heran dengan sikap dingin yang ditunjukkan oleh wanita berkerudung biru di hadapannya. Beberapa kali dia mengamati pergerakan Arini, namun penampakannya tidak sama dengan apa yang dia lihat saat ini.
Ia selalu melihat saat Arini bersama dengan orang lain, dia tampak lebih ceria dan bahagia sehingga bagi laki-laki yang bernama Kembara, Arini benar-benar menjadi sosok idaman.
"Aku tahu siapa diriku ini sehingga memang tidak layak untuk kamu ingat. Tapi kamu perlu bahwa aku memilih kekuatan untuk mengubah hati yang tidak cinta menjadi tergila-gila kepadaku. Ingat kata-kataku dan jangan pernah kamu lupakan Karena sekali kamu lupa maka kamu akan menjadi korban."
Arini memundurkan badannya. Ia sama sekali tidak suka mendengar kalimat Kembara yang sangat menjijikkan dan membuat dia ingin muntah karena kesombongan laki-laki itu. mungkin yang dikatakan oleh Kembara benar bahwa dia selalu mengikuti kegiatannya namun dia sama sekali tidak memiliki keinginan untuk membuat hatinya penasaran pada orang sombong di hadapannya.
"Apa yang sedang kamu pikirkan? Kalau boleh aku. kalau tidak aku tidak akan memaksa untuk menceritakan. aku akan mencari tahu dengan kekuatan yang aku miliki."
"Mungkin memang benar kamu memiliki kekuatan yang bahkan tidak dimiliki oleh siapapun di dunia ini, tapi kamu perlu ingat bahwa kekuatanmu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekuatan Tuhan. Kalau memang kamu mau sedikit saja berpikir, Bahwa hidup ini hanya sementara dan kita dilarang untuk menyombongkan apa yang menjadi di potensi kita terhadap orang lain, aku yakin kamu tidak akan pernah melakukan kesombongan itu dia dapat."
Kembara tersenyum mendengar kalimat Arini. dia benar-benar merasa penasaran dengan gadis cantik di hadapannya. Dia tidak tahu keistimewaan apa yang dimiliki oleh Arini selain wajah cantiknya yang membuat dia jatuh hati kepada wanita itu. Kumbara juga tidak tahu mengapa dia hari ini merendahkan dirinya dihadapan wanita yang sama sekali tidak mengenalnya apa lagi jatuh cinta kepadanya.
"Apakah kamu tahu kalau selama ini aku menjadi rebutan banyak kaum hawa? mereka mengejarku kemanapun aku pergi bahkan tidak sedikit dari mereka yang berpura-pura memiliki kepentingan dan urusan yang sama denganku hanya demi bisa dekat denganku. Aku heran saja Mengapa engkau sama sekali tidak memiliki keinginan yang sama dengan mereka, Padahal aku yakin engkau pun sebenarnya penasaran terhadapku. Ayo mengaku! Jangan pernah kau sembunyikan perasaan sukamu kepadaku.
Arini tersenyum. Sebenarnya dia sangat kasihan melihat Kembara. Dia tampan dengan tubuh atletis nya. dalam hati Arini mempercayai ucapan Kembara bahwa banyak sekali para gadis mengantri untuk dijadikan sebagai kekasih atau istrinya. Arini sama sekali tidak merangkumkan semua ucapan Kembara tentang para gadis yang berpura-pura memiliki kepentingan yang sama dengan Kembara dan mengikuti kemanapun dia pergi karena selama ini ia pun memiliki teman yang melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh para gadis ketika mengejar laki-laki yang disukai.
"Hai cantik. Mengapa diam? Apakah kamu sama sekali tidak tertarik untuk membalas ucapanku Atau kamu tidak percaya dengan apa yang aku katakan? sungguh kasihan diriku ini yang sudah mengemis cinta kepadamu namun aku diabaikan seperti ini."
Arini menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia benar-benar bingung bagaimana harus bersikap dihadapan Kembara. Selama ini ia memang membatasi diri dan pergaulannya dari lawan jenis. Bukan karena dia tidak ingin tapi karena ayahnya sama sekali tidak mengizinkannya untuk memiliki kekasih sebelum menikah.
"Maaf ya Tuan Bukannya aku tidak merespon. Aku sama sekali tidak bisa Menjadikan dirimu sebagai apapun di dalam hidupku karena selama ini memang tidak pernah bergaul dengan lawan jenis hanya karena tujuan kesenangan semu. aku hanya akan dekat dengan lelaki ketika dia melamarku untuk dijadikan sebagai istri namun tidak mungkin ketika aku dan kamu baru bertemu sekarang kamu langsung mengajukan diri untuk melamar. aku belum mengenalmu begitu juga dirimu. Bukan maksudku untuk menolak, Aku benar-benar belum memiliki keinginan untuk dekat dengan siapapun saat ini. walaupun kamu akan menggunakan kekuatan untuk membuat aku tergila-gila aku tetap berharap Tuhan akan menjaga diriku dan hatiku agar tidak jatuh cinta kepadamu."
Kembara sebenarnya kesal dengan apa yang dikatakan oleh Arini. dia benar-benar merasa tertolak dan harga dirinya Terinjak oleh wanita yang yang sangat sederhana itu. dia ingin mengamuk saat ini juga namun ia merasa belum saatnya menunjukkan kekuatannya kepada Arini. Kembara kemudian bangkit dari posisinya dan melangkah meninggalkan Arini di butik kesayangannya. butik batik kota Yogyakarta. pusat perbelanjaan terbesar di kota pelajar, kota kelahiran Arini.
Melihat kepergian Kembara, Arini hanya bisa memandang punggung laki-laki itu sambil menggelengkan kepala. Dia benar-benar bingung menerima kenyataan yang baru saja terjadi.
"Ya Tuhan apalagi yang Engkau berikan kepadaku hari ini? Setelah aku dimusuhi oleh Bima, kini muncul Kumbara dengan sikapnya yang sangat arogan. Tolong lindungi aku dan jangan kau ijinkan aku untuk jatuh ke tangan pemuda itu. Walaupun aku belum tahu siapa dia sebenarnya, aku tetap berharap tidak akan bertemu dengan dia lagi di mana pun berada."
"Hahaha, Apakah itu adalah niatmu? Tapi sayang aku tidak akan pernah mengabulkan semuanya. Aku akan menjadi bayang-bayangmu dimanapun kamu berada."
Arini memandang sekeliling mencoba mencari sumber suara. Namun dirinya tidak menemukan siapapun di sekelilingnya. Bulu kuduknya berdiri dan ia merasakan ada hawa aneh yang ada di di sekitarnya dan membuat dia harus bangun untuk melangkah menuju kamar mandi, berwudhu dan dia akan melakukan shalat untuk mengadukan semua keinginannya kepada Tuhan. saat ia berada di kamar mandi sekali lagi sebuah suara membuat dia terpana dan merasa terintimidasi. Dia mencoba memandang sekeliling dan memastikan bahwa tidak ada orang yang mengikutinya sampai di sana.