Chereads / Pengorbanan Cinta, Alice / Chapter 1 - Bab 1

Pengorbanan Cinta, Alice

🇮🇩Bear_Bee1995
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 3.4k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Bab 1

Alice Pricilia :

Bagi dia hidup adalah sebuah anugrah. Entah susah atau senang. Baginya semua adalah takdir. Dia tetap berusaha untuk lebih baik dan lebih baik lagi. Meski selalu masalah yang di di dapatkannya. Hingga keberuntungan atau kesialan datang padanya. Iya, dia bertemu dengan sosok laki-laki sedikit jutek tapi ngangenin. Dia laki-laki tampan bisa di bilang pujaan wanita. Tapi, saat dekatnya dia sadar. Jika hati laki-laki itu terasa sudah mati. Bahkan dia tidak perduli dengan perasaannya sendiri. 

Alice, pengorbanan yang paling besar adalah merelakan kekasihnya Menikah dengan wanita lain. meski itu terasa sangat berat. Tapi, seberat apapun masalahnya. Aku bisa tanggung semuanya. Hingga kebahagiaan datang padanya. Meski hanya sesaat. Dan tuhan merenggut kebahagiaan lagi. Dan lagi. 

Semua aku jalani begitu saja? Entah, apa aku bisa hidup bahagia. Satu aku akan tetap hidup dalam lubang masalah yang semakin hari semakin dalam. Di tutup dengan kesedihan dan luka hati yang semakin membuatnya hidul dalam keterpurukan  

Dia percaya dia bisa melewatinya. Tetapi, itu sulit. Dan butuh perjuangan. Hingga menemukan sebuah status baru. 

Adrian : 

Melupakan seseorang yang sangat di cintai amatlah sangat sulit. Dia harus meluangkan begitu banyak waktu, hari, dan menguras sekujur tenaga dan air matanya. Hingga semua berlaku begitu saja. Kenangan itu mulai pupus. Tapi, luka kehilangan masih sangat membekas. 

Aku terpuruk ke dalam kesendirian. Kesedihan. Aku ingin sekali bisa merasakan kebahagiaan bertemu dengan wanita yang bisa mencintaiku tulus. Dan entah, apa akan ada wanita seperti itu. Aku akan terus menunggunya. 

**

"Alice..  Kamu yakin mau pergi ke bar?" tanya temannya Cici. 

"Udah, lah. Pikiran belakang soal hutang. Kamu tahu kepalaku sekarang pusing. Aku bingung begitu banyak beban yang membuatku merasa berat jalani hidup." gumam Alice. Dia berjalan merangkul Cici. Dan berjalan sangat antusias pergi ke bar.

Langkahnya seketika terhenti. Saat seseorang baru saja kluar dari bar dengan keadaan mabuk berat. 

"Shitt..  Apa yang kamu lakukan?" geram Alice kesal. Tubuh laki-laki itu mendekapnya sangat erat. 

"Antarkan aku pulang." ucapnya lirih tepat di samping telingannya.  

"Pulang?" Alice memutar matanya bingung. Ia melirik ke arah Cici temannya.

"Ia menarik turunkan aslinya bertanya pada Cici. Yang hanya menggerakan bibirnya. 

Udah, antar saja. Sapa tahu dia jodoh kamu." goda Cici. 

"Apaan, sih. Aku gak kenal dia." ucap Alice. mencoba memegang ke dua bahu laki-laki itu. Sedikit mengangkat tubuhnya agar berdiri tegap. 

"Aku akan bayar jamu jika kamu mau antar aku pulang." 

"Yakin?" tanya Alice memastikan. Kalau masalah uang, otak Alice jauh lebih cepat nangkap. Karena memang dia sedang butuh uang. 

"Baiklah, aku akan antar kamu." ucap Alice. Dia segera meletakan tangan kiri laki-laki itu di atas pundaknya. 

"Cici. kamu takut aku gak?" tanya Alice. 

Cici meringis. "Enggak, deh. Kamu pergi saja. Aku sudah ada janji dengan pacar aku di dalam. Udah, sekarang antar dia. Tapi, jati-hati di jalan. Jaga diri." ucap Cici mengingatkan. 

"Siap, boss!" gumam Alice. Dia segera berjalan memapah tubuh laki-laki itu mencari taksi. Tak lama taksi datang, dan mulai membantunya masuk ke dalam. 

"Rumah kamu dimana?" tanya Alice, menatap ke arah laki-laki dj sampingnya. Tubuhnya masih lunglai. Dia menyandarkan kepalanya di bahunya. Dengan tangan kanan mengambil sesuatu di saku kemejanya. Dan memberikan padanya. 

Alice menatap sebuah alamat yang tertera di kartu jaka itu. Dan memberikan pada sang sopir taksi di depannya. 

"Pak, itu alamatnya. Aku gak tahu benar gak, yang penting antar ke alamat itu." ucap Alice. 

"Baik, non." jawab sopir. 

"Eh.. Iya uangnya mana. Aku gak punya uang buat bayar." Alice menatap ke arah laki-laki di sampingnya. Tanpa banyak bicara lagi, ia mengeluarkan beberapa lembar uang padanya. 

Alice segera meriah uang itu. Ke dua matanya berbinar seketika. Sembari menghitung uang yang dia pegang. "Ini, mah. lebih dari cukup." gumam Alice lirih. Dia memberikan pada sopir taksi. Dan sisanya dia simpan ke dalam tas miliknya. 

Tak lama, mobil berhenti tepat di depan rumah besar miliknya. Ke dua nata Alice melebar seketika. "Ini benar rumahnya, gila… Ini rumah apa istana?" gumam Alice lirih. Beberapa penjaga membuka gerbang rumahnya yang terlihat besar dan tinggi. 

"Gila, baru kali ini aku melihat rumah besar seperi ini." ucap Alice lirih. 

Laki-laki asing itu masih menyandarkan kepalanya di pundaknya. Dan dia terlihat sudah tertidur lelap. Ke dua matanya tak mau jauh melihat wajah tampan yang terlihat sedikit menggemaskan itu. Membuat Alice merasa tidak tega membangunkannya. 

"Dia sangat tampan." gumam lirih Alice. Ia mendekatkan wajahnya. Bau alkohol masih menyeruak masuk ke dalam penciumannya. 

"Apa dia minum terlalu banyak?" gumam Alice mengerutkan hingga. Ia menghela napasnya, lalu membuka kaca mobil. Memanggil salah satu penjaga di sana.

"Permisi, pak. Ini apa benar rumah tuan ini." ucap Alice membuka kaca mobil taksi itu. Menunjukan pada penjaga wajah laki-laki di sampingnya. 

"Tuan, Adrian. Apa yang terjadi padanya?" tanya dua laki-laki itu. Dan segera membuka pintu mobilnya. Meraih tubuh tuannya. 

"Dia mabuk, jadi tolong bawa dia pergi. Aku mau pulang!" ucap Alice. Menutup lagi pintu taksi itu. 

Penjaga itu awalnya tak percaya. Tapi, setelah mencium bahu alkohol dari tubuh Adrian mereka baru percaya. Dan segera membawa tuanya pergi. 

"Makasih!" ucap penjaga itu. 

"Iya…" Tak mau terlalu di repotkan lagi. Alice segera pergi. lagian dia sudah mengantarkan ke rumahnya. Meski tidak masuk."