Chereads / Antara Cinta dan dendam / Chapter 2 - Pertemuan

Chapter 2 - Pertemuan

***Happy reading***

Malam itu akhirnya mereka berangkat menuju ke sebuah hotel dimana mereka akan mengadakan sebuah pertemuan dengan bos besar nya, dan juga putranya yang cukup lama tinggal di luar negeri

Pak Gunawan berulang kali melihat ke arah Qaila melalui kaca spion. Rencananya untuk menjodohkan dengan anak bos besarnya, sepertinya akan gagal. malam ini Ia tak mampu membawa putri tercintanya yang bernama Naila seperti janjinya pada big bos-nya.

"Sepertinya Bapak akan benar-benar di penjara jika malam ini kita batal menjodohkan Wildan dengan Naila" pak Gunawan mengungkapkan kekhawatirannya di dalam mobil nya.

"Kita kan masih punya harapan, wajah Qaila dan Naila kan nggak jauh beda. Mama pikir dia akan tertarik pada Qaila."

"Sepertinya nggak. kak Naila sangat cantik, lihatlah Qaila kondisi nya seperti ini" timpal Qaila yang duduk di belakang dengan raut wajah penuh rasa tidak percaya diri.

Gunawan sudah berjanji malam itu akan membawa Naila, namun kali ini justru ia membawa Qaila yang berpenampilan tidak jelas dan susah diatur. Pak Gunawan tidak berharap banyak dari pertemuan nya malam itu. Ia hanya pasrah seraya fokus menyetir mobil butut nya pada malam hari itu.

"Coba Mama telepon Naila lagi, barangkali sekarang di angkat, minta dia untuk menyusul kita dengan naik taksi saja." Ucap pak Gunawan penuh harap.

Mamanya menurut saja ketika disuruh. Ia kemudian meraih ponsel di dalam tasnya lalu kembali menghubungi anak gadis kembaran Qaila itu. Sayangnya lagi-lagi ponselnya tidak aktif, dan itu membuat keduanya kecewa.

"Bapak dengar sendiri kan nomor itu tidak aktif! Anakmu itu susah diatur!" Ibunya berkata dengan raut wajah kesal.

"Padahal semalam dengar sendiri kan, dia sudah mau dijodohkan? Harusnya hari ini dia nggak kabur, tapi dasar. Ini salah Bapak terlalu memanjakannya sehingga ia tumbuh menjadi anak yang egois dan sangat boros" ucap ibu Ratna menyalahkan sang suami.

"Sudahlah kita berdamai saja dengan keadaan, jangan saling menyalahkan; ibu kan tau sendiri dia anak yang sudah hampir meninggal beberapa kali. bapak siap jika harus dipenjara, karena itu semua sudah jadi resiko saya sebagai orang tua" pak Gunawan berkata dengan menghela nafas berat.

Qaila yang duduk di belakang mendengar percakapan kedua orang tuanya dengan tatapan tidak tega. Tapi ia sendiri tidak yakin putra bos ayahnya akan tertarik padanya karena sejak awal anak bosnya tertarik pada saudara kembarnya yang kerap kali tampil di atas panggung.

"Apakah mereka, maksudnya bos nya bapak itu tau jika ayah memiliki saudara kembar?" Timpal Qaila tiba-tiba.

"Sepertinya nggak tahu, papa pun tidak pernah menceritakan tentang hal itu."

"Bagus, kalau begitu Qaila mau pura-pura jadi kak Naila saja." Ungkap Qaila tiba-tiba.

"Dengan penampilan kamu saat ini? Mama rasa sulit, kalau begitu merubah penampilan kamu."

"Kita akan kembali pulang?" Tanya Qaila dengan antusias.

"Kita sudah tak punya waktu lagi mah ... Bapak nggak mau mereka bertambah marah, siapa tahu nanti masih bisa dibicarakan baik-baik" Timpal pak Gunawan dengan tatapan lurus ke depan.

Mobil mereka berhenti tepat di depan sebuah hotel, ketiganya kemudian turun dari mobilnya lalu berjalan menuju pintu masuk hotel berbintang lima tersebut.

