"Prima, kayaknya lo harus ngomong sama Karin deh," kata Yolla yang tiba-tiba menghampiri kelompok Ratu.
"Kenapa lagi sama dia?"
Yolla menyilangkan kedua tangannya di depan dada dengan wajah yang cemberut. "Dia enggak tanggung jawab sama kelompoknya. Main lepas tangan gitu aja."
"Dia marah karena gue?"
"Dia berantem sama Cery," jawab Yolla.
"Biarin ajalah, dia juga lebih percaya omongan Cery dari pada gue," kata Prima tak acuh.
"Prim...," ucap Yolla dengan nada memohon.
"Oke, gue bakalan ngomong sama dia. Habis gue selesai sama kelompok gue, bisa kan?"
Yolla akhirnya mengangguk dan pergi begitu saja. Sandi kembali melihat ke arah anggota kelompoknya lagi. Dia melanjutkan pembicaraannya lagi.
"Pembahasan kita sudah punya kesepakatan kan? Untuk pertemuan selanjutnya bisa kita diskusikan di grup yang sudah saya buat. Jadi hari ini sampai sini dulu, pertemuan ini saya tutup ya. Terima kasih," kata Prima.
Setelah pertemuan mereka bubar, Ratu segera ke luar dari aula dan mencari keberadaan Athalla. Kali ini tidak sulit menemukan cowok itu sebab kelompok yang lain masih sibuk berdiskusi. Hanya kelompok tiga dan lima saja yang sudah membubarkan diri.
Athalla terlihat duduk bersama dengan seorang cewek yang diketahui Ratu bernama Karin. Ratu agak heran kenapa Athalla bisa bersama cewek itu. Waktu dia ingin melangkah ke luar dari gedung aula, seseorang telah mendahuluinya.
Orang yang mendahului langkah Ratu adalah Prima. Dengan langkah lebarnya, cowok itu menghampiri Karin dan Athalla yang duduk di depan ruang kelas. Ratu hanya bisa berdiri dan melihat dari jauh sehingga dia tidak mendengar apa yang mereka bicarakan.
Hal yang bisa Ratu lihat adalah Prima menarik tangan Karin untuk menjauh dari sana. Akan tetapi tarikan itu ditepis Karin karena sepertinya cewek itu tidak ingin beranjak dari sana. Kemudian, gantian Athalla yang ingin menjauh tapi Karin menahan tangan cowok itu.
"Aduh, mereka buat drama lagi di sana."
Ratu menoleh ke samping ternyata bukan hanya dirinya yang memperhatikan tiga orang itu. Ada juga Yolla dan Kevin yang berdiri depan pintu aula.
"Gue sebel banget sebenarnya sama Karin. Dia itu suka bawa-bawa urusan pribadi. Apa lagi kalau udah berantem sama Prima, cari perhatian banget," keluh Yolla.
Omongan Yolla tentang Karin tidak hanya sampai disitu. Biar pun tidak digubris dengan Kenzi, dia tetap saja mengoceh. Cowok itu hanya berdiri sambil memperhatikan Prima, Athalla dan Karin.
"Gue jadi Prima udah gue putusin tuh cewek. Hari ini, detik ini juga. Asal lo tau ya, tadi itu Prima udah mohon minta maaf tapi masih aja dia sok jual mahal. Pas Prima pergi dia malah bilang salah Prima. Gue juga cewek dan pernah punya pacar tapi enggak seribet dia."
"Bukannya lo udah sering liat mereka berantem?" tanya Kevib yang akhirnya angkat bicara.
"Iya, udah terlalu sering liat dan sampai bosan. Gue berharap deh, hari ini ada keajaiban yang bikin mereka putus." Yolla lalu berbalik badan dan masuk kembali ke aula.
Tinggalah Kevin yang masih berdiri di depan pintu aula sambil memperhatikan mereka tiga orang itu. Ratu juga kembali melihat Athalla, Prima dan Karin. Saat Ratu melihat ke arah mereka bertiga, ternyata Karin sudah pergi sambil menggandeng tangan Athalla.
Ratu sempat terdiam sesaat memperhatikan ke arah mana dua orang itu pergi tapi kemudian matanya terbelalak saat melihat Athalla dan Karin ke lapangan parkiran menaiki motor. Tanpa pikir panjang Ratu berjalan cepat mengejar Athalla dan Karin. Namun dia terlambat, motor Athalla sudah ke luar dari halaman kampus.
"Athalla," panggil Ratu yang terdengar sia-sia.
