Chereads / Aku Bukan Istri Setia / Chapter 86 - Akhir Cerita (Tamat)

Chapter 86 - Akhir Cerita (Tamat)

"Saya terima nikah dan kawinnya, Mayang binti Sugeng dengan mas kawin tersebut tunai."

Rasanya air mata Mayang luruh tidak karuan saat Daud menjabat tangan penghulu dengan mantap. Pria yang Mayang hampir ingin mengiklaskannnya. Tiba-tiba memberikan kejutan dengan menikahinya. Di sebuah tempat ibadah. Di depan semua keluarganya. Sungguh Mayang tidak bisa menerjemahkan perasaan yang begitu membuncah di dadanya saat ini.

Dengan dituntun oleh beberapa sanak saudara Daud yang perempuan, aku menghampiri Daud yang masih duduk di samping penghulu. Mayang duduk di sampingnya. Memandangnya dengan senyum penuh arti. Sedangkan Daud termenung sesaat. Agaknya dia terkesima melihat kecantikan Mayang hari itu. Semua berkat tangan lihai Miss Santi.

Mayang meraih tangan Daud dan mencium punggung tangannya. Sedangkan Daud terlihat begitu takzim mengecup kening Mayang.

"Kamu nakal, Daud. Suka sekali mengejutkanku." Mayang berbisik. Pura-pura judes, tapi sambil tersenyum.

"Akan selalu ada kejutan nantinya buatmu, Sayang."Daud membalas sambil mengelus rambut Mayang yang curly.

Acara akad selesai, masing-masing keluarga Daud terlihat memberikan selamat kepada mereka berdua. Pasangan yang tampak serasi walau beda usia. Entahlah, Mayang berharap semoga tidak ada masalah nantinya perihal perbedaan usia ini.

Namun, ada yang mengganjal di benak Mayang. Andini. Dia sangat mengharapkan sahabatnya itu hadir di acara ini. Memberikan ucapan selamat sambil memeluknya. Ingin melihat Andini juga bahagia melihat pernikahannya. Namun, sahabatnya itu tidak ada, bahkan kabarnya pun Mayang tidak tahu.

Acara akad itu ternyata tidak digabungkan dengan resepsi pada saat hari itu juga. Mayang tidak tahu alasannya. Namun, Mayang tidak terlalu memperhatikan hal itu, yang terpenting sekarang dia bisa bersatu dengan Daud. Begitupun Daud yang begitu bahagia dengannya.

Sampailah mereka di sebuah rumah mewah milik keluarga Siregar. Daud terlihat mantap menggenggam tangan Mayang menuju lantai dua, di mana sebuah kamar sudah tersedia khusus untuk mereka. Jantung Mayang sampai berdebar-debar rasanya.

"Eh, Novi kemana ya?"

"Tadi sudah sama Siska. Sudah, ayo." Daud terlihat tidak sabaran. Mayang yang sebenernya menanyakan Novi untuk mengulur waktu pun terpaksa mengikuti langkah suami mudanya itu. Perasaannya menjadi tidak menentu kalau sekamar dengan Daud. Antara excited, gugup, senang, Pokoknya tidak bisa diungkapkan.

Sesampainya di kamar, Daud terlihat mengunci pintu. Lantas, pria itu terlihat membimbing meja. menuju depan meja rias.

"Lepaskan semua riasanmu. Hapus semua make upmu. Aku mau mandi dulu."

Mayang antara geli dan aneh melihat gelagat Daud. Pria itu seperti ayam jago yang tidak sabar mengawini betina.

Ketika Daud melepas pakaiannya dan tenggelam di dalam kamar mandi. Mayang pun segera melepas riasannya. Menghapus make upnya. Rupanya ruangan itu memang sudah sangat dipersiapkan sampai tersedia peralatan make up, termasuk penghapus make upnya.

Sesekali Mayang melihat ke cermin yang memantulkan kamar mandi, di mana terdengar suara Daud yang bersiul-siul. Keasyikan untuk membersihkan diri.

Mayang sudah polos sekarang. Kembali ke wajahnya yang ayu natural tanpa make up. Hanya saja dia masih menggunakan gaun. Mayang sebenernya canggung untuk melepaskan gaun itu. Yang artinya dia hanya menggunakan daleman di hadapan Daud. Pertama kalinya dia menggunakan pakaian seseksi itu di depan Daud.