Qaila sempat mencuri perhatian para security yang sedang berjaga pada malam hari itu, penampilan nya yang mencolok berbeda dari orang-orang yang datang pada umumnya membuat beberapa orang menatap ke arahnya, meskipun begitu ia dan kedua orangtuanya mampu melewati setiap pemeriksaan berlapis yang dilakukan di hotel itu.

Wildan dan keluarga telah lebih dulu datang lima menit lebih awal dibandingkan dengan dengan keluarga Qaila.

Ketiganya lantas memasuki restoran yang letaknya ada di lantai dasar sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh pak Adrian.

Mata Qaila terbelalak, ketika melihat Wildan untuk pertama kalinya. Seketika ia menyesal telah berpenampilan sangat buruk. Rasa insecure langsung datang menghampiri perasaan nya. Seorang pria tampan berwajah indo sedang duduk diapit oleh kedua orang tuanya. "Sungguh pria yang sempurna, Kenapa kak Naila nggak mau dengan dia?" batin Qaila.

Penyesalan semakin dalam, ketika melihat Wildan berdiri diantara kedua orang tuanya. Dia menatap pria itu dengan tatapan penuh pesona, pria bertubuh tinggi sekitar 180 cm itu memiliki postur tubuh yang tegap dan atletis, yang pasti membuat seluruh kaum hawa jatuh cinta pada pria super tampan itu.

Berbeda dengan Qaila, yang terus menatapnya; Wildan justru bersikap sangat cuek dan sama sekali tidak melihat ke arah Qaila yang dengan ramah menjabat tangan nya.

"Selamat malam pak Adrian dan nyonya Elisa, juga Nak Dev" Sapa pak Gunawan bos dana keluarga itu.

"Malam Gunawan dan keluarga ... Silahkan duduk." Ucap pak Adrian. Pria berwajah tegas itu sesekali menatap kearah Qaila yang berpenampilan sangat kampungan di depan nya.

"Tak habis pikir bagaimana bisa putranya menginginkan wanita seperti itu untuk menjadi istrinya." Batin pak Adrian.

"Papa ingin bicara dengan kamu! Ikuti papa sekarang!"pesan yang dikirim oleh Wildan putranya.

"Baiklah." Balas Wildan kemudian.

Dalam hitungan detik pak Adrian keluar dari restoran guna mencari tempat untuk berbicara dengan putranya. Tak lama Wildan pun pamit keluar dari restoran untuk menyusul papanya yang sudah berada di luar restoran.

Pak Adrian berdiri di pojokan menanti kehadiran anaknya. Tak lama berselang, Wildan telah berdiri tepat di hadapan nya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ada apa, Papa?" Tanya Wildan lirih pada papanya.

"Kamu yakin wanita seperti ini yang kamu mau? Ayah sih ogah memiliki istri seperti itu, lihatlah penampilan nya seperti preman pasar, nggak ada sopannya." Ungkap papa nya seraya menatap tajam kearah putra satu-satunya itu.

"Biasanya dia tidak berpenampilan seperti itu, ini mungkin hanya trik liciknya saja." Ujar Wildan seraya mengeratkan tantangnya

"Lupakan semuanya, itu nggak akan menyelesaikan masalah. Kamu tau, pernikahan bukanlah hal yang main-main, kamu lebih baik cari perempuan yang benar-benar mencintai kamu. Papa tahu kamu tidak sungguh-sungguh cinta dengan perempuan itu. Kamu hanya sedang terbawa emosi.

"Nggak Papah. Ini sudah setengah jalan untuk membuat wanita itu menjadi seperti apa yang ku mau!" Ucap Wildan dengan tatapan nanar jauh ke depan.

"Jawab pertanyaan papa dengan jujur! Apa kamu mencintai gadis itu?" Tanya papanya dengan tegas

"Ya." Jawab Wildan lirih.

"Ya sudah terserah kamu saja." Ungkap pak Adrian seraya menepuk pundak putra satu-satunya.

*****

Mereka datang kembali ke dalam restoran. Lagi-lagi tatapan Wildan begitu dingin tanpa sedikitpun menatap kearah Qaila. Hal itu membuat Qaila bertambah insecure.

Setelah acara makan malam, mereka membahas ke masalah inti dari pertemuan itu.

***To be continue***