Sekarang Ratu jadi bingung bagaimana dia bisa pulang. Perjalanan dari kampus ke rumahnya cukup jauh. Tidak akan mungkin kalau ditempuh dengan berjalan kaki. Kalau pun dia memesan taksi, itu akan memakan banyak ongkos.
Dengan perasaan kesal, Ratu duduk di kursi yang berada di dekat lapangan parkir. Dia merogoh tas, mengambil ponsel dan mencoba menghubungi Athalla tapi cowok itu tidak juga mengangkat telepon dan membaca pesan darinya. Sementara itu hari sudah mulai gelap, bukan karena menjelang malam melainkan ingin hujan deras.
Suasana seperti ini makin membuat Ratu merasa kesal. Bagaimana bisa dia ditinggal Athalla begitu saja. Apa lagi, saudara kembarnya itu meninggalkan dirinya untuk cewek lain.
Hal ini seakan menjadi gambaran jelas untuk Ratu bahwa pasti akan ada orang lain yang akan pergi dengan Athalla. Orang itu sudah jelas bukan dirinya. Dia tidak akan bisa memiliki Athalla untuk selamanya.
Tiba-tiba saja air mata Ratu turun begitu saja. Dia pun segera mengusapnya. Namun makin Ratu mengusap air mata itu makin banyak yang keluar. Benar-benar menyebalkan.
"Hey, kamu kenapa?"
Ratu melihat siapa yang berdiri di depannya. Ternyata orang itu adalah Yolla dan Kevin, mereka membawa sebuah map berwarna merah.
"Kamu nangis?" tanya Yolla lagi saat melihat mata Ratu yang memerah.
Tangan Ratu segera mengusap air mata yang tersisa di pipinya. Lalu dia menjawab Yolla "Enggak apa-apa Kak."
"Serius deh, kamu kenapa? Ada panitia yang ngerjain kamu? Karena kalo ada, itu harus ditindaklanjuti," kata Yolla
Ratu menggeleng tapi kemudian dia menyampaikan yang sejujurnya. "Kak Karin tadi pulang bareng sama kakak saya. Jadi sekarang saya bingung harus pulang sama siapa."
"Oh, cowok yang dipaksa Karin buat antar dia tadi kakak kamu?" tanya Kevin.
Ratu mengangguk.
"Karin lagi," ucap Yolla dengan nada suara yang geram. "Rumahnya di mana?"
Ratu menyebutkan alamat rumahnya. Dia melihat Yolla dan Kevin saling bertatapan. Kemudian Kevin terlihat mengangguk. Seperti ada yang mereka bicarakan lewat tatapan itu.
"Biar gue aja yang ke ruangan Kak Kris. Lagian tiap minta tanda tangan gini pasti cuma gue yang suruh masuk sama Kak Kris," ucap Yolla pada Kevin.
"Iya juga sih." Kevin mengangguk.
"Ya udah, kalo gitu gue pergi dulu." Yolla pun melanjutkan melangkah untuk pergi ke ruangan pembina organisasi mahasiswa.
"Lo tunggu sini, gue tanyain ke Prima dulu kapan dia mau pulang. Nanti biar dia yang antar lo, soalnya rumahnya juga lewat daerah situ."
"Tapi Kak Kevin, apa enggak ngerepotin?"
"Lo ditinggal gini gara-gara Karin kan? Jadi dia harus tanggung jawab." Saat Kevin ingin berbalik badan dia melihat Prima yang juga berjalan ke arahnya. "Eh, bagus lo ada di sini."
"Apa?" tanya Prima sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Lo udah mau balik?"
"Iya." Prima mengenakan jaket levis miliknya.
"Antar dia nih," kata Kevin sambil menunjuk ke arah Ratu. "Dia ditinggal sama kakaknya gara-gara dipaksa Karin antar dia pulang."
"Kalo enggak bisa antar nggak apa-apa kok Kak," sahut Ratu dengan cepat. Dia takut dirinya malah membuat repot orang lain.
"Rumahnya searah sama rumah lo," lanjut Kevin.
"Oh, ya udah. Yuk. Biar gue antar," kata Prima tanpa banyak berpikir.
"Tapi, apa enggak ngerepotin?" tanya Ratu yang merasa tidak enak.
"Lagian, ini mau hujan. Kakak kamu naik motor kan tadi? Dia pasti bakalan neduh. Dari pada kamu nunggu lama di sini. Lebih baik ikut sama Prima, dia enggak akan masalah kok. Ya kan?" Kevin menepuk bahu Prima sambil menaikkan kedua alisnya.