Seorang gadis menggenggami sebuah ponsel dengan erat, kepalanya menduk kebawah mukanya sangat pucat menyadari jika ia kehilangan sesuatu yang berarti dalam hidupnya.
Anak perempuan itu membuka sebuah kain yang menutupi bagian atas tempat tidur di rumah sakit itu. Air yang sudah tidak terbendung itu perlahan lahan mulai mengalir membasahi pipi gadis remaja itu.
"Tenang Jes... Aku yakin ayah sudah tenang sekarang" Hailey memeluk adiknya itu yang kini sama sama merasa kehilangan orang orang yang mereka cintai. Carlos hanya duduk terdiam di sofa melihat semuanya itu sangat cepat. Ia mulai berjalan keluar pintu meninggalkan kedua gadis itu.
****
Jeslyn berjalan menuju lift yang akan mengarahkan ke lantai 2. Dengan wajah cemas dan takut apa akan terjadi dan menimpa kepada ayahnya nanti. Pemikiran negatif selalu bermunculan kemana mana.
Jeslyn telah menemukan pintu kamar 34 yang terletak di lantai 2 "Hailey!" Orang itu menengok jeslyn yang tiba tiba saja membuka pintu kamar itu. Terasa dingin di kulitnya tapi juga terasa panas di dalam tubuhnya melihat orang yang sudah membesarkan dirinya terbaring lemah tidak berdaya di atas kasur, mulutnya dimasuki selang begitu besar dan hidungnya harus memakai memakai alat bantuan pernapasan juga beberapa selang kecil di bagian tubuhnya. Entah berapa lama lelaki paru baya itu akan membuka matanya melihat jika ke tiga anaknya sudah berada di ruangan itu.
"Orang rumah sakit menghubungi mu juga?" Jeslyn menggangguk pelan pada yang Hailey kini memikirkan perasaan ibu mereka jika mengetahui apa yang terjadi pada suaminya. "Jes jangan beritahu ibu soal ini aku yakin ia pasti akan sangat terpukul... Kau juga Carlos" lelaki itu dengan cepat menyahut dengan "TIDAK! Tidak kak... Kita harus memberitahu ibu... Jika ibu tahu ia pasti akan memiliki solusi yang tepat untuk Ayah" Hailey geram mendengar perkataan Carlos yang masih kecil "SOLUSI APA? APA KAU TIDAK PUNYA MATA? JIKA IBU MELIHAT SEMUA INI PASTI HATINYA SANGAT TERPUKUL APA KAU TAHU BAGAIMANA TINGKAH MEREKA SAAT BERDUA? MEREKA SANGAT BAHGIA JIKA KAU MEMBERITAHU INI KEPADA IBU... AKU YAKIN KAU AKAN MEMBUAT IA KECEWA DAN SAKIT" Carlos terbawa emosi dengan perkataan Hailey dengan nada tingginya. "TAPI MAU SAMPAI KAPAN KAK KITA MENYEMBUNYIKAN SEMUA INI DARI IBU? APA KAKA PIKIR MENYEMBUYIKANNYA SELAMANYA IBU TIDAK AKAN TAHU? ITU JUGA SAMA SAJA MEMBUAT IBU KECEWA DAN SAKIT" Gretakan gigi Hailey terdengar ia mengepalkan tangannya. "Kau ini adik yanng...." Belum sempat melanjutkan perkataanya jeslyn memotong pembicaraan gadis yang berstatus sebagai kakaknya itu. "Cukup Hailey, Carlos ini bukan waktunya kita berdebat... Soal ibu biar ini kita tidak memberitahunya terlebih dahulu, seiring berjalannya waktu biarkan ibu mengetahui keadaan ayah dengan sendirinya... Sekarang kita harus merawat ayah, biarkan kita membalas semua budinya kali ini" jeslyn menghapus air mata yang sudah mebasahi pipinya sedari tadi.
Hailey menyuruh jeslyn dan Carlos pulang karna besok mereka harus melanjutkan sekolah mereka. "Ayah aku pulang dulu" anak lelaki itu pergi kepintu keluar meninggalkan ayah dan kedua gadis remaja. "Hailey... Aku akan aku harus segera menyusul Carlos aku akan menasehatinya aku rasa ia masih marah padamu" sedari tadi jeslyn selalu memperhatikan adiknya itu murung "iya aku tahu Carlos itu sangat keras kepalan dan belum dewasa... Tapi aku yakin dia menyangi kita" Hailey memaklumi adik kecilnya itu ia tahu amarah Carlos tadi hanya semata karna mengikuti emosinya sama seperti dirinya.
