"Kartu absensiku kemana? Apakah Junet lagi pelakunya," gumam Anthony.
Anthony masih berdiri di depan absen analog itu, dia juga sudah memeriksa area sekitar, siapa tahu kartunya jatuh. Namun, tetap saja dia tidak menemukannya.
Ponsel Anthony berdering, sesaat dia melihat nama yang sedang menghubunginya. Ketika orang itu adalah Vanya, dia tersenyum lalu segera menjawab panggilan telepon masuk tersebut.
"Hallo, Vanya."
"Hallo, Ton. Tidak tahu kenapa hari ini badanku lemas dan kepalaku berat sekali, kemungkinan hari ini aku tidak masuk kerja," ungkap Vanya.
"Kamu sakit ya? Segera cek suhu tubuhmu, jika tidak bisa mengetahui sakit apa? Periksa saja ke klinik," saran Anthony cemas.
"Iya, akan aku lakukan nanti. Tolong absensi yang berada di meja kerjaku, untuk hari ini beri keterangan sakit ya,"
"Iya, tenang saja. Kamu istirahat yang cukup dan jangan lupa minum obat, biar lekas sembuh,"
"Nanti habis pulang kerja, kalau tidak ada urusan aku akan menjengukmu. Beri aku alamat rumahmu, Vanya!" pinta Anthony.
"Eh!! Jangan!!! Aku nggak enak sama mbak Anita. Setelah minum obat, aku rasa akan baik-baik saja,"
Vanya mencegah Anthony datang berkunjung ke rumahnya. Walaupun dia tidak suka menjadi istri Purnomo, Vanya belum bisa secara leluasa mengenalkan Anthony ke Anita.
"Baiklah, semoga lekas sembuh ya," ungkap Anthony, dia berniat untuk menutup teleponnya.
"Echh!!! Sebentar Ton. Aku lupa, hari ini ada interview untuk seleksi karyawan bagian Cleaning Service. Tolong kamu seleksi mereka ya, aku percayakan tugas ini kepadamu," pinta Vanya.
"Vanya!!! Apa tidak ada orang lain?" protes Anthony sedikit terkejut mendapatkan pekerjaan yang berat untuk dia lakukan, karena dia belum pernah menyeleksi orang sebelumnya.
Namun, tidak ada jawaban dari Vanya, dia sudah menutup teleponnya sebelum Anthony sempat protes.
"Halo, Vanya!!!" seru Anthony.
Anthony pun kembali menelepon Vanya, dia memastikan kembali apakah keputusan yang Vanya ambil sudah tepat.
"Ayo, angkatlah Vanya!!! Cepat angkat!!" seru Anthony.
Sayangnya, Vanya tidak menjawab telepon Anthony. Anthony pun mengulanginya lagi, dan hasilnya tetap sama.
Anthony sudah menghabiskan waktu bekerjanya selama 30 menit, dia pun memutuskan untuk menghubungi Vanya nanti.
Anthony mulai mengambil peralatan bekerjanya, melihat pengalaman sebelumnya Anthony menyiapkan cadangan peralatan kerja, agar jika kejadian hilangnya sapu itu terjadi, dia tidak akan kerepotan untuk melaksanakan tugasnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00, Anthony selesai juga dengan pekerjaannya.
"Syukurlah, selesai dengan tepat waktu. Oia absensi," seru Anthony.
Kemudian dia pergi menuju kantor Vanya, lalu mencari map yang berisi absen. Setelah menemukannya, dia membaca dan mengamati caranya mengisi keterangan.
File absensi manual itu ternyata berupa kolom, kolom pertama nomer, nama, jabatan dan terakhir tanggal. Dan nama seluruh karyawan ada, saat dilihat Anthony. Absensi manual itu sudah berjalan lama, sekitar 6 bulan yang lalu baru beralih ke absensi analog.
Cara kerjanya, karyawan yang datang akan mengisi paraf di kolom tanggal. Jika sakit atau izin tidak masuk kerja, kolom tersebut diberi keterangan 'sakit atau izin'.
"Kenapa Vanya masih menggunakan absensi ini?? Padahal semua beralih ke absensi analog," gumam Anthony.
Dia tidak ambil pusing, segera saja dia mencari nama Vanya dan memberi keterangan sakit. Anthony pun mencoba mencari namanya sendiri, setelah menemukannya dia memberi paraf pada kolom tersebut sesuai tanggal.
"Untunglah, setidaknya ada bukti bahwa hari ini aku masuk," gumam Anthony.
Para karyawan shift pagi sudah mulai berdatangan, mereka melakukan pekerjaannya masing-masing. Anthony kembali ke depan untuk mengontrol area mana yang terlihat kotor, sesekali dia merapikan tanaman yang sudah rimbun, atau bunga yang cabangnya tidak beraturan.
Ketika dia di depan gerbang sedang membuang sampah, ada 5 orang yang datang mengenakan pakaian bebas rapi bertanya kepadanya.
"Mas, kami mau melakukan interview sebagai karyawan di restoran ini, kami harus kemana ya?" tanya salah satu dari mereka.
"Seleksi akan dilaksanakan di ruangan manager, kalian tunggu disana saja ada kursi yang sudah tersedia di depan ruangan tersebut," jelas Anthony.
"Baik, makasih ya Mas," ungkapnya.
Anthony tersenyum, dia melihat 5 orang yang sudah pergi meninggalkannya. Anthony pun bergegas mencuci tangan dan merapikan pakaiannya.
Dodit yang masuk pagi hari ini, melihat dari jauh 5 orang yang datang tadi. Dia bertanya kepada salah satu temannya.
"Apa restoran ini sedang mencari karyawan? Bagian apa yang ditambah? Perasaan semua bagian sudah lengkap!"
"Iya, aku dengar ibu Vanya sedang mencari tambahan karyawan bagian Cleaning service, Dot," jawab temanya itu.
"Kacung Ijo sudah cukup, enakkan dia dong!!! Nanti tugas kerjanya jadi berkurang. Kenapa harus ditambah lagi Cleaning Service-nya? Ibu Vanya kurang kerjaan sekali!!" protes Dodit.
"Aku nggak ikut campur ah!! Yang penting gaji turun tepat waktu," jawab temannya.
Wahh!!! Tidak bisa dibiarkan, aku harus memberi tahu Junet, batin Dodit.
Lima calon karyawan kaget, ketika orang yang ditemuinya di depan itu masuk kantor manager. Mereka mengira Anthony adalah manager-nya, ada beberapa orang yang salut saat melihat Anthony yang mau turun tangan membuang sampah.
"Saiful!!" panggil Anthony.
Orang yang bernama Saiful termasuk beberapa orang yang merasa biasa saja dan tidak begitu suka dengan gaya kepimpinan Anthony yang merendahkan diri. Menurut dia pemimpin tidak boleh melakukan pekerjaan seperti membuang sampah.
Saiful sudah duduk di hadapan Anthony.
"Baiklah Saiful, kamu tahu bagian apa yang sedang kamu lamar?" tanya Anthony.
"Tahu Pak, ada pertanyaan lain yang lebih bermutu nggak?" tanya Saiful tidak sopan.