Setelah sampai di rumah sakit. Dokter menyatakan bahwa Marisa keguguran. Dan harus segera menjalani proses kuret.
"Apa yang telah kamu lakukan Marisa?"
Pertanyaan itu yang pertama kali Jane lontarkan kepada Marisa. Jane adalah ibu Marisa.
Ibu mana yang tidak sedih. Ketika mendengar anaknya mengalami keguguran. Dan harus menjalani proses kuret. Padahal Marisa belum menikah saat itu.
Ditengah kondisinya yang sedang tidak baik. Dan baru saja di kuret oleh dokter. Marisa juga harus mendengar tangisan kekecewaan dari ibunya.
"Maafkan Marisa bu," ucap Marisa menyesal. Saat itu Rina setia mendampingi Marisa. Ia memenangkan Marisa dengan terus mengelus pundaknya.
"Siapa yang melakukan ini sama kamu?" tanya Jane, dengan raut wajah marah.
Marisa dengan jujur mengatakan. Bahwa Kevin yang telah menghamilinya. Padahal sebelumnya ia belum sempat menceritakan soal hubungannya dengan Kevin.
"Pacar Marisa bu. Kevin namanya," jawab Marisa takut.
Dengan sorot mata yang tajam. Ibunya kembali bertanya, "Lalu di mana lelaki sialan yang kamu ceritakan itu?"
"Dia belum mengetahui soal kejadian ini bu. Marisa akan menghubunginya. Dan dia akan segera ke sini," jawab Marisa. Pipinya sudah basah oleh air matanya saat ini.
Marisa masih berpikiran positif tentang Kevin. Setelah Kevin dihubungi pasti dia akan segera datang. Dia sudah berjanji akan menikahi Marisa kemarin.
"Rin. Tolong ambilkan ponsel aku di dalam tas," suruh Marisa.
Rina langsung mengambil tas Marisa. Mencarikan ponsel Marisa. Lalu setelah ketemu ia ulurkan kepada Marisa.
"Ini ponsel kamu Sa."
Segeralah Marisa menghubungi Kevin. Namun sudah lima kali Marisa menghubungi Kevin. Tetap saja tak diangkat. Bahkan panggilan terakhir hanya berisi suara operator telepon, yang mengatakan ponsel Kevin sedang tidak aktif.
Marisa menangis sejadi-jadinya. Begitu pula dengan ibunya. Dalam situasi yang sedang kacau tersebut. Rina masih mempunyai jalan keluar dengan mencari Kevin ke tempat kostnya.
"Gimana kalau saya cari Kevin ke tempat kostnya tante?" tawar Rina.
Jane mengusap air matanya dengan tisu. Lalu mengatakan, "Tante ikut Rin."
Walau belum pernah bertemu sebelumnya. Jane ingin memaki laki-laki yang sudah menghamili anaknya tersebut. Dan meminta pertanggung jawabannya.
Dengan menaiki taksi, Rina lalu mengantar ibu Marisa menuju kost Kevin. Rina mengetahui kost Kevin karena Marisa pernah mengajaknya ke sana sebelumnya. Jika tidak mereka akan kehilangan jejak keberadaan Kevin.
Menempuh waktu perjalanan selama dua puluh lima menit. Akhirnya Rina dan Jane sampai di kost Kevin. Sebuah kost yang dekat dengan kampus Kevin.
Sampai di pintu gerbang Rina dan Jane bertemu dengan pemilik kost langsung. Kemudian Rina bertanya, "Pak. Saya mau cari Kevin. Apakah ada?"
Bapak pemilik kost dengan mudah mengenali Kevin. Karena cuma satu yang bernama Kevin di sana. Ditambah penghuni kostnya hanya sedikit.
"Karena sudah lulus. Kevin katanya pamit mau balik ke rumahnya barusan mbak," jawab bapak kost. "Mungkin dua jam yang lalu," imbuh bapak kost, sambil mengingat-ingat.
Mata Jane berkaca-kaca. Apa maksudnya pulang ke rumahnya? Apa laki-laki yang bernama Kevin ini berniat lepas dari tanggung jawab terhadap putrinya?"
Jane tak menyerah. Ia lalu bertanya di mana alamat Kevin kepada bapak kost. Namun sayangnya bapak kost tersebut juga tidak mengetahui persis di mana alamat Kevin.
"Bapak tau di mana alamat Kevin?" tanya Jane.
Bapak kost menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Waduh, kalau persisnya saya nggak tau bu. Saya taunya dia tinggal di Jakarta Utara," jawab bapak kost. "Memangnya ada keperluan apa ya bu? Sampai tanya alamat Kevin," tanya bapak kost penasaran.