"Baik kak aku pamit" jeslyn langsung berbalik badan berhadapan dengan ayahnya yang masih belum sadar "ayah cepat sembuh... Anak anak mu akan membalas semua budimu... Hiks... Maka dari itu ayah harus cepat sadar lihat kami di sini ayah tidak akan meninggalkan dirimu..." Lalu ia berpamitan lagi dengan Hailey "aku titip ayah padamu kak" jeslyn memeluk kakanya erat lalu melepaskannya.
Hari pun menjelang malam tidak terasa bagi keluarga yang sedang terkena musibah ini di rumah sakit bahkan sampai ada yang tidak pulang. Jeslyn berjalan menuju mobil milik Hailey. disana ia sudah melihat Carlos yang sedang duduk dan memakai headset bluetooth di sana. Jeslyn membuka pintu kemudi lalu tangan berahli merogo sebuah kunci mobil. Ia menancapkan kuncinya pada lubang yang berada dekat stirnya itu. Jeslyn mulai melaju kendaraanya sesekali ia menoleh arah Carlos. "Carlos... Apa kau ingin makan malam?" Jeslyn memecahakan keheningan di dalam mobil yang cukup luas tapi sayangnya Carlos tidak menanggapia ia malah memalingkan wajahnya berdapan dengan kaca mobil.
Jeslyn menghentikan mobilnya itu membuat Carlos sedikit maju kedepan. "Apa kau sudah gila?" Ucap Carlos kasar akibat dari rem dadakan jeslyn membuat headset yang berada di kuping Carlos terjatuh untungnya mudah di temukan olehnya. Jeslyn menunjukan wajah yang datar dan mengatakan sesuatu pada Carlos "Ayok cepat turun! Aku tidak mau kau sakit..." Carlos yang hendak ingin memakai headsetnya kembali tapi tiba tiba saja pintu mobil terbuka dengan lebar dan di sampingnya kini sudah ada jeslyn. Mau tidak mau ia turun dari mobil itu dan langsung pergi meninggalkan jeslyn.
Carlos dan jeslyn memasuki sebuah rumah kayu di warnai lampu kuning diatasnya. "Aku yakin ini pasti akan menguras uang saku ku" gumamnya tapi ia juga melihat Carlos yang sudah memegangi perutnya. Ia gemas melihat tingkah adiknya dan mengingat sebentar pada masa lalunya ketika adiknya masih kecil. Dengan cepat jeslyn yang juga merasa lapar ia memesan makanan "permisi!..." Seorang pelayan berjalan menuju kearah meja makan yang terdapat 1 orang gadis dan 1 anak laki laki " ada yang bisa kami bantu?" Tanya wanita itu "emmm aku ingin memesan encilada 1, fajita 1, falscher hace 1, makanan penutupnya creame brulee 1 palova 2 minumannya cocho vanila 2... Eemmm itu saja" pelayan itu mencatat semua yang jeslyn pesan "baik terimakasih dan mohon untuk menunggu sebentar" orang itu sudah selesai menulis pesanan mereka, sebelum pelayan itu meninggalkan kedua orang itu jeslyn mengucapkan sesuatu padanya "sama sama tapi apa di sini ada taco?" Pelayan itu menjawab pertanyaan jeslyn "ada... Anda ingin pesan berapa nona?" Pelayan itu kembali membuka buku catatannya. Jeslyn mengajungkan jari telunjuknya "satu saja" Carlos menatap jeslyn penuh arti tapi juga kesal. "Baik akan kami siapkan... Mohon menunggu" jeslyn tersenyum pada pelayan itu lalu kembali menatap Carlos.