Namun mengingat status mereka yang sudah menikah, Mayang pun melepaskannya. Hanya tersisa pakaian dalam penutup gunung kembar dan area bawahnya. Wanita itu tampak malu-malu dan menyembunyikan diri di balik selimut.

Tidak berapa lama, Daud sudah keluar dari kamar. Dia hanya menggunakan boxer saja dengan handuk kecil untuk menggeringkan rambutnya. Mayang sempat mengintip cara Daud mengeringkan rambut dengan mengangkat lengan besarnya. Menampilkan bulu ketiaknya yang rimbun maskulin. Membuat Mayang sudah tidak sabar untuk ndusel di sana.

Pria itu tampak berlalu saja menuju lemari. Sempat tersenyum melihat Mayang yang sudah tertutup selimut sampai leher. Padahal Mayang berpikir. Kalau pria itu akan menyikap selimut, sehingga suaminya itu akan terkesima melihat tubuhnya yang nyaris tanpa pakaian.

"Giliran kamu yang mandi. setelah itu kita beribadah bersama." Daud menerangkan. Mayang melongo. Salah mengira bahwa Daud buru-buru membawanya ke kamar karena ingin melakukan hal itu. Rupanya karena ingin melakukan ibadah karena waktunya yang sudah lewat.

Mayang dengan wajah merah merona menyikap selimut. Berjalan malu-malu melewati Daud yang tampak membelakanginya. Tubuh telanjang mereka berdekatan. Hanya saja Daud tidak terlalu memperhatikan karena sibuk memilih pakaian.

Mayang pun tenggelam di dalam kamar mandi. Mulai membersihkan diri dari sisa keringat yang seharian. Tercium bau keringat Daud yang bercampur dengan sabun. Membuat Mayang tidak karuan rasanya. Namun, Mayang harus menahannya, karena dia harus beribadah dengan Daud.

Tidak membutuhkan waktu lama, Mayang sudah keluar dari kamar mandi. Dia menggunakan balutan handuk. Tapi, saat dia akan melangkah keluar mendadak sebuah tangan kekar mengulurkan pakaian tidur kepadanya. Mayang yang faham maksud dari Daud pun memakainya.

"Nah, sekarang tinggal pakai mukena."

Daud sudah siap dengan pakaian kokonya saat Mayang keluar berbalut pakaian tidur. Pria itu terlihat mengulurkan mukena ke arah Mayang. Mayang yang terlihat gugup memakainya. Entah kenapa dia sangat gugup, padahal dia sudah pernah menikah, pernah satu kamar dengan mantan suaminya dulu. Namun soal ketenangan, dia masih kalah dengan Daud.

Mayang sudah memakai mukannya dan siap berdiri di atas sajadah. Daud yang melihatnya tampak tersenyum lantas mendekati mukena Mayang yang agak melenceng. Rupanya saking gugupnya, Mukena Mayang sampai tidak rapi.

"Nah, gini kan cantik istriku." Daud tersenyum. Nyaris saja, dia hendak mencium Mayang. Untung saja ingat kalau sudah berwudlu.

Mereka pun mulai beribadah Isya. Ibadah terakhir hari ini yang nanti ditutup dengan witir. Tampak khusyuk sekali mereka melakukannya. Pasangan yang memang sudah digariskan Tuhan untuk bersama. Baik Daud dan Mayang merasakan hal yang sama.

Bahkan, Mayang tidak mampu membendung tangisnya tatkala selesai berdoa. Daud yang melihatnya lekas menghampiri istrinya. Mengusap air mata yang menggenang.

Setelah itu Daud membimbing Mayang menuju ranjang. Setelah melepas semua pakaian ibadah mereka. Tinggal pakaian tidur yang melekat. Daud terlihat melepas pakaiannya sepenuhnya sehingga tersisa pakaian dalam berwarna dan sesuatu yang tampak menonjol keras. Keliatan sampai pusar.

Mayang mengigit bibirnya. Tak mampu dia menahan gairah saat melihat Daud yang tanpa busana itu. Mayang juga melihat bekas luka di perut Daud yang sudah mengering. Entah kenapa bekas luka itu malah membuat Daud terlihat lebih seksi.

"Mau mulai sekarang." Daud mengerling nakal. Mayang terlihat mengangguk kecil malu-malu.

