Hiruk pikuk, kafetaria yang ramai. Para siswa datang dan pergi dengan membawa nampan di tangan.
Istirahat makan siang, Masachika sempat datang ke kantin bersama kedua temannya.
Melihat menu yang terpasang di pintu masuk kantin, dia dengan cermat memeriksa apa yang
harus dipesan.
"Oh, ada hidangan mie baru"
Masachika memperhatikan ramen mapo yang dipasang dengan label yang menunjukkan hidangan baru di atasnya.
Kombinasi ramen dan tahu mapo sangat cocok untuk selera Masachika ,karena dia
adalah pencinta ramen yang tidak tertandingi dan dia juga menyukai makanan pedas.
"Mapo ramen? Ini seperti makanan Cina dengan makanan Cina di atasnya, ya "
Orang yang mengatakan itu dan tertawa dengan geli adalah Maruyama Takeshi. Dia
adalah laki-laki yang sedikit lebih pendek dari Masachika dan memiliki rambut cepak. Dia
adalah temannya Masachika sejak SMP.
"Takeshi, sebenarnya, ramen sedikit berbeda dari makanan Cina, bagaimana?"
"Eh, apa benar begitu?"
"Iya, pertama-tama nama 'ramen' itu sendiri lahir di negara Jepang"
Yang memberikan informasi bermacam-macam itu adalah Kiyomiya Hikaru. Dia adalah teman Masachika sejak sekolah menengah seperti Takeshi.
Dia memiliki rambut coklat muda yang berpigmen dan juga memiliki tampang yang tampan dan androginus. TLN : (Androginus = setengah feminim dan setengah maskulin)
Dia adalah salah satu dari lima pria paling tampan di sekolah ini dan gadis-gadis yang memasuki kafetaria terus meliriknya dengan penuh semangat.
"Apakah kalian berdua sudah memutuskan mau makan apa ?"
"Iya"
"Ya"
Ketiganya saling mengangguk. memasuki kafetaria, dan meletakkan sapu tangan serta
tisu saku kecil di kursi kosong untuk mengamankannya sendiri alias booking tempat duduk.
Masing-masing pergi untuk mengambil makanan.
Masing-masing mengamankan piring mereka dan kembali ke tempat duduk mereka untuk mulai makan. Alaminya, yang menarik perhatian adalah ramen mapo yang dibawa oleh Masachika.
"Whoah….setelah melihat yang asli itu lebih merah dari yang aku kira"
"Apakah tidak pedas tuh? Ramen itu "
"Hmm, tidak sama sekali? Sebaliknya, tidak cukup pedas. Kupikir, rasanya cukup
enak."
Takeshi dan Hikaru duduk berseberangan dengan Masachika, dan ekspresi mereka terlihat kagum saat melihat Masachika menyeruput mapo ramen. Orang yang dimaksud, Masachika, berpenampilan keren.
"Fuun, biarkan aku mencoba cicip sedikit"
"Ah, aku juga"
"Yah, kurasa kau bisa"
"Terima kasih…huh, bukankah ini hanya terasa pedas saja !?"
"Uuuh, ini untuk yang akan datang nanti…. Uu"
Penasaran, keduanya mengulurkan sumpit dan menggigit mie tersebut namun, mereka
langsung mengerutkan kening dan meraih tangan mereka ke cangkir.
Kepada dua orang itu, Masachika berkata seolah menegur mereka.
"Hei, kau tidak bisa menyebut sesuatu pedas, kalau uapnya tidak menyengat matamu,
kan?"
"Itu standar yang aneh"
"Yah itu benar-benar"
"Pertama-tama, aku bahkan tidak bisa menyeruput ramen yang benar-benar pedas karena itu bisa melukai bibirku"
"Itu, di mana kau menulis kanji 'pedas' dan dibaca dalam artian 'keras', kan"
"Maksudku, menyakiti bibirmu itu adalah…."
"Tentu saja akan membuat sakit perutmu juga, kan?"
"Jangan makan sesuatu yang akan membuat perutmu sakit, ya"
Saat Takeshi membalas, pintu masuk kafetaria seketika menjadi berisik. Masachika dan
yang lainnya secara refleks mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu masuk dan tiga gadis baru saja memasuki kafetaria.