Tempat itu cukup sepi bahkan banyak meja makan yang belum terisi hanya 6 orang saja yang berada di disana. Melihat beberapa orang makan bersama pasangannya jeslyn pun menoleh kearah mereka. Jeslyn menatap dirinya dan adiknya yang masih sibuk menggunakan penutup telinga. "Apa hanya aku saja yang tidak memiliki pasangan? Huft...." Rupanya Carlos sama sekali tidak memutar lagu apapun "itu benar" jeslyn melongo kenapa anak ini bisa mendengar gumamnya "oh jadi dari tadi kau sama sekali tidak mendengarkan ku" carlos mengangguk santai jeslyn yang terlihat tenang tapi merasa sangat kesal dengan tingkah adiknya itu.
Tiba tiba seorang pelayan datang menghampiri kedua orang itu "ini encilada 1, fajita 1, falscher hace 1, makanan penutupnya creame brulee 1 palova 2 minumannya cocho vanila 2 dan taco" ucap pelayan itu sambil menaruh semua makanan yang telah di pesan oleh jeslyn "dan ini total semua yang di pesan oleh anda nona" jeslyn mengeluarkan lembaran uang dari sakunya lalu menaruhnya di nampan berwarna coklat yang masih di pegang oleh pelayan itu.
Jeslyn sedang makan makanannya dengan lahap melihat Carlos masih tidak ingin makan jeslyn mengambil taco yang hampir dingin itu untuk Carlos "makanlah!" Jeslyn menyuruh Carlos memakannya dengan nada lembut. Carlos akhirnya mau memakan makanan yang jeslyn kasih kepadanya dengan lahap.
Dengan cepat jeslyn dan Carlos menghabiskan makanan mereka. "Ayo pulang!" Ajak jeslyn pada Carlos yang sudah menghabiskan makanannya tanpa sisa.
Jeslyn melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup standar. Tanpa sadar mereka di ikuti oleh seseorang bertopeng memperhatikan mereka. Pria bertopeng itu menhela nafas "huft... Aku tidak mengerti dengan semua ini" ia mengelap air matanya. Lalu ia pergi menjauh mobil itu.
Jeslyn dan Carlos telah sampai rumah mereka. Mendapati ibu yang tidur di sofa karna menunggu mereka pulang. Jeslyn dengan cepat menyelimuti ibunya yang ketiduran. Jeslyn dan Carlos menaiki tangga lantai atas menuju kamar mereka masing masing. Kamar Carlos dan jeslyn jaraknya cukup berdekatan. Ketika jeslyn akan memasuki kamarnya Carlos mengatakan sesuatu pada jeslyn "jeslyn..." Panggilnya jeslyn dengan spontan menoleh kearahnya "ya?" Carlos melanjutkan perkataannya "terima kasih" setelah ia mengatakan hal itu lalu dia meninggalkan jeslyn.
Jeslyn masuk kedalam kamar ia melihat arah jam dinding yang berada di kamarnya yang menunjukan pukul 9 malam. Ia bosan dan masih memikirkan ayahnya "apakah ayah akan baik baik saja" pikirnya yang membuat dia semakin pusing. Lalu ia bangkit dari tempat tidur. Ia melihat beberapa kaset yang berada di meja TV. Tangannya meraih 1 kaset game yang termasuk game favoritnya "aku suka ini tapi aku sudah memainkannya berkali kali" Hendak jeslyn ingin mengembalikan kaset itu pada tempatnya ia melihat kaset yang dulu yang tesisa di paper bag warna merah. Jeslyn tidak pernah memainkannya, ia mengambil kaset itu dan ada sebuat kertas kecil bertuliskan 'selamat ulang Tahun.... J' jeslyn menangis karna mengingat hadiah terakhir yang ia lihat beberapa tahun lalu. Ia mencoba untuk memainkan game itu 'ugghhh... Game apa ini?' jeslyn mengkerutkan dahinya.
'wellocome playing game 703' jeslyn melihat seorang karakter sangat tampan, memiliki tinggi badan 189cm dan tidak terlalu kurus. "Hai" jeslyn bertambah bingung apa benar pria ini menyapanya lewat monitornya "hei kau yang di sana aku baru saja menyapamu!" Jeslyn tidak menyangkan jika pria yang di depannya sekarang ini tengah menyapanya "emm... Hai" jeslyn menyapa tidak yakin.