"Buka dong."

Mayang menurut. Perlahan dia membuka baju tidur yang membalut tubuhnya. Satu persatu. Sampai hanya tersisa dalaman.

Mayang langsung tersentak tatkala bulatan indahnya diremas. Keduanya secara bergantian. Mayang sampai mendongak dan memejamkan mata. Namun dia kembali seperti kesetrum saat bibir Daud yang menyusuri tengkuknya.

Cukup lama Daud bergerilya di tengkuknya hingga pria itu menarik kepalanya. Dilihatnya Mayang yang terlihat memejamkan mata sensual. Mayang yang merasa diperhatikan pun membuka mata. Tatapan mereka beradu sekarang.

"Aku sudah menunggu momen ini sejak lama, May." Daud berkata dengan nafas menderu. Matanya nyalang nafsu dan bahagia. Agaknya sudah sejak lama, Daud ingin menyentuh Mayang, Hingga akhirnya dia bisa melakukannya setelah pernikahan ini.

Mayang hanya tersipu. Malu-malu, padahal mau parah. Bawahnya sudah berkedut hebat.

"Boleh aku melakukannya sekarang?

Tanpa menunggu jawaban dari Mayang, Daud menarik kedua kaki Mayang. Sedangkan dirinya jongkok di lantai. Pria itu dengan gesitnya menarik celana dalam Mayang. Terkesima sesaat melihat ladang yang begitu indah. Rapet seperti ABG. Baunya juga sangat harum.

Daud langsung bekerja. Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri seiring dengan jilatan di ladang yang merekah indah itu. Agak kasar dan beringas sekali, dia melakukannya, sepertinya sudah sangat kelaparan.

Sedangkan Mayang hanya merintih. Tangannya meraih rambut Daud dengan kedua pahanya yang menjepit kepalanya. Rasanya seperti kesetrum enak.

Sesekali Mayang menjerit. Sepertinya Daud begitu nakal menggigit bagian bawahnya. Menggigit sesuatu yang menjadi titik rangsang wanita. Mayang hanya mengelinjang dengan kedua tangannya memegang sprei. Wajahnya yang merah mendongak.

Memang seperti itulah Daud, tatkala sudah lama tidak merasakan nikmatnya lubang sempit. Dia terlihat begitu ganas. Membau, meludahi, melumat. Semua dia lakukan sampai lubang itu mengangga basah.

Daud menghentikan aktifitasnya saat bagian bawah sudah banjir. Pasti berkedut hebat setelah dikunyah Daud tadi. Pria dengan postur kekar dari belakang dengan dua bongkahan pantatnya yang sekal berotot khas lelaki. Tampak berdiri. Lantas, menarik tangan Mayang yang masih lemas lunglai untuk berdiri.

Begitu Mayang berdiri, Daud dengan lembut beradu bibir dengan Mayang. Mayang yang semula pasif terlihat membalas dengan belitan lidah dan bibir. Daud yang senang lantas dengan ganas dan rakus melumatnya.

Lama mereka saling melumat, Daud mendorong pelan tubuh Mayang sampai terbaring di ranjang. Terlihat Tubuh Mayang merekah. Menggoda kelaki-lakian Daud untuk menguat. Mereka masih saling melumat saat tubuh Mayang yang sintal ditindih oleh perawakan gempal dan berotot Daud. Pejantan dan betina yang saling beradu.

Tak membiarkan ada yang terlewat tangan Daud terlihat meremas. Bulatan indah yang begitu kencang karena tidak pernah dijamah lelaki. Berbulan-bulan lamanya. Membuat Daud semakin bersemangat, meskipun tangannya tidak cukup menggenggam sepenuhnya.

"Kamu seperti masih ABG, Mayang." Daud berbisik. Cukup takjub dengan badan Mayang yang selangsing anak SMA. Bagian intimnya juga masih rapat. Begitu juga bulatan indahnya. Daud pun sampai gemas saat melumat bulatan itu.

Sedangkan Mayang tidak perlu ditanya. Berbulan-bulan, dia menjaga diri. Menahan rasa haus yang melanda. Sekarang secara perlahan, dipenuhi oleh Mayang. Mayang memang haus belaian, tapi bukan sembarangan. Dia akan menyerahkannya kepada pria yang benar-benar tepat. Dan pria itu adalah yang sedang menjamahnya sekarang.

