Sebuah perusahaan besar bernama PT. G1, melakukan terobosan besar dalam dunia IPTEK, terutama pada teknologi VR. Visual Control Teknologi atau VCT, sebuah neuron buatan yang ditanam pada otak manusia, melalui suntikan plasma pada lengan bagian kiri. Sebuah teknologi yang menyebabkan perbedaan antara dunia nyata dengan dunia virtual hampir tak ada bedanya. Perbedaan hanya satu sistem antar dunia.
Keamanan penggunaan teknologi, sudah terjamin, oleh perusahaan dan surat izin edar yang telah disetujui oleh pihak nasional maupun internasional, membuat teknologi ini dapat berlenggang bebas, di masyarakat luas. Ditambah lagi, dengan adanya proyek, Suntikan VCT gratis telah dicanangkan, untuk seluruhan masyarakat pelosok dunia, oleh perusahaan G1, pada tahun 2035. Perusahaan hanya mengambil keuntungan, dari penjualan software yang mereka monopoli.
Dunia banyak berubah akibat kemunculan teknologi VCT ini. Banyak lembaga bidang jasa non fisik, yang memanfaatkan teknologi ini untuk memaksimalkan kinerja mereka dan banyak game VR unik yang bermunculan. Daya pikir dan ingat manusia, menjadi lebih baik dari sebelumnya, karena kecanggihan teknologi ini.
Alliance Of Circle, merupakan game VR berbasis VCT yang pertama kali dapat memaksimalkan kinerja teknologi VCT. Sebuah game yang diproduksi oleh perusahaan VCR atau PT. Visual Corporation Republik, anak perusahaan dari PT. G1 yang berbasis pada industri software.
Alliance Of Circle, berhasil menjadi game paling populer dikalangan remaja Indonesia baik perempuan maupun laki-laki. Kepopuleran game ini bahkan berhasil mengungguli kepopuleran game yang rilis 3 tahun sebelumnya. Sebuah Game yang berbasis VR generasi 4.
Alliance Of Circle sebenarnya membawa fitur yang hampir sama dengan game vrmmorpg lainnya, yang membuat kepopuleran game ini, meledak adalah penunjukan kecerdasan buatan khusus, dalam pengembangan game, tanpa campur tangan manusia, sedikit pun.
Di suatu tempat pada malam hari, di sebuah pinggir jalan raya kota yang cukup sepi. Di sebuah warung makan kecil, terlihat seorang pria paruh baya berpakaian tali kodok sedang menikmati secangkir kopi pahit, hanya sendiri tak ada seorang pun disana, belum ada.
...
'Tap! Tap! Tap! Tap!' suara langkah kaki seseorang terdengar mendekat, "akhirnya, datang juga kamu Poji." Kata pria paruh baya tersebut, kepada pria yang mendekatinya. 'Poji merupakan seorang anggota kepolisian, yang telah 3 tahun mengabdi'
"Aku mencari begitu lama, dasar pak tua!" Kata Poji agak kasar. Poji mengambil tempat duduk di sebelah pria paruh baya tersebut. "Untuk apa berbicara ditempat seperti ini? Nggak banget!" Celetuk Poji.
"Jangan banyak gaya, dasar laki-laki nggak berguna, datang saja lama sekali!" Kata pria paruh baya tersebut dengan sedikit tertawa.
"Hah, mencari tempat ini saja susahnya minta ampun, anda mengatakan warung dipinggir jalan. Tapi nggak kusangka ada sebanyak ini, warung yang berderet, aku mencari satu persatu cukup lama dan kau katakan aku nggak berguna!!" Sentak Poji marah.
"Ini pak, soto ayam 2 porsi," kata pemilik warung makan tersebut. "Ah, iya terimakasih." Pria paruh baya ini menggeser salah satu mangkok pada Poji. Pria paruh baya, mulai memakan soto ayam tersebut.
"Huhft, ini sudah kubawa kan semua berkasnya, detektif Arif yang terhormat." Kata Poji agak jengkel, merasa diacuhkan. "Makan dulu, nanti dingin." Tekan detektif Arif santai. "Baiklah." Poji terlihat pasrah dan langsung mengambil soto ayam tadi.