"Perkenalkan aku 703... Dan kau siapa?" Jeslyn benar benar syok sekarang karakter yang di depannya ini benar benar berbeda "jeslyn mmmm... Okay, bolehkan aku bertanya sesuatu?" Jeslyn dengan cepat menanyakan apa yang ia pikirkan tentang pria ini sekarang "apa kau di mainkan oleh orang lain? Apakah ini game online? Lalu dari mana asalmu?" Jeslyn menanyakan kepada pria tersebut tapi 703 tidak justru merasa kebingungan. "Okay... Aku akan menanyakannya satu persatu" jeslyn mulai lagi dengan pertanyaannya yang masih belum bisa di jawab oleh 703
"apa kau di mainkan oleh orang lain?" Jeslyn bertanya pada 703 "yeah, itu kau Jeslyn" jeslyn bingung dengan jawaban 703 "sebelum aku apa kau pernah dimainkan oleh orang lain?" Tanya jeslyn lagi untuk memastikan "yeah, hanya kau saja" jeslyn masih bingung dengan pria tersebut "apakah ini game online?" 703 tertawa keras "apa itu game online?" Jeslyn menjelaskan pada 703 apa itu game online itu. 703 mengerti dengan ucapan jeslyn dan dia juga menjelaskan apa tugasnya di game ini.
"Jadi kau tidak di mainkan oleh orang lain selain diriku?" Pria itu mengangguk kecil pada jeslyn. Jeslyn dengan cepat mematikan monitornya ia merasa otaknya harus istirahat sekarang. Tapi sebelum ia hendak memencet tombol off untuk mematikan monitornya pria ini memohon "bisa kah kau memainkan aku sebentar?" Karakter yang ia dapat kali ini benar benar aneh "baik... Tapi apa yang ingin kau mainkan?" Jeslyn melihat menu dalam daftar permainnya, judul dalam game itu benar benar keren semua ia mengingat kaset ini di berika pada tahun 2006 yang lalu tapi grafiknya sudah sangat bagus seperti sekarang ini.
"Hmmm... Mungkin aku akan bermain dark eye bersama mu" 703 tersenyum kepada Jeslyn pipi jeslyn yang tadinya hanya putih polos kita terdapat kemerahan di pipinya. "Aku harap kau bisa menjaga kuj jeslyn" jeslyn tidak menanggapi perkataan 703 pikirannya masih bingung dengan karakter yang akan ia mainkan.
"Baik kita mulai" jeslyn menekan tombol start tapi ia merasa ada yang berbeda dari karakter yang ia mainkan "703 apa yang kau lakukan?" Jeslyn bertanya? Gila memang jika dia bertanya pada karakter game ini "Apa kau tidak mendengar ada suara di sebelah kiri?" Jeslyn tidak mengerti kenapa consolnya menjadi tidak berfungsi tapi 703 tetap mengarah ke suara yang menyeramkan itu "kita harus melawannya jeslyn! Dia sangat kuat!" Jeslyn merasa game ini rusak "dengarkan aku! Itu gila! Kau bahkan tidak memiliki cukup perluru, dan senjata!" 703 tetap berjalan mencari musuhnya sedangkan jeslyn hanya memegangi consolnya berharap karakternya bisa di gerakan olehnya "maka dari itu kau akan membantuku!" 703 melirik sebuah alat di tangannya "apa yang kau lakukan?" Dia kembali berjalan tapi tiba tiba sebuah cahaya menyilaukan mata jeslyn. Jeslyn beranjak dari tempat duduk bermainnya "huh? Apa ini? Seperti lorong waktu" jeslyn hendak pergi tapi ia mendengar suara sebelum ia akan melangkah ke tempat duduknya "jeslyn tolong aku!" Jeslyn langsung berbalik badan mendengar pertolongan dari 703 membuatnya khawatir.
Jeslyn masuk kedalam lorong itu yang akan membawanya bersama 703 dan akan membantu pria itu. "703!" Tiba tiba ia sudah berada di tempat di mana ia bersama karakternya itu. "Pegang ini!" Pria itu melemparkan senjata pada jeslyn "apa kau bisa menggunakannya?" 703 melihat tangan jeslyn yang bergemetaran saat memegang senjata yang ia berikan. 703 mendekati Jeslyn memegangi tangan jeslyn dari belakang "aku akan mengajari mu cara memakai ini" hati jeslyn berdegup kencang merasa seperti ada yang menari nari di perutnya.
