Kedatangan Narwan tidak disangka Anthony sampai membuatnya membisu untuk sesaat. Ketika Dodit dan Junet sampai di belakang Narwan, barulah masuk akal kalau semua ini perbuatan mereka.
Junet yang memakai baju bebas itu menyeringai menatap Anthony senang, dia berkata tanpa suara, "Mampus!!"
"Tony!! Lancang sekali kamu? Kamu sudah kelewatan batas!!" bentak Narwan, dia melotot sambil menunggu penjelasan Anthony.
Anthony mengalihkan pandangannya ke Narwan, lalu dia menjawab dengan suara tenang, karena yakin tidak merasa bersalah.
"Saya tadi diberi tugas oleh Bu Vanya untuk menggantikannya menyeleksi karyawan yang ditempatkan di Cleaning Service, Pak," jelas Anthony.
"Hah!! Itu tidak mungkin Pak, mungkin hanya alasan Anthony saja," sanggah Junet yang tidak terima jika Anthony dipercaya untuk menyeleksi karyawan.
"Iya, dia itu kacung Pak. Apa mampu melakukan tugas sebesar itu!!" imbuh Dodit yang mempunyai rasa seperti Junet.
Mereka berdua sangat senang melihat posisi Anthony sekarang, mereka berharap dia bisa keluar dari restoran ini secepatnya dan sekuat tenaga mereka berusaha agar Narwan terprovokasi.
Narwan yang awalnya sedikit tertarik dengan Anthony, kini dia sangat membencinya dan berpikir bahwa kedekatannya dengan Vanya sengaja Anthony pakai untuk menguasai restoran.
"Tidak bisa dibiarkan, kamu saya pecat mulai detik ini!!!" bentak Narwan.
"Bapak tidak bisa melakukannya tanpa mendengar penjelasan terlebih dahulu dari Bu Vanya. Jika saya berbohong, saya dengan senang hati keluar dari restoran ini," tantang Anthony tidak gentar dengan amukan Narwan.
"Jangan Pak!! Jangan terpengaruh olehnya, keputusan bapak sudah tepat,"
Junet berkata untuk mempengaruhi Narwan, dia berseru tidak mau kalah dengan keteguhan Anthony.
"Tetap tidak bisa, Pak. Anda harus menunggu penjelasan dari pemilik restoran ini, jika anda memecat saya berarti anda juga bisa disebut lancang karena telah melangkahi keputusan atasan anda!!" sangkal Anthony.
Narwan merenung, dia tidak mau jika membuat kesalahan. Akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi Purnomo dulu sebelum bertindak. Dia tambah kesal ketika orang serendah Anthony bisa berpikir jauh, dirinya merasa kalah di hadapannya. Tanpa ada kata, Narwan pun pergi meninggalkan Anthony.
"Loh!! Pak, mau kemana? Urusan Anthony belum beres, Pak ... pak!!" panggil Junet.
Junet sangat marah, karena kali ini pun dia gagal untuk membuat Anthony menderita.
"Jangan senang dulu, jika pak Narwan sudah mendapatkan perintah dari atasan. Siap-siap angkat kaki dari sini!!"
"Dasar Kacung Ijo tidak tahu diri!!" umpat Junet.
Junet pergi meninggalkan Anthony disusul Dodit yang ikut mengumpat juga. Anthony hanya melihat mereka tajam, dia juga sedang menunggu keputusan itu.
"Hah!!! Waktu istirahatku harus terbuang 30 menit, " gerutu Anthony.
Narwan sudah di dalam mobilnya, sudah 3 kali ini dia menghubungi Purnomo. Namun, tidak ada jawaban darinya. Dia tidak tahu bahwa Purnomo masih melakukan perjalanan dinas ke luar negeri. Narwan tidak ada pilihan lain, dia pergi meninggalkan restoran.
Setelah 8 jam menghabiskan waktu di restoran, waktunya Anthony untuk pulang. Dia sudah keluar restoran, kadang dia pulang dengan menggunakan ojek, tidak jarang juga menggunakan angkutan umum. Hari ini dia memilih naik ojek.
Ojek sudah mengantarkannya sampai ke pangkalan, rumah neneknya tinggal 100 meter lagi. Dia menempuhnya dengan berjalan kaki. Kebetulan ada mobil bak yang mencari rosok, segera saja Anthony menghampiri orang itu.
"Bang!! Boleh bicara sebentar?" tanya Anthony.
"Bicara apa ya, Mas?" tanya orang itu.
"Masalah rosok, Bang. Di tempat saya bekerja ada barang rusak yang banyak, saya mencari orang yang mau membelinya," ungkap Anthony.
Abang pengepul itu langsung turun dari mobilnya, dia tertarik ketika Anthony membahas masalah rosok.
"Barangnya apa, Mas?" tanya abang itu.
"Perabot dapur, Bang. Banyak ada mungkin setengah mobil bak kalau dikumpulkan," terang Anthony.
"Boleh, Mas. Kapan kita ambilnya?" tanya abang itu lagi.
"Saya minta nomor ponselnya saja, Bang. Nanti saya kabari lewat telepon," jawab Anthony.
Mereka pun saling tukar kontak, dan mereka kembali ke aktivitas masing-masing. Anthony sudah sampai di rumah, dia pulang tepat saat neneknya menyiapkan makan malam.
"Assalamualaikum, Nek," sapa Anthony.
Nenek Anthony sudah mulai kurang pendengarannya, karena usia yang sudah renta. Namun, dia masih bisa berjalan sendiri tanpa alat bantu.
Anthony pun sudah berada di dapur, dia membantu neneknya untuk mencuci sayur terong.
"Ton, kamu sudah pulang? Nenek tidak dengar kamu masuk rumah," ucap Yasmini.
"Iya, Nek. Baru saja pulang," jawab Anthony tersenyum.
Mereka berkolaborasi di dapur. Anthony mengingat setiap langkah cara Yasmini memasak. Setelah selesai Anthony mandi, lalu mereka makan malam.
Di tengah acara makan malam, telepon Anthony berdering. Karena jarak kamar Anthony dan ruang makan dekat, dia segera mengambil ponselnya.
Anthony bungah ketika yang menelepon tersebut adalah Sean. Tanpa pikir panjang, dia menjawab telepon tersebut.
"Halo my men!!! Apa kabarmu?"
"Hallo, Ton. Sehat. Dari suaramu kelihatannya kamu sehat bugar ya!!" sahut Sean.
"Alhamdulillah. Ada kabar apa ini?? Kamu mau sebar undangan nikah?" celetuk Anthony.
"Haha.. jodohnya kabur, Ton. Kamu sendiri gimana??" tanya Sean.
"Jodohnya masih dipinjam orang, Sean. Vanya sudah menikah, aku sedikit terlambat untuk mendapatkannya," jawab Anthony.
"Hah!! Sedikit?? Apa maksudmu? Kamu sekarang sudah mendapatkannya? Kamu gila ya, Ton. Kamu serius masih berharap padanya??" tanya Sean heran.
Anthony sudah bertekad untuk merebut Vanya, dia menjawabnya dengan mantap, "Masih, Sean."
"Apa kamu sudah siap menanggung resikonya, Ton??"