"Daud, tolong jangan kasar-kasar ya." Mayang meminta sambil merintih. Tubuhnya yang lama tidak disentuhh menjadi agak sensitive. Daud yang mengerti akan hal itu pun melakukannya dengan lembut. Romantis. Pria itu sangat tahu bagaimana menghadapi wanita. Dia harus bisa mengontrol nafsunya supaya tidak meledak-ledak, meskipun tubuh Mayang sangat menggoda sekali.

"May, tolong pegang." Daud memerintah sambil mengarahkan tangan lembut Mayang ke rudal yang sudah mengeras. Hangat sekali rasanya di tangan Mayang. Besar juga karena tangan Mayang tidak sanggup menggenggam sepenuhnya. Terlebih panjangnya yang sampai pusar. Membuat Mayang was-was kalau menikam dalamnya. Sampai menyentuh rahim. Duh tentu tidak terbayangkan betapa nikmatnya.

Begitu juga jemari Daud yang terlihat nakal masuk ke ladang Mayang. Tangannya terlihat lembut menyentuh bagian inti sampai membuat tubuh Mayang menggelinjang.

Hingga di satu titik Mayang memegang tangan erat tangan Daud saat banjir bandang keluar dengan derasnya.

Daud langsung melepas tangannya. Membiarkan Mayang merasakan sensasi seperti melayang. Memang Daud jagonya dalam permainan tangan. Membuat Mayang sampai tak tahan untuk keluar deras.

"Basah sekali, May." Daud menunjukan tangannya yang basah kepada Mayang. Mayang yang terlihat masih mengatur nafas tampak tersenyum. Dari wajahnya dia merasakan nikmat yang begitu hebat, tapi belum puas sepenuhnya.

Sedangkan terlihat junior Daud yang mengangguk-angguk. Menandakan sudah siap masuk ke dalam sarang. Daud tampak melihat Mayang. Mayang terlihat mengangguk-angguk pelan.

Dan inilah momen yang paling mendebarkan.

Tatkala Daud membuka lebar paha Mayang. Bersiap mengarahkan rudal yang menggelora ke dalam sana. Seperti sudah sangat berpengalaman. Pria itu tidak segera melakukannya. Dielusnya pelan ladang itu dengan tangan. Barulah mengelus dengan Rudal. Tubuh Mayang panas dingin dibuatnya.

"Daud." Mayang memanggil. Malu sebenernya mau meminta.

"Kenapa Mayangku Sayang?" Daud berkata. Masih sibuk menggesek-gesek bagian bawah itu. Namun pria itu segera menangkap keinginan Mayang.

"Aku masukin pelan ya."

Sesuai yang Daud katakan. Dia memasukan benda kebanggaannya itu dengan sangat pelan. Memberikan kesempatan buat dinding penjepit untuk menyesuaikan diri. Dan memang benar kenikmatan yang tidak terbayangkan tergambar di wajah Daud tatkala merasakan liang Mayang yang begitu sempit menggigit. Mirip perawan. Daud benar-benar merem melek dibuatnya.

Mayang terlihat memejamkan mata sampai terlihat kerutan di sekitar matanya. Entah kesakitan atau bagaimana, tapi sepertinya tidak mengingat air pelumas yang sudah begitu banyak. Daud juga memasukannya dengan sangat pelan. Mungkin Mayang belum terbiasa saja dengan yang besar.

"Tenang May, enggak sakit kok."

Daud ambruk tepat di atas tubuh Mayang. Mengelus-elus dahinya yang tampak berembun. Suaranya bassnya begitu gentleman sekali. Menenangkan setiap wanita yang mendengarnya.

Mayang membuka matanya. Langsung beradu dengan Daud. Tanpa berlama, Daud langsung mengecupnya bibirnya. Mayang merespon. Mereka kembali terlibat adu bibir di tengah Daud yang sedang memompa.

Ritme pergerakannya pelan. Namun semakin lama semakin cepat. Liang yang sempit itu sudah mulai terbiasa. Rudal Daud menjadi leluasa. Gesekan di antaranya menimbulkan rasa enak yang luar biasa.

"May, aku menginginkan anak dari rahim kamu, May." Daud menceracau seiring gerakannya yang melebihi jet couster. Cepat dan mantap sekali. Mayang sampai tidak tahan untuk mendesah keras. Tidak akan ada yang mendengarnya di luar karena ruangan itu mengedapkan suara.