"Oh, anggota OSIS. Presiden dan wakil presiden…tidak disini, huh. Tetap saja,
sungguh menakjubkan melihat mereka bertiga bersama-sama, ya "
Takeshi yang melihat sosok mereka mengeluarkan suara kekaguman. Dan kemudian
reaksi serupa terjadi di berbagai tempat di kafetaria.
Ketika mereka bertiga lewat, para lelaki menjadi bersemangat dan para gadis bahkan
memandang mereka dengan kagum.
Ini seperti penampilan seorang idol, tetapi kenyataannya, ketiga gadis itu jauh lebih
cantik daripada kebanyakan idol di luar sana.
"Sungguh, mereka benar-benar saudara yang cantik, bukan. Para Kujou-san itu "
Hikaru berkata dengan tulus, menatap Alisa, yang menonjol dari mereka bertiga dengan
rambut keperakannya, dan gadis di depannya, yang sedikitlebih kecil dari Alisa.
Benar, gadis di depan Alisa adalah siswa kelas dua dan sekretaris OSIS, dan namanya
adalah Mariya Mikhailovna Kujou. Nama panggilannya adalah Maasya dan kakak perempuan kandungnya yang satu tahun lebih tua.
Namun, warna dan suasana yang keluar dari kakak perempuan itu berbeda. Mengenai
Alisa, dia memiliki kulit putih bening, dan kulit Mariya memang putih tapi paling baik pada
derajat orang Jepang yang sangat putih. Rambutnya sebahunya, yang berwarna coklat muda. Matanya yang terlihat lembut dan sedikit terkulai juga berwarna coklat muda. Wajahnya yang terlalu berbeda dengan Alisa, adalah wajah kekanak-kanakan yang jauh lebih terlihat seperti orang Jepang.
Pada pertama kali melihatnya, sulit untuk mengetahui yang mana diantara mereka yang merupakan kakak perempuan ketika dia didampingi oleh Alisa, yang memiliki postur tinggi, ramping dan tinggi proporsional dengan penampilan dewasa. Namun, dari leher ke bawah dia dengan sikapnya yang tegas menunjukkan martabat seorang kakak perempuan.
Untuk lebih spesifik, dadanya berukuran besar. Bokongnya juga besar. Alisa juga memiliki banyak bagian tubuh yang tidak seperti orang Jepang tetapi, dalam hal feminitas, Mariya berada di luar dari itu.
Tubuhnya yang seksi, kombinasi dari penampilannya yang terlihat lembut dan atmosfer yang lembut; Dia memancarkan kualitas keibuan yang sulit dipercaya untuk seorang siswa sekolah menengah tahun kedua.
Bahkan dia dipanggil Madonna sekolah oleh beberapa siswa.
"Dia hebat, kan. Kujou-senpai itu. Aku ingin mengenalnya lebih dekat. "
"Tapi kudengar Kujou-senpai sudah punya pacar, lho"
"Benar, kah! Sial, siapa sih cowok yang beruntung itu! "
Takeshi yang tadinya menunjukkan ekspresi jorok meringis, hampir menggertakkan giginya, mendengar kata-kata Hikaru. Mendengar itu, Masachika terlihat terkejut.
"Eh? Siapa, katamu….Bahkan Takeshi pun tidak tahu? "
"Aku penasaran kenapa kamu bilang 'Bahkan Aku', tapi….Dari apa yang kutahu dia sepertinya adalah orang Rusia "
"Fuuun"
"Apakah ini hubungan jarak jauh, aku bertanya-tanya? Padahal, aku pernah mendengar pembicaraan tentang Kujou-senpai bolak-balik antara Rusia dan Jepang
Seperti yang dikatakan Hikaru, karena pekerjaan ayah mereka, saudara perempuan Kujou berpindah-pindah antaraJepang dan Rusia. Dalam kasus Alisa, dia menghabiskan lima tahun pertama hidupnya di Rusia dan pindah ke Jepang saat kelas satu sekolah dasar.
Dan kemudian di kelas empat sekolah dasar dia kembali lagi ke Rusia dan kembali ke Jepang di tahun ketiga sekolah menengahnya. (Pas SMP Kelas 9)
"Dengan kata lain, hubungan jarak jauhnya telah berlangsung selama lebih dari setahun….kurasa aku tidak punya kesempatan, ya"
"Yah, sepertinya semua pria yang pernah mengaku padanya sejauh ini ditolak karena pacarnya...."
