Keesokan paginya ....
Sinar matahari di luar tertutup oleh tirai tebal. Tidak diketahui jam berapa sekarang, seluruh tubuh Elata terasa sakit, terutama kakinya, yang membuatnya merasa dia tidak bisa bergerak sama sekali.
Elata membuka matanya yang buram dan tiba-tiba duduk di tempat tidur. Di lingkungan yang terasa asing ini, ada juga aroma seorang pria asing!
Kilasan kenangan muncul di benak Elata dengan cepat. Elata merasa ketakutan, ketakutan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya. Dia melihat sekelilingnya. Pria semalam itu sudah pergi, tetapi ada lima lembar uang seratus dolar di meja samping tempat tidur.
Untuk apa seseorang meletakkan uang di sana? Ujung hidungnya langsung terasa sakit dan matanya mulai basah. Elata menggigit bibirnya saat dia mengingat semua yang terjadi semalam. Elata tidak mungkin tidak menangis mengingat itu semua.
Siapa orang yang telah mengambil malam pertamanya? Rasanya itu bukan Raka ataupun tuan Pil. Orang asing tetapi dia tidak terlalu bisa mengingat wajahnya. Namun, jika Elata melihatnya lagi, dia akan bisa mengenali pria itu.
Dengan hati yang penuh amarah, Elata menyeret tubuhnya yang sakit, dengan cepat mengenakan pakaiannya, mengepak barang-barangnya dan berjalan terhuyung-huyung keluar dari ruangan.
Di luar hotel, masih gerimis. Seolah-olah langit masih menggambarkan bagaimana suasana hati Elata yang hancur, Elata tampaknya telah kehilangan jiwanya saat dia berdiri di jalan yang tak berujung.
Elata berdiri di tengah hujan untuk waktu yang lama, air mata mengalir dari matanya. Dia berjalan pulang dalam keadaan gusar, firasat buruk melewati hatinya. Kemitraan yang mereka rencanakan dengan Tuan Pil tadi malam pasti telah gagal, apakah artinya perusahaan papanya tidak punya harapan lagi sekarang?
Elata tanpa sadar menyentuh dadanya dan tiba-tiba menyadari bahwa kalung yang tergantung di lehernya telah hilang!
Kalung itu diberikan Raka untuknya. Dia telah memakainya selama mereka berpacaran, walau itu tidak mahal, tapi itu adalah hadiah yang paling berharga. Kemana perginya kalung itu? Hatinya berubah semakin suram. Bukan hanya jiwanya namun kalungnya juga telah menghilang.
Di perusahaan Smith Group. Di kantor CEO, Arka sedang melihat dokumen, namun dokumen di tangannya bukan dokumen resmi, tetapi semua informasi mengenai Elata Tania Wijaya.
Termasuk semua penghargaan yang telah diterimanya, Elata telah memenangkan banyak penghargaan piano, dan dia telah mengikuti kompetisi piano Night's Dream yang diadakan setiap lima tahun. Elata adalah juara sebelumnya.
Night's Dream adalah kompetisi piano paling terkenal dan paling besar di dunia, dan setiap tahun, ada banyak kontestan. Fakta bahwa Elata bisa menonjol di antara begitu banyak orang yang mengikuti kompetisi itu, menunjukkan betapa hebatnya Elata dalam bermain piano.
Mengetahui hal ini lebih dalam, sudut bibir Arka tertarik membentuk senyuman jahat penuh arti.
Jika Elata tidak memainkan lagu itu malam tadi, Arka mungkin tidak akan pernah dapat menemukannya. Setelah membaca informasinya, Arka semakin yakin bahwa tebakannya benar, Elata adalah orang yang dia cari.
Empat tahun! Dia telah mencarinya selama empat tahun!
Senyum tanpa ampun muncul di sudut mulut Arka, dan dia dengan santai memasukkan dokumen ke dalam laci di sisi kiri meja.
Permainan telah dimulai. Nasib seseorang akan diputuskan kembali!
***
Ketika Elata sampai di rumah, pintu terbuka. Dia berkeliaran di ambang pintu dalam keadaan linglung untuk waktu yang lama, sampai sebuah suara yang akrab memanggil namanya, "Ella."
Itu suara Raka!
Elata kaget, dan dia merasa dunianya semakin runtuh. Dia dan Raka saling memandang dengan perasaan cemas, tidak mengerti mengapa Raka tiba-tiba muncul di sini.
Lisa Melinka, mama Elata juga duduk di sofa. Dengan ekspresi khawatir di wajahnya, Raka berlari menuju sisi Elata dan bertanya dengan lembut, "Elata, ke mana kamu pergi tadi malam?"
"Aku… aku pergi bersama teman." Elata dengan santai berbohong dan tunduk. Dia tidak berani menatap mata Raka. Pipinya terbakar, dan gelombang pengkhianatan dan rasa malu menyapu dirinya.
"Teman yang mana? Kamu setidaknya harus menghubungiku. Apa kamu tahu aku sangat mengkhawatirkanmu sepanjang malam?" Raka menunjukkan ekspresi cemas, pura-pura sangat khawatir tentang kehidupan Elata tadi malam. Pada kenyataannya, dia tidak peduli.
Namun, tadi malam Raka juga memang khawatir. Karena hilangnya Elata yang tiba-tiba, dia dimarahi oleh Pil. Dan menyebabkan Raka tidak bisa tidur sepanjang malam. Subuh ini, barulah Raka bergegas ke keluarga Wijaya.
Tiba-tiba, Raka melihat tanda-tanda kecil berwarna merah dan keunguan di leher Elata. Tanda itu adalah akhir hidupnya sebagai seorang gadis. Mata Raka sedikit menunjukkan keraguan atas apa yang dilihatnya, dia pikir dia melihat sesuatu yang salah.