Mana mungkin Jane mengatakan yang sebenarnya kepada bapak kost. Itu sama saja hanya akan membongkar aib anaknya sendiri.
"Nggak ada apa-apa kok pak. Cuma ada kesalahpahaman sedikit saja," jawab Jane berbohong. Setelah itu memaksakan senyumnya.
Dengan hati yang hancur. Jane dan Rina harus kembali ke rumah sakit dengan tangan kosong. Karena Kevin telah kabur. Mencarinya tentu akan sulit. Jakarta Utara adalah wilayah yang luas. Bagaimana cara mencarinya?
**
Sejak saat itu. Marisa selalu berkata jujur kepada laki-laki yang akan serius mau menikahinya. Bahwa ia akan kesulitan mempunyai anak. Karena pernah mengalami keguguran.
Dan karena hal tersebut. Semua laki-laki yang mendekati Marisa mundur. Dan tidak bersedia menerima Marisa menjadi istrinya.
Namun sepertinya Marisa dan Kevin memang sudah berjodoh. Kevin menyesali perbuatannya. Dan meminta Marisa menjadi istrinya. Ia yang tahu betul Marisa tidak bisa hamil karena dirinya menerima dengan ikhlas bahwa ia tidak akan punya anak dengan Marisa.
Dan yang lebih menyedihkan lagi. Setelah peristiwa keguguran yang Marisa alami. Ia juga harus kehilangan ibunya.
Ibu Marisa meninggal dunia. Ia tak kuasa menerima kenyataan jika anaknya dinyatakan akan kesulitan mempunyai anak setelah ini. Sebagai seorang ibu, Jane merasa gagal.
***
Kevin saat itu masuk ke kamar. Ia melihat istrinya duduk bersandar di kepala ranjangnya. Melihat Marisa yang menangis di sana. Kevin lalu segera menghampirinya.
Kevin menyambar tisu yang ada di atas nakas. Lalu menyeka air mata Marisa dengan selembar tisu tersebut.
"Kamu sedih dengan ucapan tante Selly tadi ya?" tanya Kevin.
Pertanyaan bodoh macam apa itu. Jelas Marisa sedih karena hal itu. Ditambah mengenang peristiwa di mana ia pernah keguguran di masa lalu.
"Bukan hanya itu," jawab Marisa. Setelah itu menoleh ke arah Kevin dengan tatapan mata yang tajam.
Marisa mencintai Kevin. Tapi ada kalanya ia dendam karena Kevin pernah mencampakkannya. Dan membuat ibunya sampai meninggal.
"Lalu apa?" tanya Kevin.
"Aku nggak bisa punya anak itu gara-gara kamu! Aku kehilangan ibu aku itu juga gara-gara kamu!" jawab Marisa dengan nada berteriak.
Untung saja Debi sudah pulang. Jika tidak teriakan Marisa ini akan menimbulkan masalah bagi rumah tangga Kevin dan Debi. Yang beberapa hari ini sudah membaik.
Mata Kevin jadi bergetar. Ia terdiam untuk beberapa saat. Kevin jadi teringat akan dosa dan kesalahannya kepada Marisa di masa lalu.
Walau sudah menikahi Marisa. Dan mencintai Marisa dengan tulus. Rasa bersalah itu selalu saja menghantui Kevin. Ia sendiri bingung bagaimana cara menebusnya.
Kevin menunduk. "Minta maaf seumur hidupku rasanya pasti belum cukup untuk menghapus deritamu. Aku tidak melarangmu untuk membenci ataupun mengutukku sekalipun. Karena aku pantas untuk mendapatkannya," ucap Kevin.
"Pergi Vin. Aku ingin sendiri!" suruh Marisa.
"Bisakah aku tetap di sini?" tanya Kevin memohon.
Kevin tak ingin rumah tangganya kembali bermasalah. Dan tetap menemani Marisa di kamar. Mencoba menenangkan Marisa.
Marisa segera bangkit dari tempat tidurnya. Di saat seperti ini, ia butuh waktu untuk sendiri. Dan hal itu dapat terwujud jika ia pergi dan menghindari Kevin terlebih dahulu.
"Kamu mau ke mana?" tanya Kevin.
"Aku mau tidur di kamar tamu," jawab Marisa.
Kevin berusaha menahan Marisa pergi. Ia memegangi pergelangan tangan Marisa. Lalu berkata, "jangan pergi Sa!"
Marisa menepisnya. Ia berusaha melepaskan cengkraman tangan Kevin. "Lepasin aku Vin!"
Namun sepertinya Marisa gagal. Meskipun sudah berusaha meronta. Kekuatannya sebagai wanita kalah dengan suaminya yang berbadan atletis.