"Assalamualaikum, Nek," sapa Anthony.
"Walaikumsalam, telat sekali kamu pulangnya, Ton?" tanya Yasmini, dia menunggu Anthony di ruang tamu sampai tertidur di kursi pajang yang terbuat dari rotan.
"Iya, Nek. Tadi diajak keluar sama teman Anthony. Apa nenek menungguku dari tadi??"
Anthony bertanya sambil duduk di sebelah neneknya, lalu dia merangkul tubuh renta Yasmini.
"Maafkan Anthony ya, Nek. Jika sudah membuat nenek kuatir," imbuh Anthony.
"Kamu ini memang anak nakal!!" ucap Yasmini sambil mencubit pipi Anthony
"Ya sudah, nenek mengantuk sekali, nenek ke kamar dulu!! Oia, ada makanan di meja sengaja nenek siapkan untukmu," kata Yasmini sambil bangkit dari duduknya untuk berjalan menuju kamar.
Anthony masih duduk di tempatnya, dia tersenyum dan menjawab ucapan neneknya.
"Iya, Nek. Makasih ya."
Anthony pun ikut bangkit dari duduknya untuk segera mandi. Setelah selesai berpakaian, dia merebahkan diri ke ranjang.
Pikiran Anthony melayang kembali mengingat Vanya, dia memegang jantungnya yang tidak berhenti berdegup kencang.
"Kenapa kamu begitu cantik sekali?? Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu," gumam Anthony.
Anthony menghela napas panjang, dia menyesal dengan keadaannya.
"Hah!!! Kenapa aku harus bertemu denganmu lagi, disaat kamu sudah menjadi suami orang?" gumam Anthony.
Perut Anthony keroncongan, karena tadi dia belum sempat menguyah makanan yang mengisi perutnya. Kemudian dia teringat perkataan neneknya bahwa ada makanan di meja. Dia pun bangkit dari tidurnya menuju meja makan.
Anthony makan dengan sangat lahap, selain dia lapar, masakan neneknya sangat enak. Lalu dia terbesit satu ide yang tidak pernah terpikirkan.
"Kenapa tidak membuka restoran saja?? Pasti banyak yang menyukai masakan nenek!!" gumam Anthony.
Dia sudah menyelesaikan makan malamnya, lalu dia mencuci bekas piring kotor dan sudah tidak sabar menunggu besok untuk bertanya resep kepada neneknya.
Setelah selesai mencuci piring, Anthony ke depan untuk mengunci pintu. Tidak lupa mematikan lampu ruang tamu, lalu dia ke kamar dan bersiap untuk tidur.
Malam itu terasa cepat sekali berlalu, pagi sudah menyambut dengan cahaya mentari. Anthony bangun, begitu pula dengan neneknya. Aktivitas pagi sudah selesai, mereka sudah di meja makan.
Menu nenek sarapan pagi ini adalah garang asem, tempe goreng dan kerupuk. Anthony akhirnya paham, kenapa pagi tadi nenek menangkap ayam untuk disembelih. Ternyata untuk menu sarapan, dia selalu antusias ketika nenek memasak menu baru.
"Yang dibungkus daun pisang ini apa, Nek?" tanya Anthony.
"Itu namanya garam asem. Makanan ini bahan utamanya ayam, belimbing wuluh/sayur dan santan serta cabai. Setelah bumbu rempah digerus, lalu dicampur bahan utama dan tidak lupa dibungkus dengan daun pisang. Tinggal dikukus, garang asem pun siap dimakan,"
Nenek menerangkannya sambil tersenyum, lalu dia melepas sematan lidi yang membungkus ayam. Kemudian dia menaruhnya ke atas piring Anthony yang berisi nasi.
"Makanlah, Ton!!" pinta Yasmini.
Ketika Anthony melihat ayam yang masih putih itu, dia mengernyitkan dahi dan sedikit ragu untuk memakannya. Dia pikir makanan itu belum benar-benar masak.
Yasmini menangkap ekspresi ragu wajah Anthony, dia memakannya terlebih dahulu dan tersenyum.
"Kenapa, Ton. Kamu nggak yakin dengan masakan nenek?" tanya Yasmini tersenyum.
"Ayamnya seperti belum matang, Nek. Tony makan dengan tempe goreng dan kerupuk saja cukup," timpal Anthony.
"Haha, tidak Ton. Karena dikukus jadi warnanya putih, beda kalau kena minyak goreng ataupun dibakar. Kenapa?? Kamu jadi tidak selera ya dengan tampilannya??"
"Cobalah dulu!!!" pinta Yasmini.
Anthony memotong daging itu menggunakan sendok, lalu dia memakannya. Sensasi lembut daging ayam, bercampur rasa gurih, pedas dan nikmat. Sungguh perpaduan yang unik menyatu di mulut.
"Ini enak, Nek!! Aku salah mengira dengan tampilannya, harusnya aku tidak meragukan masakan nenek," ucap Anthony sedikit sedih.
"Enak kan? Masih mau makan sama lauk tempe doang?" goda nenek.
"Hehe. Echh, Nek. Gimana kalau kita buka restoran? Sayang sekali dengan bakat nenek yang luar biasa ini," ungkap Anthony, dia mengambil garang asem lagi dan ini sudah yang ketiga kalinya.
"Ahh!! Kamu berlebihan sekali menyebut nenek berbakat. Sebenarnya semua orang bisa memasak, asal jangan patah semangat saja kalau masakan yang dibuat belum enak dimakan,"
"Nenek setuju saja, tapi bukannya membutuhkan modal yang besar ya??" kata Yasmini.
"Bisa jadi Nek. Ehmm coba nanti aku pikirkan lagi, sambil berjalan aku ingin belajar memasak dengan nenek, boleh?" tanya Anthony, dia sudah sangat kenyang terbukti dengan sendawa yang dia hasilkan setelah habis 4 bungkus garang asem dan sepiring nasi.
Yasmini sangat senang melihat cucu kesayangan menyukai masakannya, dia juga senang berat badan Anthony bertambah tidak seperti waktu pertama datang dulu kurus kerempeng. Kini dia semakin terlihat tampan dengan berat badanya yang proporsional.
"Boleh!!! Sudah berangkat sana, ntar kesiangan loh!!" seru Yasmini.
"Hehe, habis masakan nenek enak sih, Anthony jadi lama makannya!!! Makasih ya, Nek. Makanan hari ini sangat enak sekali," ungkap Anthony.
"Aku berangkat dulu, Nek. Assalamualaikum," imbuh Anthony.
Yasmini mengangguk senang, lalu dia membalas salam Anthony, "Walaikumsalam."
Anthony berjalan menuju ke depan untuk mencari tukang ojek, lalu dia berangkat menuju restoran. Jarak yang tidak begitu jauh itu, tidak membuat Anthony kesiangan walau dia berangkat lebih lama 30 menit dari sebelumnya.
Setelah sampai restoran, Anthony menuju ke tempat absen. Dia mencari kartu absen di tempatnya. Namun, dia tidak menemukannya, padahal dia sudah mencarinya dengan perlahan sampai tidak terlewat satu kartu pun yang dia periksa.
"Kemana kartu absenku?"