Acara interview karyawan akan berlangsung di ruangan manager, Anthony baru saja memulai untuk menyeleksi mereka, dia sudah dihadapkan dengan karakter orang seperti Saiful.
"Pak, apa anda baru menjadi manager? Saya lihat anda tidak kompeten dalam bidang ini," ucap Saiful.
"Saya bukan manager, hanya saja hari ini saya diberi pekerjaan untuk menyeleksi kalian," ucap Anthony tersenyum, dia tidak tersinggung dibilang tidak kompeten, karena dia memang belum berpengalaman dalam bidang ini.
"Pantas saja, pertanyaan dari anda standar," sahut Saiful melengos jelas menunjukan rasa tidak sukanya.
"Apa iya? Coba beri saya contoh pertanyaan yang bermutu?"
Anthony ingin mendengar pendapatnya, mungkin bisa buat pembelajaran untuk dia menyeleksi karyawan berikutnya.
Saiful terlihat gelisah, dia sendiri tidak tahu persis pertanyaan yang bagus. Alhasil dia marah untuk menutupi rasa malunya.
"Ahhh!! Sudahlah, Pak. Akhiri saja interview ini. Saya sudah tidak minat untuk kerja lagi, palingan juga gajinya kecil," seloroh Saiful.
Saiful pun berdiri, lalu dia berjalan keluar dari ruangan dengan muka kesal. Anthony hanya mengangkat bahu, dia tidak mau ambil pusing untuk memikirnya, karena masih banyak orang yang mau bekerja dan tidak menyia-menyiakan kesempatan.
"Baguslah, setidaknya tugasku akan selesai lebih cepat," gumam Anthony yang justru lega dengan berkurangnya peserta untuk interview.
Anthony memanggil peserta berikutnya, dia bernama Bondan. Bondan sudah masuk serta duduk di hadapan Anthony.
"Bondan, perkenalkah dirimu!" perintah Anthony yang sudah membaca data diri di berkas surat lamaran yang orang tersebut kirimkan sebelumnya.
Disaat Bondan sedang memperkenalkan diri, Anthony mendengarkan sambil membaca resume Bondan. Dia tidak menyangka bahwa Bondan tinggal 1 kampung dengan Anthony hanya saja beda gang.
"Saya lihat keterangan di surat lamaranmu, apa benar kamu belum pernah bekerja?" tanya Anthony sambil memandang Bondan.
"Belum, Pak. Saya ingin sekali mendapatkan pekerjaan ini agar saya bisa mencari uang sendiri untuk membantu mengurangi beban keluarga saya," terang Bondan.
"Apa pendapatmu tentang bekerja sebagai Cleaning Service?" tanya Anthony, dia ingin melihat kesungguhan Bondan dengan pekerjaan yang dipilihnya.
"Tidak masalah Pak, selagi masih halal. Mungkin Cleaning Service adalah pekerjaan yang dipandang sebelah mata, tapi bagi saya kebersihan itu penting untuk segala hal,"
"Misalnya, restoran kalau tidak terlihat bersih, mana ada orang yang mau datang untuk makan," ungkap Bondan.
Anthony setuju dengan pendapat Bondan, dia terlihat puas dengan jawabannya. Restoran ataupun perusahaan akan butuh orang yang mempunyai pemikiran luas. Dia menulis ringkasan hasil interview Bondan di sebuah kertas yang sudah dia siapkan sebelumnya.
"Baiklah, kamu boleh keluar. Nanti kami akan hubungi lagi jika lolos dalam interview ini," ucap Anthony tersenyum.
Bondan masih diam ditempat, dia tampak ingin mengungkapkan sesuatu. Anthony yang baru menyadari tingkah Bondan itu bertanya.
"Iya, apakah ada yang perlu kamu sampaikan?"
"Tidak, Pak. Maaf saya permisi dulu," jawab Bondan.
Aduh!!! Bagaimana caraku bertanya kepadanya?? Aku sepertinya sering melihat bapak ini bukan dia lebih cocok dipanggil kakak sih menurutku.
Aku pernah melihatnya di daerah tempat tinggalku!!
Ahh!! Mungkin aku hanya melihat orang yang terlihat mirip saja, sangkal Bondan dalam hati. Bondan pun keluar ruangan membawa rasa penasarannya.
Anthony melanjutkan interview karyawan selanjutnya. Seiringnya waktu berjalan, Anthony menikmati tugas dari Vanya.
Dua jam sudah berlalu Anthony masih di dalam ruang manager, akhirnya usai sudah seleksi pagi itu. Dia merapikan berkas surat lamaran peserta beserta catatannya.
Telepon Anthony berdering, ketika orang yang dia tunggu menghubunginya balik. Anthony terlihat senang dan segera mengangkat telepon tersebut.
"Hallo, Ton. Maaf aku baru sempat menghubungimu, tadi mbak Anita mengajakku periksa dan aku lupa tidak membawa ponsel," ungkap Vanya.
"Iya, kamu sudah minum obatnya belum?" tanya Anthony tersenyum, sesaat dia lupa tentang kecemasannya untuk menyeleksi calon karyawan tadi.
"Sudah, tadi sehabis dari klinik aku langsung meminumnya dan sempat tidur juga, hehe. Sekarang aku sudah merasa baikkan," terang Vanya.
"Syukurlah, aku senang mendengarnya," timpal Anthony.
"Oiaa!!! Tadi bagaimana seleksi karyawannya, lancar?" tanya Vanya penasaran.
"Lumayan lancar, jangan salahkan aku jika salah menilai ya!!" protes Anthony.
"Haha. Tenang saja, nanti kita diskusikan bersama. Sebenarnya aku sendiri tidak begitu mengerti, hanya saja aku pernah melihat mamiku waktu mencari pembantu, jadi tahu sedikit,"
"Baiklah, aku sudahi dulu ya. Jika besok benar-benar sehat kita bicarakan lagi masalah karyawan di restoran. Makasih banyak ya, Ton. Kamu sudah membantuku dalam banyak hal," ungkap Vanya.
"Iya, aku senang bisa membantu. Jangan paksakan tubuhmu, tunggu sampai sehat betul," saran Anthony dengan nada cemas terdengar jelas.
"Iya, Ton. Sekali lagi terimakasih ya," ungkap Vanya menutup panggilan tersebut.
Anthony kembali mengantongi ponselnya, lalu dia keluar ruangan untuk beristirahat, kebetulan acara seleksi itu selesai tepat di waktu istirahat.
Ketika Anthony menutup pintu ruang manager, tampak Narwan sedang berjalan menuju ke arahnya. Raut wajah Narwan sudah tidak enak dipandang, dia seperti harimau kelaparan yang siap menerkam mangsa yang di incarnya.
Hah!! Bagus ini kesempatanku untuk mempermasalahkan Anthony si Kacung itu, semoga pak Purnomo senang, batin Narwan.
"Anthony, kamu lancang sekali!!! Apa yang sedang kau lakukan di ruangan manager?" bentak Narwan dengan berkacak pinggang, dia terlihat marah dengan tujuan agar Anthony merasa terpojok.
Bagaimana dengan reaksi Anthony ya?