"Lalu bagaimana dengan kamu?" tanya Marisa. Saat itu ia juga melihat Kevin matanya sudah mulai berat, ia pasti juga mengantuk pikir Marisa.
"Aku tidak mengantuk," jawab Kevin berbohong. "Lagi pula akan sangat gawat jika kita berdua sama-sama tidur. Siapa yang akan menjagamu dan barang-barang kita?" Saat ini peran Kevin sebagai seorang laki-laki sejati diperlukan.
"Tapi kamu juga mengantuk. Biar aku saja yang berjaga duluan," ucap Marisa tak tega.
Kevin merentangkan tangan kanannya. Kemudian menyuruh Marisa untuk tidur. "Aku tidak sedang ingin berunding denganmu, jadi tidurlah," suruh Kevin dengan nada serius, tapi tidak marah.
Marisa menghela napas. Kemudian tersenyum tipis. "Hah, oke," sahut Marisa menurut.
Tengah malam kereta api yang Kevin dan Marisa tumpangi tiba di Jogja. Mereka segera mencari taksi untuk menuju hotel yang sudah Marisa pesan melalui aplikasi di ponselnya sehari sebelum keberangkatan mereka.
Kevin sudah terlihat mengantuk. Mungkin karena ia sudah menahannya sejak tadi di kereta. Ia menyandarkan kepalanya di bahu marisa dan hampir tidur dengan nyenyak.
Matanya yang berat terpaksa harus Kevin buka kembali saat melirik ke jendela mobil. Lalu ia mengguncangkan pundak Marisa dan berkata, "Marisa, coba kamu lihat sebelah sana." Tunjuk klub malam di seberang jalan. Di tempat itulah pertama kali Kevin dan Marisa bertemu. Walau tak diawali dengan kenangan yang indah, namun kini menjadi manis untuk dikenang.
Marisa tersenyum tipis. "Oh, tempat itu," sahut Marisa cuek.
Kevin mengerutkan keningnya, menatap dengan wajah tak suka. "Lho kok gitu aja respon kamu?" tanya Kevin.
Marisa menghela napas. "Lalu aku harus bagaimana?" Marisa bertanya balik, karena baginya ada kenangan tak menyenangkan di tempat tersebut.
"Kan tempat itu pertama kali kita bertemu," jawab Kevin.
Marisa menyipitkan matanya. Kemudian mengucapkan kalimat yang menohok sehingga seketika membungkam mulut Kevin.
"Kenangan yang mana? Saat pertama kali kita bertemu lalu kamu menghilang tanpa kabar itu?" tanya Marisa.
Suasana hening dalam waktu yang lama. Hingga akhirnya Kevin melakukan pembelaan terhadap dirinya sendiri. "I-itu, tidak seperti yang kamu pikirkan. Hanya saja aku sedang ada masalah waktu itu," jawab Kevin tergagap. "Dan setelah masalahku beres dan menyesal aku mencarimu kembali," lanjutnya.
Ada rasa sedikit sakit hati dalam diri Marisa jika mengingat tentang klub malam itu. Namun entah mengapa Kevin malah menunjukkannya pada Marisa. Benar-benar tidak pengertian sekali.
**
Beberapa tahun yang lalu saat Kevin dan Marisa masih kuliah. Keduanya dipertemukan di sebuah aplikasi perjodohan lalu memutuskan untuk kencan buta di sebuah klub malam. Tepatnya yang Kevin tunjuk tadi.
Marisa mendownload aplikasi tersebut karena merasa sudah terlalu lama menjomblo. Namun berbeda dengan Marisa, Kevin mendownload aplikasi tersebut justru karena keisengan temannya.
Kevin sebenarnya tidak tertarik. Karena ia adalah pria tampan dan populer di kampus. Banyak wanita yang tertarik padanya tanpa harus dengan aplikasi itu.
Biasanya temannya yang merasa kurang percaya diri dengan penampilannya akan memilih salah seorang wanita dari sana. Lalu setelah itu mengajaknya untuk bertukar nomor ponsel dan melakukan chat pribadi.
Namun malam itu ada yang berbeda. Hujan turun begitu deras, Kevin yang tak bisa pergi ke mana-mana akhirnya iseng membuka aplikasi jodoh tersebut.
Kevin mulai berselancar mencari teman ngobrol yang menurutnya sesuai. Dan dari sekian banyak itu ia menjatuhkan pilihan kepada Marisa. Foto profilnya cantik, menarik dan dengan caption yang terlihat sebagai pribadi yang menyenangkan.
Kevin mengklik tombol pilih. Dan mulai mengetik sesuatu di sana.