"Jika itu masalahnya, aku rasa mustahil bagi Takeshi juga"
"Diam! Jangan terbawa suasana hanya karena kau dekat dengan Putri Aarya, oke !? "
Saat Masachika tanpa henti mendorongnya dengan kenyataan yang kejam, Takeshi berteriak dengan suara nyaring.
"Nnn ~ Bahkan jika kita dekat, yang aku punya hanyalah kesal, kau tahu" "Tetap saja, itu lebih baik daripada diperlakukan dengan acuh tak acuh. Putri Aarya pada dasarnya tidak pernah berbicara dengan siapa pun. Bahkan jika dia berbicara dengan seseorang, itu hanya hal-hal yang berkaitan dengan bisnis, tidak ada obrolan kosong atau apapun "
"Tentang itu, yah, kami sudah seperti…duduk bersebelahan selama lebih dari setahun sekarang…."
"Tapi kamu tahu apa. Pertama-tama, bukankah kauu satu-satunya yang memanggil Putri Aarya dengan nama panggilannya di depannya… " "Biar kutebak…."
"Kuuh ~ Aku sangat iri. Aku tidak percaya putri yang selalu menyendiri mengizinkanmu memanggilnya dengan nama panggilannya "
"Jika itu yang kamu pikirkan, mengapa kamu tidak menyerangnya dengan tegas. Maksudku, kau adalah teman sekelasnya "
Saat Masachika mengatakan itu, Takeshi tersenyum pahit dan melambaikan tangannya di depan wajahnya.
"Yah, tidak mungkin, itu tidak mungkin. Dia adalah cewek yang super sempurna sehingga sulit untuk didekati "
"Meski begitu jangan mengambil foto diam-diam, ya."
"Biasanya, jika kau secantik itu kau ingin difoto, bukan"
Ketika Masachika memberikan tatapan yang mencela, Takeshi sepertinya tidak tersinggung.
Benar, Takeshi adalah salah satu dari tiga orang yang ponselnya disita karena mengambil foto Alisa diam-diam di pagi hari. Atau lebih tepatnya, dia adalah dalangnya.
"Sung~guh, dia benar-benar pemandangan untuk menghilangkat sakit mata, kan. aku bisa melihat dia selamanya. Aku bisa makan lima mangkuk nasi putih dengan wajah itu sebagai lauk. Jika aku saja bisa mendapatkan Kujou-senpai juga sebagai satu set, aku bisa menghabiskan sepuluh mangkuk "
"Takeshi, itu hal yang seram banget."
"Ya, seperti yang diharapkan, itu terlalu berlebihan"
Seperti yang diharapkan, kedua teman dekat itu terkejut dengan ekspresi kotor Takeshi saat dia melihat ke arah Alisa dan yang lainnya. Namun, Takeshi melihat ke arah keduanya dengan wajah seolah mengatakan merekalah yang aneh.
"Apa sih, kalian juga berpikir begitu, kan? Aku belum pernah melihat seorang gadis secantik itu di tempat lain "
"Yah, aku akui dia cantik tapi… kamu agak terlalu fanatik. Selain penampilan Aarya, dia ternyata menyenangkan untuk diajak bicara, kau tahu?…Dengan lebih dari satu cara"
"Aah ~ itu dia. Daya Tarik dari 'Hal-Hal Dimana Hanya Saya yang Tahu'. Apakah kamu membual? Apakah kau membual tentang dirimu sendiri?"
"Tidak seperti itu"
"Sungguh orang yang ceria, ya….Masachika adalah orang yang hebat bukan, bisa memanggil Kujou-san seperti itu. Secara sadar "
"Apa maksud perkataan itu, Hikaru? Apakah kau mencoba memberi tahuku bahwa aku sombong gitu? Hmm?
"Bukan seperti itu maksudku... Aku benar-benar terkesan kepadamu karena kau bisa mengatakan hal seperti itu kepadanya, setelah diperingatkan begitu banyak setiap hari"
"Aaah… "
Masachika mengangguk samar pada kata-kata Hikaru sambil mengalihkan pandangannya ke samping.