Mungkin Daud sebentar lagi akan mendekati klimaksnya. Namun kenyataannya salah besar. Ketahanannya dalam memompa cukup kuat, sampai-sampai Mayang yang dibuat keluar berkali-kali. Iya, Mayang dibuat keluar BERKALI-KALI!

Erangan panjang Daud mengakhiri semuanya. Sesuatu menyembur deras dengan sempurna. Memenuhi rahim Mayang. Menjadikan benih kehidupan mereka berdua nantinya.

Daud menghempaskan tubuhnya dengan posisi telentang di samping Mayang. Terlihat dada pria itu naik turun. Keringat juga memenuhi postur depannya yang kekar itu.

Mayang menoleh sesaat. Nafas mereka sama-sama menderu. Dia tersenyum saat melihat Daud yang meletakkan kedua tangannya di atas sehingga terekspos ketiak yang dipenuhi bulu yang rimbun. Bulu yang dipenuhi keringat maskulin bercampur parfum. Mayang pun segera mendekati Daud, lalu ndusel di sana.

Daud yang semula melihat ke langit-langit langsung menoleh. Dia kegelian saat Mayang ndusel diketiaknyaa. Pria itu terkekeh. Lantas mengapit tubuh semampai seksi itu dengan lengan besarnya.

"Suka sekali ya, nyium ketiak suami?" Daud menggoda. Mayang hanya mengangguk pelan. Dia seperti anak ABG saja yang dimabuk asmara, sedangkan Daud seperti pria yang lebih matang yang mampu memanjakan wanita.

Tidak berapa lama, Mungkin karena klimakas, Daud ketiduran. Pria itu terdengar mendengkur pelan dengan dadanya yang bergerak teratur seiring dengan nafasnya.

Sementara Mayang belum bisa memejamkan mata. Malah tersenyum-senyum. Dipandangnya wajah Daud yang tertidur itu lamat-lamat. Karena dia sendiri tidak berani lama-lama kalau beradu pandang dengan Daud kalau Daud bangun.

Senyum Mayang penuh arti kepada Daud. Pria idaman yang baru saja memuaskannya. Pria yang menjadi suaminya. Pria di mana dia akan menghabiskan waktu bersama. Selamanya.

Mayang pun hendak turun untuk membersihkan sisa cairan cinta mereka. Ketika hendak menyingkirkan lengan besar Daud, mendadak lengan itu semakin erat saja. Tidak membiarkan Mayang untuk pergi. Membuat kepala Mayang sampai tergenjet dengan dada Daud yang gempal nan kokoh.

"Jangan pergi kemana-mana, di sini saja." Daud berkata seperti orang ngelindur. Mayang hanya tersenyum-senyum. Dia pun agak menarik tubuh Daud sehingga posisinya miring. Membuat mereka bisa saling berhadapan. Berpelukan dengan sangat hangat.

Pagi berikutnya, Mayang bangun terlebih dahulu. Mengergap-erjapkan mata. Dia memegang dada Daud untuk bangkit dengan posisi duduk. Dia menggosok-gosok matanya. Senyumnya mengembang tatkala melihat Daud yang masih terlelap. Tubuhnya yang kecoklatan itu tampak telanjang bulat.

Mayang mengusap bibirnya. Terbayang akan nikmatnya bercumbu semalam. Wanita itu diam-diam mendekatkan bibirnya. Mencium bibir Daud yang sedang tertidur. Terlihat Daud hanya menggeliat. Membuat Mayang tersenyum geli.

Mayang bangkit dari ranjang. Ke kamar mandi sebentar untuk mencuci apa yang seharusnya dicuci. Dengan tubuh yang masih polos, Mayang lantas bergerak menuju sisi Kamar dimana terdapat kopi set lengkap dengan pendidih air. Mayang pun berinisiatif untuk membuat Daud kopi.

Aroma kopi langsung menguar ke seisi ruangan. Mayang dengan tubuh gemulainya membawa secangkir kopi itu tepat di atas nakas samping Daud.

Mayang duduk di tepi ranjang. Memperhatikan Daud yang terlihat membuka mata. Aroma kopi sepertinyaa sangat ampuh untuk membangunkan pria ini. Mayang baru tahu sekarang.