Pria itu mengajarkan jeslyn cara memakai senjata "yang pertama kau harus memegang pelatuknya" jeslyn memperhatikan tangannya yang sedang memegangi senjata tapi selalu salah fokus dengan tangan pria yang kini berada di belakangnya "lalu arahkan ke arah yang monter itu" tiba tiba monster itu semakin besar dan mengeluarkan cairan lengket di badannya. Tangan 703 masih setia memegang tangan jeslyn yang menggenggam sebuah pistol, mereka langsung mengarahkan senjata itu ke arah monster "apa harus aku temabak sekarang?" Tanya jeslyn kepada pria yang berada di belakangnya. "Sebentar lagi... Apa kau lihat bulatan merah di badanya?" Jeslyn melihat kerah yang di tunjukan oleh 703, jeslyn mengangguk pelan "itu adalah kelamahannya, tunggun sampai bulatan merah itu muncul, lalu kita tembak."
Penarikan pelatuk pertama penarikan pelatuk kedua dan ketiga tepat pada sasaran monter itu mengeluarkan suara teriakan sangat keras dan kedua orang ini menutup kupingnya. "Aaaaakhhh..." Teriak jeslyn saat kupingnya mulai sakit akibat terikan Monter tersebut. "Apa yang harus kita lakukan?" Dengan cepat gerakan 703 siap menembak mata mister itu tapi sayangnya meleset. Ekor monster itu mengenai tubuh 703 sehingga tubuhnya terbentur oleh tembok yang sangat kencang "703!" Teriak jeslyn dari kejauhan. Jeslyn melihat sebuah senjata di jalan yang tidak jauh darinya. Senjata itu milik 703 tapi sayangnya 703 terpental jauh dan senjata itu terlepas dari tangannya.
Kakinya mulai melangkah kearah senjata yang tergelatak di bawah jalan. Ia mengambilnya dan langsung memegangi pelatuknya. Ia menarik pelatuknya 2 kali dan tidak sama sekali meleset. Jeslyn monster itu kesakitan ia segera menarik lagi pelatuk pada jari telunjuknya dan tepat pada sasaran ia mengenai jantung monster besar.
Jeslyn melihat kearah 703 ia melihat banyak cairan merah yang keluar dari perut pria itu. Jeslyn segera membawanya ketempat yang aman "bertahanlah!" Ucap Jeslyn sambil mengandeng tangan 703 ke bahunya.
Merasa sudah menemukan tempat yang aman. Jeslyn segera mencari obat obatan yang bisa menutupi luka pria tersebut. "Ugghhh..." Lenguh pria itu ketika jeslyn membalut lukanya.
Jeslyn menatap Pria itu yang telah tidur di sampingnya. Ia tatap wajah pria itu tampan, memiliki rambut yang pirang dan memiliki warna mata biru seperti batu safir tanpa di sadari Jeslyn menyunggingkan senyuman hingga ia tertidur lelap di samping 703.
Jeslyn terbangun tiba tiba ia sudah berada di kamarnya. "Jadi itu hanya mimpi? Kenapa seperti nyata?" Gumam jeslyn. Terdengar suara getaran di atas meja, jeslyn melihat nama yang tertera di layar handphonenya 'hailey' ia langsung mengangkat sambungan dari Hailey.
"Baik aku akan segera kesana" dengan tergesa gesa jeslyn harus segera Kerumah sakit. Ia mengambil kunci mobilnya itu yang terletak di atas meja belajarnya.
Ia menuju kebawah mengarah ke besment. Ia membuka pintu mobil tapi ia melihat tulisan sebuah kertas 'selamat ulang tahun J' jeslyn kebingungan dengan padahal hari ini bukanlah ulang tahunya.
Ia melihat di sekeliling sudut besment tidak ada siapapun di ruangan itu. Jeslyn membuang kertas itu kesembarang tempat. Jeslyn memakai pengaman yang berada di tempat duduknya. Lalu ia melajukan kendaraan itu.
Jeslyn berlari menuju keruangan ayahnya dan di sana sudah terdapat Hailey yang sedang terduduk lemas. Jeslyn melihat kain putih yang menutupi seluruh anggota tubuh ayahnya. Air mata di pelupuk jeslyn langsung mengalir begitu saja.