Poji terlihat sudah selesai makan, lalu ia mencabut tisu yang ada dihadapannya untuk mengusap mulutnya. "Ini beberapa berkas yang aku dapatkan, lalu ap-" "aku akan menghabiskan kuah ini dulu," "hah!?" 'sruuuuup' "ahhh, nikmatnya hidup." Wajah bahagia terlihat dari wajah detektif Arif. "Dasar rakus." Kata Poji lirih, melirik kearah lain.
"Beberapa bukti sudah diambil alih kembali oleh perusahaan G1!" Jelas Poji agak jengkel, sembari menyodorkan berkas. "Lalu, apa yang akan anda lakukan dengan berkas ini?" Tanya Poji penasaran. "Untuk pengajuan banding." Jawab detektif Arif. "Jadi masih bisa? anda masih penasaran dengan kasus ini?" Poji mulai menyalakan rokok. "Hmm, tidak juga." Jawab detektif Arif kurang yakin. "Itu memang benar! Bukti kita sangatlah jauh dari kata cukup." Kata Poji termenung.
"Apa kamu tahu permainan unik yang akhir-akhir ini booming di kalangan remaja?" Tanya detektif Arif kepada Poji. "Hah?"
"Maksud mu AOC?" Tanya Poji melirik. Detektif Arif mengangguk. "Aku hanya tahu sedikit. Memangnya kenapa?" Wajah Poji terlihat bingung. "Jelaskan apa yang kamu ketahui padaku."
"Hmm, Sebentar." Poji terlihat sedikit berfikir. "AOC itu, Game vrmmorpg yang berfokus pada permainan berburu monster, meningkatkan status, dan membuat persekutuan. Sepertinya ngga jauh beda dengan game yang sudah ada sebelumnya." Jelas Poji sederhana. "Tapi, dari yang kudengar game ini menggabungkan antara kebudayaan masa penjajahan Belanda, dan membawa legenda Nusantara pada misi-misi nya. Menurutku belum ada game yang membawa nuansa seperti itu sebelumnya." Lanjutnya, "itu sangat keren. Mereka menarik minat pasar Indonesia yang mulai meninggalkan sejarah dan budayanya sendiri." Kata Poji memuji.
"Ya, kira-kira seperti itu, mungkin ada lagi?" Detektif Arif seperti ingin penjelasan kembali.
"Hmm, apalagi ya? Mungkin, teknologi VCT yang menjadi basis. Mereka mendapatkan lisensi secara gratis dari perusahaan G1, karena konsep yang mereka bawa, yang berhasil memaksimalkan potensi teknologi VCT. Bahkan perusahaan G1 mau membiayai pengembangan game ini termasuk event mereka. Hal ini, merupakan sesuatu yang spesial menurutku." Poji menghirup rokoknya dan menghembusnya dengan santai. "Jadi para pemain tidak perlu membeli software game yang terlalu mahal, dan uang visual dalam game, dapat ditukarkan menjadi uang sungguhan, makanya banyak pemuda yang menjadikan game ini sebagai sumber penghasilan utama. Game ini juga sering masuk acara TV besar saat event tertentu." Jelas Poji dengan ekspresi mulai serius.
"Kalau diperhatikan hal ini cukup aneh sih, perusahaan G1 mau membiayai pengembangan game ini hanya karena konsep yang mereka bawa." Poji masih melanjutkan penjelasannya dengan serius, dengan sesekali menghisap rokoknya. "Pengeluaran untuk game ini pasti sangatlah besar." Jelasnya dengan agak bingung. "Menurut mu ada hal yang aneh?" Sahut detektif Arif.
"Menurut ku tidak ada! Tapi dilihat dari animo penonton saat acara event dan pemainnya mereka bisa dibilang berhasil bahkan sukses besar." Poji terus melanjutkan penjelasannya. "Pasti pendapatan mereka saat ini sudah cukup untuk menutupi pengeluarannya. Iya kan?" "Penjelasan mu 'cukup dalam' tapi tidak terlalu berguna." Kata detektif Arif sedikit memuji. "Apa!?" "Penjelasan mu 'cukup dalam' hanya sampai situ" "Maksud mu?" Poji terlihat begitu bingung.
"Kalau kau masih bingung, biar aku jelaskan." Kata detektif Arif mulai menjelaskan.
"Teknologi yang digunakan dalam permainan ini adalah teknologi VCT bersama kecerdasan buatan, yang belum pernah ada sebelumnya, teknologi yang hampir sulit dipercayai untuk zaman sekarang, mempercayakan otak kita pada sebuah kecerdasan buatan? Kau pikir bagaimana caranya semua itu bisa terjadi?" Detektif Arif menjelaskan penuh ketidak percayaan, sembari menunjuk-nunjuk kepalanya.
