Edi diam. Dia mencerna ucapan Marisa. Tetapi meski demikian ia belum dapat memutuskan bagaimana harus mengambil keputusan.
Terlanjur ada dinding pemisah yang tinggi diantara Rina dan dirinya. Dan itu semua dia sendiri juga yang menciptakan. Edi kesulitan menunjukkan perasaannya kepada Rina, disebabkan berkecil hati atas status yang disandangnya kini, yang tidak lain adalah seorang narapidana.
"Pikir-pikir lagi," ucap Marisa sambil bangkit dari tempat duduknya. "Tapi jangan lama-lama, nanti kalau dia dimiliki orang lain kamu sendiri yang akan menyesal," tandasnya.
Edi lalu bangkit dari tempat duduknya. "Terima kasih atas sarannya," ucap Edi. Setelah itu mereka berdua berpisah. Marisa melangkah pergi, sedang Edi kembali ke dalam lapas.
Kakinya melangkah, tetapi pikiran Edi ke mana-mana, memikirkan apakah dia harus memperjuangkan cintanya kepada Rina. Atau tidak.
***
Sementara Marisa keluar dari lapas langsung naik taksi, dengan tujuan pulang ke rumahnya saat ini.