Kevin : Hai.
Tanpa menunggu waktu lama, Marisa membalasnya. Dan seperti dugaan Kevin sebelumnya. Dan dari mulai saling menyapa obrolan mereka menjadi melebar ke mana-mana. Hingga berujung Kevin merasa nyaman dan nyambung chat dengan Marisa. Bahkan sebelum bertemu secara langsung.
Setelah beberapa hari hanya mengobrol melalui chat, akhirnya karena penasaran Kevin mengajak Marisa untuk bertemu. Mereka memutuskan untuk kencan buta. Dan disetujui oleh Marisa.
Pukul sembilan malam mereka bertemu. Kevin sudah memberi tahu jika dirinya akan memakai kaos polos putih dengan jaket jeans, serta memakai celana panjang jeans. Sedang Marisa memakai kaos hitam dan celana panjang jeans.
Marisa yang baru saja sampai di dalam klub menunjuk Kevin dengan jarinya. "Kevin ya?" tanya Marisa memastikan.
"Iya. Kamu Marisa ya?" Kevin bertanya balik.
"Iya," jawab Marisa pendek, setelah itu mereka berjabat tangan dan mengobrol dengan asyik di bawah cahaya minimalis khas klub malam. Dan yang membuat lebih terkejut ternyata Kevin dan Marisa kuliah di universitas yang sama.
"Aku bener-bener nggak nyangka lho kalau kita satu kampus dan satu angkatan," ucap Kevin.
Mungkin karena tidak memiliki paras yang cantik, jadi Marisa tidak sepopuler Kevin di kampus. Jadi wajar saja jika Kevin tidak mengenal Marisa.
"Iya. Padahal kita satu angkatan dan satu jurusan ya?" tanya Marisa.
Sebenarnya setelah diamati Marisa familiar dengan wajah tampan Kevin, sangat mencolok di antara teman mahasiswa seangkatannya. Hanya saja Marisa berpura-pura tidak tahu.
Obrolan mereka diakhiri dengan ajakan saling bertemu kembali di kampus.
"Menyenangkan rasanya bisa ngobrol sama kamu. Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi di kampus?" tawar Kevin.
"Oke. Mau ketemu jam berapa?" tanya Marisa.
"Aku ada kelas jam delapan, gimana kalau kita ketemu di taman jam sembilan?" tanya Kevin.
"Oke, aku bisa. Aku baru ada kelas siang kok," jawab Marisa.
**
Jam sembilan pagi di kampus Marisa sudah duduk terlebih dahulu di kursi taman, sambil membuka laptop dan mengerjakan tugas. Ia memang selalu datang tepat waktu.
Lalu ponselnya bergetar, sebuah pesan masuk. Ternyata dari Kevin. Marisa lalu membukanya.
Kevin : Kamu udah sampai?
Marisa : Udah, baru aja.
Kevin : Kamu pakai baju apa? Ini aku udah mau sampai di taman.
Marisa : Aku pakai kemeja kotak-kotak biru sama rok warna senada.
Dan setelah itu Kevin mulai memasuki taman kampus. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk mencari Marisa. Dan karena kebetulan keadaan taman sedang sepi ia dengan mudah bisa menemukan wanita yang baru kemarin ia kencani di klub itu.
Dari arah belakang Kevin yang yakin itu adalah Marisa bergerak maju mendekati kursi yang diduduki oleh Marisa. Dengan hati-hati Kevin menepuk pundak Marisa. Dan kemudian bertanya, "Marisa kan?"
Marisa menoleh. "Iya," jawab Marisa singkat. Ia kemudian menepuk ruang kosong pada bangkunya, dan menyuruh Kevin untuk duduk.
"Duduk Vin."
Kevin kemudian duduk di samping Marisa.
"Senang rasanya bisa bertemu denganmu lagi di sini," ucap Marisa diiringi senyum yang hangat.
Namun tidak dengan Kevin. Lama kelamaan ia malah menjadi kurang suka mengobrol dengan Marisa. Ia yang biasanya dikelilingi oleh gadis-gadis yang cantik merasa tidak nyaman dengan wajah Marisa yang terlampau biasa. Padahal kemarin ia sendiri yang mengajak Marisa untuk bertemu kembali di kampus.
Mungkin kemarin karena cahaya di klub remang-remang jadi wajah Marisa tidak jelas terlihat. Dan kini Kevin malah kecewa. Kevin yang sebelumnya merasa cocok dengan Marisa sekarang malah menjadi merasa canggung.
Marisa yang merasa ada yang aneh kemudian bertanya kepada Kevin. "Kamu kenapa sih Vin?"