"Bukan telepon yang penting. Biarkan saja," sahut Edi.
Mana mungkin dia mengangkat telepon dari Carissa di depan Marisa. Marisa bisa saja curiga bahwa Carissa adalah penyebab kekacauan yang terjadi di perusahaan Kevin. Lagi pula Edi saat ini sedang malas berbicara dengan wanita itu, karena ada Marisa di sampingnya.
Marisa yang penasaran memanjangkan lehernya demi melihat nama si penelepon. Dia membaca sebuah nama 'Carissa'
"Dia pacarmu ya?" Marisa menduga bahwa wanita yang menelepon adalah kekasih Edi. Namun Edi menyangkalnya.
"Bukan. Dia hanya teman."
Marisa menghela napas. Lalu berkata, "syukurlah kalau begitu."
Edi menatapnya sekilas sambil mengerutkan keningnya. "Syukurlah kenapa memangnya?" tanya Edi tak mengerti.
"Dia sangat cantik. Malang nasibnya kalau memang benar dia kekasihmu," jawab Marisa menggoda Edi.
"Apa maksudmu bilang seperti itu? Apa aku jelek? Atau- apa?" tanya Edi tak terima. Nada bicaranya tegas tetapi Edi hanya bercanda.