"Bahkan dari cerita yang kudengar, para NPC di permainan ini, menggunakan kecerdasan buatan agar bisa bicara, bertindak dan berinteraksi seperti manusia biasa. Tapi di data pemerintah dan perusahaan mereka hanya ada satu kecerdasan buatan yang ditanam. Teknologi semacam apa, yang bisa menciptakan dirinya sendiri!?" Jelas detektif Arif sembari bertanya.
"Itu rahasia perusahaan mereka, mungkin mereka telah menciptakan hal hebat atau semacamnya?" Sahut Poji.
"Apa kamu berpura-pura bodoh!? Segala pemasaran yang ada di Indonesia harus memiliki ijin pemerintah. Apalagi, dengan teknologi yang jelas-jelas dapat mempengaruhi otak manusia." Jelas detektif Arif, sembari mengkritik Poji. "Jadi mereka tidak akan bisa merahasiakannya, kalau ingin dipasarkan. Tapi anehnya mereka berhasil mendapatkan ijin. Bukannya ini terlalu aneh!?" Detektif Arif menengok ke arah Poji. Detektif Arif sedikit terdiam, mungkin ia sedang memikirkan keanehan yang ia maksud.
"Menurut mu apa mereka menyogok pemerintah dalam hal ini, atau mereka memiliki orang dalam?" Tanya detektif Arif kepada Poji.
Poji menoleh, dengan ekspresi aneh kepada detektif Arif."Hufft, ini Indonesia pak! KKN semacam itu mana mungkin bisa dihindari." Kata Poji sembari membuang rokoknya yang sudah habis. "Lagi pula ini hanya mainan atau game. Kenapa harus ngotot seperti itu segala? Apa karena perusahaan yang menopang mereka, anda jadi sengotot ini?" Singgung Poji. "Hmmnn," detektif Arif memalingkan wajahnya.
"Kalau perusahaan ini memang benar-benar mencintai Indonesia seperti namanya 'Garuda 1' kenapa mereka malah memonopoli teknologi mereka?" Jelas detektif Arif, sedikit merenung. "Lalu, kenapa semua teknologi sehebat itu, dapat dimonopoli hanya oleh satu perusahaan besar? Bahkan mereka tak ingin bekerjasama dengan BUMN, Itu terlalu aneh..." Lanjutnya, dengan ekspresi kosong.
"Pemikiran seperti itu sudah terlalu jauh. Mereka membuat game ini, hanya sebatas passion dan hiburan semata. Mereka hanya ingin menghibur orang, itu saja tidak lebih, atau mungkin mereka malah berpikiran lebih maju, terhadap masyarakat yang konsumtif." Jelas Poji agak membantah. "Daripada teknologi mereka dipakai perusahaan lain, dan mereka menjadi pesaing yang dapat menggangu ekosistem mereka, lebih baik mereka monopoli, mereka juga memajukan bangsa ini dengan teknologi mereka, toh sama-sama untuk Indonesia."
"Ada apa dengan mu Poji? Daritadi kamu seperti membela perusahaan ini, lalu kamu juga selalu membantah pendapatku. Padahal dari tadi kamu terlihat masih bingung dengan game ini!?" Tanya detektif Arif, dengan nada sinis.
"Yah, gimana ya, dari sudut manapun aku tidak tertarik menyelidiki soal game para pemalas seperti ini!" Poji terlihat berdiri dari tempat duduknya. "Apalagi ini bersangkutan dengan perusahaan yang sedang kita selidiki, yang kita bahkan hampir kehilangan ijin penyelidikan." Poji mulai meninggalkan detektif Arif. "Bapak juga tidak termasuk dalam penyelidikan ini bukan? Tapi aku tidak terlalu peduli, maaf." Poji melambaikan tangan, sembari meninggalkan tempatnya.
"Terlepas dari soal perusahaan, aku awalnya juga mengira game ini hanya untuk passion atau hiburan semata. Sampai pada hari itu, aku melihat ada sesuatu yang berbahaya dari permainan ini!" Himbau detektif Arif kepada Poji. "Hah!? Sesuatu yang berbahaya?" Poji terlihat sedikit melirik. "Ya, sesuatu yang seharusnya tidak boleh ada dalam tubuh manusia!"