"Jangan bicara seperti itu. Aku tidak punya maksud lain selain berusaha memasak makanan kesukaan Namira. Selama ini aku merasa menjadi ibu yang buruk karena tidak bisa memberi Namira perhatian. Dan aku akan menebusnya," ucap Sania. Dia bertingkah seolah sedang terpojok dengan kalimat Marisa.
Namira kemudian mendekat. Dia lalu meraih pergelangan tangan Marisa. Agar berhenti marah. "Bunda jangan marah ya,"
Marisa tersenyum. Walau hatinya sakit. Karena tidak tahan dengan situasi ini akhirnya Marisa memilih untuk kembali ke kamarnya.
**
Tadi sebenarnya Sania sengaja bangun lebih pagi dari biasanya. Dia lalu mengajak Namira ke dapur untuk memasak bersama untuk sarapan mereka.
Sania masuk ke kamar Namira. Ia duduk di tepian ranjang Namira, lalu membangunkannya dengan lembut.
"Namira bangun," ucap Sania sambil menggoyang-goyangkan lengan Namira.
Perlahan Namira membuka matanya yang masih mengantuk.
"Mama? Sudah bangun?" tanya Namira dengan suara serak khas bangun tidur.