"Ayah kenapa kau begitu cepat meninggalkan kami? Kau berjanji akan membawa kami bermain besbal apa kau lupa? Kenapa sekarang kau pergi meninggalkan kami?" Hailey memeluk jeslyn "Hailey dia berbohong pada kita" gadis itu mulai lemas dan berjongkok di samping William. Jeslyn memberikan kursi kepada, Jeslyn yang duduk hanya terdiam menerima keadaan.
****
Jeslyn menatap diam ketika di depannya tertera nama william Harrsel. "Ayah sudah sebulan ayah tidak ada untuk ku... bukan hanya aku tapi juga Hailey dan Carlos bahkan juga ibu... Apa ayah tau kami begitu merindukan dirimu..." Jeslyn meneteskan air matanya lalu segera ia hapus air mata yang akan membasahi pipinya.
"Aku harap ayah tenang di sana karna mulai sekarang aku akan hidup bahagia" jeslyn tersenyum setelah itu ia meninggalkan tempat itu menuju mobilnya yang tidak jauh dari pemakaman Ayahnya.
Lalu datang seorang pria memakai sepatu hitam dan jas blazer berwarna silver mengunjungi pemakaman yang sudah di kunjungi oleh Jeslyn. Ia tersenyum "terimakasih" lalu ia tertawa kecil beranjak dari tempat itu.
Jeslyn pulang kerumah ia sangat bosan sesampainya di rumah lalu ia mengingat kejadian sebelum ayahnya meninggal sebulan yang lalu. Mengenal pria yang bisa membuat jantungnya berhenti berdetak. Bahkan ia bisa mengingat dengan jelas wajah pria itu sangat tampan.
Jeslyn tersenyum senyum sendiri dikamar, suara pintu kamarnya berbunyi "kak kenapa kau tersenyum senyum sendiri?" Jeslyn yang mendengar suara itu langsung menoleh, belum jeslyn menjawab pertanyaannya, adiknya langsung tiduran di sampingnya.
"Kau pasti sedang menyukai seseorang kan?" Tanya Carlos pada jeslyn yang masih bingung ingin menjawab apa adiknya yang tua belum pada saatnya. Jeslyn tidak menjawab pertanyaan Carlos ia malah memegang sebuah consol dan memberikan satu pada Carlos "game apa yang akan kita mainkan? Oh jangan bilang..." Carlos sudah mengetahui apa yang akan di mainkan oleh Kakanya ini. Jeslyn mengangguk pelan kepada carlos, Carlos menghela nafas karna ia hampir ingin muntah memainkan game ini.
"Kak coba belok sebelah kiri... Kak... Coba belok sebelah kiri mister itu masih mengejar kita" jeslyn sangat serius bermain tiba tiba ada cut seen.
Mobil itu terpelanting dan carakter Carlos terjebak di dalam mobil. Saat karakter jeslyn ingin menolongnya tiba tiba mobil itu terbakar. Karakter Carlos menyuruh karakter jeslyn pergi meninggalkannya tapi jeslyn di berikan sebuah pilihan yang akan membuat jalan ceritanya berbeda. Jeslyn memilih salah satu dari pilihan itu "ka.. kau harus meninggalkan ku" ia memilih untuk menolong patnernya ketimbang meninggalnya tapi sayangnya apinya itu semakin membesar dan meledak "Hugh... Ka sudah kubilang tinggalkan saja karakter ku" jeslyn menyadari ini kesalahannya aturan tadi ia mendengarkan Carlos tapi ia tidak tau kenapa belakangan ini ia semakin sulit untuk berkonsentrasi.
Ia beranjak ingin meninggalkan Carlos tapi saat ia ingin menuju pintu keluar kamarnya "kepalaku?" Ia jatuh begitu saja "kak... Ka... Kau kenapa?" Carlos menelfon Hailey dan ibunya untuk segera membawa jeslyn ke rumah sakit.
Di mobil jeslyn samar Samar mendengear suara Madeline Hailey dan Carlos. "Carlos apa jeslyn sudah sadar?" Carlos menatapku khawatir "belum mom." Mataku agak buram saat melihat Carlos "kak... Sadarlah!." Aku menutup mataku kembali ketika kepala ku merasa sangat sakit.