Alasan mengapa Masachika tetap tidak peduli berapa banyak omelan yang dia kirimkan padanya bukan hanya karena apa yang dikatakan Alisa benar, tetapi lebih dari itu, itu karena kata-kata yang kadang-kadang dia bicarakan dalam bahasa Rusia itu terlalu manis.
Pertama-tama, jika Alisa benar-benar tidak menyukai seseorang yang tidak akan dia perhatikan,dia akan mengabaikannya. Selama dia tidak mengabaikanmu, bahkan mungkin Alisa menikmati interaksi itu sendiri.
Ketika dia memikirkannya, dia tidak keberatan kalau dimarahi. Tetapi sekarang, dia tidak punya niat untuk mengungkapkan keadaan tersembunyi seperti itu kepada siapa pun.
"Untuk saat ini, bagaimana kalau mencoba berbicara dengannya secara normal? kau mungkin secara tidak terduga bisa mengobrol dengannya, tahu? "
"Bahkan jika kau mengatakan itu….Setelah melihat apa yang terjadi tahun lalu, tidak, terima kasih "
Masachika mengangguk setuju dengan kata-kata Takeshi. Tahun lalu, seorang siswa baru yang cantik muncul entah dari mana seperti komet.
Awalnya, Alisa menjadi pusat perhatian di seluruh sekolah.
Pertama-tama, seorang siswa pindahan di Sekolah Swasta Seirei sendiri sangat tidak biasa.
Alasannya cukup sederhana yang dikarenakan tingkat kesulitan ujian bagi siswa pindahan sangat tinggi.
Bahkan dalam keadaan normal, ini adalah salah satu sekolah tersulit di Jepang untuk diikuti, dan ujian untuk siswa pindahan diatur ke beberapa tingkat yang lebih sulit. Itu pada tingkat di mana bahkan di antara siswa di sekolah hanya persentase sekitar 10% siswa saja yang dapat mencapai nilai kelulusan.
Tidak hanya lulus ujian untuk murid pindahan, dia bahkan mendapat juara pertama di tahun akademik di ujian tengah semester pertamanya. Dan begitulah penampilannya. Mustahil baginya untuk tidak menarik perhatian.
Namun, banyak orang, baik perempuan maupun laki-laki, mencoba berinteraksi dengannya. Namun, Alisa memiliki sikap yang selalu menarik garis. Dan dia tidak mencoba untuk dekat dengan siapa pun.
Dan entah bagaimana, Alisa pun pada akhirnya disebut Putri Penyendiri.
"Eh….?"
"Huh, aku tidak pernah bilang aku menghormatinya,kan"
"Tapi Masachika-kun, bukankah kamu memiliki rasa hormat tanpa syarat untuk orang yang bekerja keras?"
"… .."
Masachika mengalihkan pandangannya dengan canggung saat Yuki mengatakan itu seolah-olah dia melihat semuanya. Dan kemudian, melalui kontak mata dia mengirim, "Hey, tolong katakana sesuatu", ke Takeshi yang duduk di depannya dan Hikaru di sebelah Takeshi. Kemudian keduanya saling memandang, mengangguk ringan, dan berdiri dengan nampan di tangan.
"Baiklah, kita sudah selesai makan, jadi…"
"Kita akan kembali sekarang"
Atas pengkhianatan yang mulus dari kedua temannya, Masachika memprotes melalui kontak mata.
『Heey!』
『Yah, entah kenapa itu sedikit terlalu berkilau, ini terlalu berlebihan untukku?』
『Aku, tidak akrab dengan perempuan』
Protes Masachika sia-sia, dan keduanya dengan cepat memutuskan kontak mata mereka dan meninggalkan kafetaria dengan tergesa-gesa. Saat Masachika melihat mereka pergi dengan mata mencela, Bahasa Rusia Alisa terdengar di telinganya.
[Apa itu, ya ampun]
TLN : (Ini Bahasa Russia ya)
Saat Masachika menoleh, Alisa malah cemberut. Meski begitu, dia memiliki ekspresi yang agak bahagia dan tak terlukiskan di wajahnya. Dia melirik Masachika, yang kembali menatapnya, lalu dengan cepat mengalihkan pandangannya ke tangannya dan terus makan dalam diam.