Mata Daud yang kuyu terlihat menatap Mayang dalam-dalam sambil tersenyum. Kedua tangannya diletakkan di belakang kepala. Dijadikan bantal.

Mayang pun merebahkan dirinya di sisi Daud. Mengecup pipi suaminya. Memeluk perlahan tubuh kekarnya. Dadanya yang bidang terlihat sudah bergerak normal, naik dan turun dengan teratur. Begitu pula dengan hembusan nafasnya yang sekarang terlihat begitu tenang. Dengan sigap, dia segera bangkit dari posisi tidurnya dan bergeser ke kiri, mempersilakan Mayang untuk semakin mendekat ke arahnya. Punggung lebarnya disandarkan ke kepala ranjang.

"Makasih Sayang, atas semalam. Kamu hebat sekali." Daud memuji sambil mengecup kening Mayang.

"Sama-sama, Mas juga hebat banget." Mayang berucap sambil mengecup dada bidang Daud. Entah kenapa Mayang paling senang kalau berlama-lama di Dadanya.

Mendadak, Daud menarik kedua pundak Mayang. Maju kearahnya. Dipeluknya erat-erat. Sangat erat sampai Mayang merasakan sedikit kesakitan pada kedua bulatan indahnya yang tertekan ke dada bidang Daud. Dielusnya belakang kepala Mayang sambil mengusap-usap punggung putihnya dengan tangannya yang kasar.

"Aku sayang kamu, May."

"Aku juga, Mas." Mayang agak kikuk untuk pertama kalinya menyebut Daud dengan sebutan Mas. Panggilan mesra untuk suami tercinta.

"Yuk, Mas. diminum kopinya. Setelah itu mandi dan beribadah." Mayang mengajak. Perlahan dia mengendurkan pelukannya. Hendak beranjak menuju kamar mandi. Namun ketika Mayang membalikkan badan, kembali Daud menarik pinggangnya yang kecil dan memeluknya dari belakang. Tak lama kedua tangannya mulai jahil, meremas bulatan indah yang bergelantungan bebas

"Sebentar, Sayang, Mas masih kangen sama kamu."

'Ya ampun padahal baru berpisah dalam mimpi, sudah bilang kangen Mas Daud ini.' Mayang membatin gemas.

"Mandi dulu, Mas. lanjut ibadah." Mayang pura-pura beralibi.

Pria itu tampak terdiam sesaat. Dengan satu tangannya, dia meraih ponsel yang ada di atas meja. Jam masih menunjukan pukul empat pagi.

"Masih pukul empat Subuh, Sayang. masih bisa ini." Daud berkata. Kata-katanya super ambigu. Namun, Mayang sangat jelas menangkap maksudnya.

"Tapi, masih linu, Mas." Mayang pura-pura meringis. Dihajar semalaman tentu membuat bagian bawah Mayang pegal. Sampai-sampai dia berjalan tadi agak mengangkang.

"Dimasukin lagi, biar enggak linu, Sayang." Daud berkata nakal. Memang pada dasarnya dia sangat bernafsu. Ketagihan dengan yang semalam.

Akhirnya, pagi itu. mereka kembali melakukannya lagi. Cukup singkat. Tidak bisa leluasa seperti semalam karena mendekati subuh. Namun mereka sama-sama puas. Puas akan batin dan juga hasrat.

Setelah itu, mereka melakukan ritual mandi bersama. Yes, hampir jarang mereka mandi pagi buta seperti ini kecuali waktu itu ketika mereka akan menuju ke Bandara menuju bali. Momen yang tidak pernah terlupakan. Honeymoon yang membahagiakan. Apakah Honeymoon itu akan kembali terjadi?

Mereka terlihat bercanda sebagai suami istri di kamar mandi itu. Saling menggosong badan pasangan. Bahkan, Daud terlihat gemas ketika menyentuh kedua gunung indah juga lembah kecil di bawah. Pokoknya masing-masing dari mereka harus memastikan pasangan sama-sama bersih.

Tidak berapa lama, mereka selesai. Setelah bersuci. Mereka pun menggelar sajadah untuk melakukan ibadah. Pagi buta yang sangat syahdu dan tenang. Membuat mereka terlihat sangat khusyuk.