Saat jari-jari ramping Raka menyapu rambut Elata, dia menatap leher Elata dengan serius. Raka melihat beberapa tanda merah di lehernya yang seputih salju itu. Tanda merah itu seperti bunga iblis, melukai matanya!
Syok melintas di mata Raka saat dia bertanya dengan tak percaya, "Ella… Kemana kamu pergi tadi malam?"
Elata tanpa sadar meraih lehernya. Pagi tadi, dia terburu-buru sehingga dia tidak memperhatikan dirinya sendiri di cermin. Namun, tatapan Raka yang terfokus pada lehernya, menyebabkan rasa takut dari lubuk hati Elata.
"Aku… aku menginap di rumah temanku." Elata gemetar ketakutan ketika dia menggunakan tangannya untuk menutupi lehernya. Jari-jarinya mencengkram tanda-tanda tadi dengan sangat kuat, hingga meninggalkan beberapa sidik jari di lehernya yang halus.
"Teman yang mana?" Raka bertanya dengan sikap tenang, tetapi kemarahan berkedip di matanya.
Elata baru saja kembali dari Eropa dan saat ini dia bekerja di Rumah Sakit Ruki. Dia belum mendapat teman yang begitu akrap di sini, jadi bagaimana dia bisa tinggal di rumah temannya saat tengah malam seperti itu?
Tatapan Raka membuat seluruh tubuh Elata merasa tidak nyaman. Wajahnya memerah, dan panas membara. Seolah-olah dia telah melakukan sesuatu yang memalukan.
Tadi malam, Elata pergi ke toilet, tetapi dia benar-benar menghilang setelah itu. Pil sangat tidak senang bahwa Elata telah pergi darinya. Bisnis malam tadi berantakan, uang yang di bayangkan Raka itu secara alami juga menghilang. Raka sebenarnya marah namun dia juga sedikit malu.
Lisa yang berdiri di samping, terlihat tidak senang dan ikut marah bersamaan. Lisa bergegas dan dengan gila menarik lengan pakaian Elata. Dengan nada yang tajam, dia bertanya, "Elata, kemana kamu pergi tadi malam?"
Semua yang terjadi membuat Elata semakin sulit berpikir untuk menjawab dan tenang baik-baik saja. Dia menggelengkan kepalanya dan tidak menjawab pertanyaan Lisa. Dengan suara gemetar, Elata berkata, "Raka, ayo berpisah."
Raka mengepalkan tinjunya dengan marah. Matanya dingin ketika dia bertanya, "Pria mana yang melakukannya? Katakan padaku!"
"Jangan tanya lagi, yang jelas aku sudah kotor. Pergi!" Elata memeluk tubuhnya dan meringkuk pergi.
Raka menggertakkan giginya karena marah dan berteriak histeris, "Kenapa kamu mengkhianatiku, Ella? Kenapa? "
Elata tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia menggigit bibirnya dan bergegas lanjut melangkah menuju kamarnya.
Dalam bak mandi, dipenuhi kabut air yang tebal. Elata sedang berbaring di bak mandi, air matanya mengalir deras. Dia kadang menangis dan kadang tertawa seperti orang gila. Dia dengan keras menggunakan penggosok sabun mandi untuk menyeka kulitnya, sangat keras hingga hampir merobek lapisan kulitnya sendiri.
Dia merasa sangat kotor. Bagaimana tidak, dia tidur dengan orang asing yang namanya bahkan tidak dia ketahui. Dia tidak tahu kenapa, tetapi dia juga tidak bisa mengingat penampilan orang itu. Yang dia ingat hanya sepasang mata yang sangat dalam itu saja.
Setelah sedikit tenang, Elata dengan hati-hati mengingat apa yang terjadi di bar tadi malam. Dia minum segelas alkohol yang dituangkan Raka untuknya, dan setelah bernyanyi dan memainkan piano, kepalanya mulai berputar.
Selain itu, Raka tadi malam saat di depan Tuan Pil, dia tidak tampak seperti seorang kekasih sama sekali. Mungkinkah Raka menjebak minuman Elata semalam? Dan bermaksud memberikan Elata untuk tuan Pil? Jika begitu kebenarannya, lalu siapa yang telah mengkhianati siapa?
Elata sangat takut!
Dia tidak ingin memikirkan ini lagi, Elata berbaring tanpa daya di bak mandi. Tanpa bukti, bagaimana mungkin dia mencurigai kekasihnya sendiri? Raka adalah kekasihnya! Raka tidak mungkin melakukan hal seburuk itu, kan?
"Elata." Lisa mengetuk pintu Elata dan berdiri di luar dengan kening yang berkerut.
Setelah lama, Elata akhirnya keluar dan menjawab, "Ya, aku di sini."
"Sayang, kamu lapar?" Lisa memandang Elata dengan ekspresi sedih dan membawakannya semangkuk sup panas.
Elata berbaring di tempat tidur dengan putus asa. Untungnya, itu hari sabtu, dan kondisinya yang sekarang membuatnya tampak seperti hantu. Jika dia pergi bekerja di rumah sakit dengan kondisi seperti ini, dia pasti akan semakin gila.
Setelah melihat sup yang di bawa Lisa, senyum muncul di wajah murni dan halus Elata. "Ma, aku tidak lapar. Aku benar-benar baik-baik saja."
Lisa menatap putrinya dengan mata berkabut. Tidak tahu dosa macam apa yang telah dilakukan keluarga Wijaya. Kenapa rasanya takdir sedang sangat membenci keluarganya. Perusahaan keluarga mereka menghadapi masalah, dan suaminya berada di ambang kebangkrutan, lalu sekarang ... putrinya telah dinodai oleh seseorang.