Masachika, yang sudah menaruh setiap tetes sup ramennya ke dalam perutnya, entah kenapa melihat sosoknya. Kemudian Alisa melirik Masachika lagi dengan mata menengadah dan bergumam dalam bahasa Rusia.
[Jangan lihat ke sini, bodoh]
Dan saat Alisa semakin menunduk, tenggelam dalam makanannya, Masachika merasa kehangatan.
(Begitu ya, kamu merasa malu ketika dikatakan aku menghormatimu, bukan. Uhhuh. Begitu, aku mengerti)
Namun, dia tidak berhenti menatapnya. Alasannya tidak seperti, dia tidak mengerti bahasa Rusia atau karena dia tidak peka, tapi di sini dia sengaja membawa kematian ternteu dengan menggunakan, "Eh? Apa katamu?"
Kemudian, Yuki, yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tapi sepertinya merasakan sesuatu yang aneh dengan suasananya, "Ngomong ngomong", mengangkat topik ke Masachika.
"Masachika-kun, maukah kamu mempertimbangkan pembicaraan tentang bergabung dengan OSIS?"
Terhadap perkataannya Yuki, Masachika berkata, "Lagi, ya", dan memasang ekspresi muak setelahnya dan sumpit Alisa berhenti bergerak.
"Sudah berapa kali aku memberitahumu? aku tidak punya niat untuk bergabung. Selain itu, bukankah kau mengatakan kau membawa anggota baru beberapa hari yang lalu? "
"Ya, tapi….Seperti yang diharapkan, itu tidak bertahan lama "
OSIS baru dibentuk pada awal Juni. Sekitar sebulan yang lalu.
Di sekolah ini OSIS agak istimewa di mana ketua dan wakil ketua OSIS mencalonkan diri berpasangan, dan pejabat lainnya ditunjuk oleh presiden dan wakil presiden.
Oleh karena itu, jumlah pejabat berubah dari tahun ke tahun, tetapi yang sekarang beranggotakan presiden dan wakil presiden. Selain itu sekretarisnya Mariya; akuntan malahan si Alisa; dan petugas hubungan masyarakat Yuki. Totalnya hanya lima orang, dan saat ini tidak ada seorang pun yang bertanggung jawab atas urusan umum.
"Bukankah kamu mengatakan pria terlalu terobsesi dengan hubungan cinta dan sejenisnya mereka tidak akan menyelesaikan apa pun, jadi sekarang kau membawa perempuan? Kamu mengatakan sekitar tiga orang bergabung tetapi, jangan beri tahu aku, mereka semua malahan berhenti?"
"Semuanya, melakukannya…Kami kurang dalam kemampuan, kata mereka…" "Aah…."
Terhadap kata-katanya, entah bagaimana Masachika menebak situasinya.
Pertama-tama, para wanita dari OSIS saat ini terlalu luar biasa dalam banyak hal. Wakil presiden dan sekretaris Mariya adalah dua wanita tercantik di tahun kedua. Alisa dan Yuki adalah dua gadis tercantik di tahun pertama.
Dengan sebanyak itu, meski mereka berjenis kelamin sama mereka juga akan merasa minder, tapi Alisa, yang juga anak kelas satu, adalah gadis paling berbakat di tahun sekolahnya. Dan sejujurnya, Yuki adalah mantan ketua OSIS di sekolah menengah.
Jika kamu terus-menerus diperlihatkan perbedaan penampilan dan pekerjaan yang sebenarnya, hati seorang gadis biasa tidak akan bertahan lama.
Karena itu, laki-laki adalah laki-laki. Kebanyakan dari mereka memiliki motif tersembunyi untuk mendekati gadis cantik. Mereka yang dapat melakukan pekerjaan dengan baik akan patah hati dengan keterampilan praktis yang tinggi dari tim wanita.
"Dalam aspek itu, Masachika-kun seharusnya tidak memiliki masalah dalam keterampilan praktis, dan kamu bisa rukun dengan aku dan Aarya-san, itulah yang kupikirkan. Bagaimanapun, kamu adalah mantan wakil ketua OSIS "
"Eeh?…"
Mata Alisa membelalak karena kata-kata Yuki. Menerima tatapannya, wajah Masachika meringis tidak senang. "Kamu dulu di OSIS, Kuze-kun?"
"Dia dulu, kau tahu enggak ? Dua tahun lalu, di OSIS sekolah menengah aku adalah presiden dan Masachika-kun adalah wakil presiden."
"Apakah begitu…"
"Itu sudah lama sekali. Aku tidak ingin melakukannya lagi "
Yuki memberikan senyum sedikit bermasalah pada Masachika yang melambaikan tangannya dengan ekspresi penolakan total.
Dan kemudian dia memiringkan kepalanya ke arah Alisa, yang sedang menatap Masachika dengan mata penuh keterkejutan.
"Alisa-san mungkin menganggapnya mengejutkan tapi, meskipun Masachika-kun mungkin terlihat seperti ini, dia adalah tipe pria yang melakukan sesuatu ketika dia harus melakukannya, tahu? Dia biasanya memberikan perasaan seperti itu "
"Apa maksudmu, 'perasaan seperti itu'? Hei, apa maksudmu?"
"Fufuu, siapa yang tahu? Perasaan macam apa itu, aku bertanya-tanya?
Menerima kata-kata Yuki, Alisa menunjukkan ekspresi cemberut. Dan kemudian dia, agak tidak puas, melihat mereka sedang bertukar tatap muka yang benar-benar ramah.
(Aku juga tahu, banyak tentangnya]
Kata-kata Rusia yang dia gumamkan tidak mencapai mereka berdua.
◇
"Baiklah, aku akan pergi ke ruang OSIS sebentar,ya"
"Begitu ya, kalau begitu aku akan bertemu denganmu lagi sepulang sekolah"
"Ya, sampai jumpa nanti"
"Sampai jumpa"
"Iya. Tolong pikirkan lagi untuk bergabung dengan OSIS, oke? "
"Aku sudah memberitahumu bahwa aku tidak akan dan tidak mau bergabung"
"Fufu"
"Hei, ada apa dengan wajah 'Aku tahu, aku tahu' itu"
"Tidak ada sama sekali, kalau begitu"
Beberapa saat setelah meninggalkan kafetaria, mereka berpisah dengan Yuki. Dia membungkuk indah dan pergi, dan Masachika melambai padanya dengan ceroboh.
Di sana, suara dingin Alisa menembusnya. 20% lebih dingin dari biasanya.
"Kalian berdua sangat dekat, ya"
"Apakah itu hal yang mengejutkan?"
"Ya, ini mengejutkan. Untuk berpikir bahwa kau memiliki teman perempuan. "
Masachika mengangkat alis ke arah Alisa mengatakan itu dengan nada kasar.
"Eh? Anda terkejut dengan itu? "
"Apa"
"Yah, maksudku…."
Kemudian dia menunjuk ke wajah Alisa dengan ekspresi yang seolah-olah berkata, "apa yang kamu bicarakan?"
"Teman perempuan"
"…."
Menuju kata-kata yang diucapkan seolah-olah hal yang biasa, Alisa berkedip perlahan dengan wajah lurus dan sedikit memiringkan kepalanya.
"Apakah kita…. Teman?"
"Eh? Apakah aku salah?"
"…."
Saat ditanyai pertanyaan ini dengan tatapan kaget yang dalam, Alisa terdiam sesaat dan tiba-tiba dia berbalik. Memunggungi Masachika, dia menjawab dengan suara datar, seolah-olah dia sedang menahan sesuatu.
"Itu benar, kita berteman"
Setelah mengatakan itu, dia mulai berjalan ke arah yang ditinggalkan Yuki.
"Hee ~ y, mau kemana ~?"
"Aku baru ingat ada urusan yang harus kulakukan diruang OSIS….Jangan ikut aku,ya."
Tanpa menoleh ke belakang, Alisa dengan jelas menunjukkan penolakannya. Dan begitu, dia pergi begitu saja.
"Apa-apaan itu….Oh baiklah. Benar, aku perlu menyelesaikan urusanku dengan mereka yang kabur tadi "
Masachika, yang tertinggal, menggumamkan sesuatu yang tidak menyenangkan pada dirinya sendiri dan kembali ke kelasnya sendirian.
Pada hari yang sama di sore hari. Ada desas-desus diantara beberapa siswa bahwa Putri Aarya sedang berjalan di koridor sambil bersenandung, tetapi entah mengapa, rumor itu tidak pernah sampai ke telinga Masachika.