Karena lapar mereka pun melanjutkan ke dapur. Untuk pertama kalinya, Mayang akan masak untuk sang suami. Ruangan lantai dua itu sangat lengkap dan private. Tidak ada yang akan mengganggu mereka.

Mayang memasak sambil sesekali melihat Daud yang sedang duduk. Mayang sungguh terbuai dengan senyuman suami mudanya itu. Membuat jantungnya berdegub lebih kencang. Semoga saja pria itu tidak memberikan kejutan yang bagaimana-bagaimana. Bisa-bisa jantungan dia nanti.

Mayang menghidangkan makanan di depan Daud. Terlihat satu piring penuh dengan dua sendok. Daud yang mengerti dengan maksud Mayang pun menyuapinya. Begitupun sebaliknya. Keromantisan kembali terjadi di dapur itu.

Setelah kenyang, mereka kembali berjalan menuju kamar. Jam masih menunjukan pukul setengah enam. Sepertinya sanak saudara Daud dan Novi masih belum bangun.

Sampai di kamar, Mayang langsung berbinar begitu melihat pesan masuk.

"Pesan dari siapa, Sayang?" Daud bertanya setelah menghampiri Mayang.

"Andini, Mas. Seneng banget aku akhirnya dia chat lagi."

Mayang segera membuka pesannya. Wajahnya yang ceria mendadak berubah begitu membaca isi dari pesan itu.

'Hay, May, Apakabar? Selamat ya kamu sudah menikah dengan Daud.'

Awal dari pesan itu tampak biasa. Berikutnya yang membuat Mayang syok.

'Maafkan aku, May. Aku yang merencanakan kejutan acara pernikahanmu, tapi aku sendiri yang malah tidak hadir. Bukannya apa-apa, May. Aku hanya membutuhkan waktu untuk sendiri. Lepas dari semua beban. Itulah kenapa aku jarang pegang hp, tidak bisa cepat membalas pesan kamu. Sekali lagi kuucapkan selamat atas pernikahan kalian berdua.'

Mayang tercenung. Ada apa sebenernya dengan Andini sampai dia menjauh seperti ini? Apa jangan-jangan karena pernikahannya dengan Daud, makanya dia menjauh.

Tunggu dulu, apa ini artinya Andini masih menyukai Daud, tapi dia malah mengiklaskannya untuk Mayang? Maka dari itu dia sampai membutuhkan waktu untuk sendiri?

Ternyata di balik ke pura-puraannya, Andini masih menyimpan rasa terhadap Daud. Hal yang tidak pernah Mayang sangka sebelumnya. Andini ternyata benar-benar sosok sahabat sejati yang rela berkorban demi kabahagiaan sahabatnya.

"Ada apa Sayang?" Daud bertanya keheranan.

Mayang langsung menghempaskan tubuhnya ke dada Daud. Melampiaskan segala kesediaannya di sana. Daud terlihat membalas pelukannya sambil mengelus-elus punggung Mayang.

"Mas, kita harus ke Lombok sekarang! kita harus menemui Andini."

Daud tercenung sesaat. Namun, dia tidak bertanya lebih lanjut mengenai alasannya. Tangis Mayang cukup jelas. Menandakan Andini sedang tidak baik-baik saja.

"Ok kalau begitu kamu siap-siap ya, Biar aku pesankan tiket ke sana." Daud berkata.

Mayang mengangguk. Lantas dengan agak terburu-buru Mayang mempersiapkan semua keperluan di dalam satu koper. Sedangkan Daud terlihat mencari penerbangan yang tercepat untuk sampai Lombok.

Tidak berapa lama kemudian, mereka sudah berganti pakaian. Dengan menggunakan jasa sopir, mereka pun bergerak ke bandara. Bahkan mereka belum sempat berpamitan dengan keluarga.

Penerbangan mengantarkan mereka menuju Lombok. Bisa dibilang ini seperti honeymoon kedua yang tidak direncanakan. Namun tujuannya bukan itu, melainkan ingin bertemu dengan Andini. Memastikan keadaannya.

Mayang tidak henti-hentinya mengadu ke Daud sepanjang perjalanan. Dia benar-benar mengkhawatirkan Andini.

Sesuai dengan alamat lengkap yang tertera, sampailah mereka menuju rumah Andini di Lombok. Pertama kalinya Mayang sampai ke sini bersama dengan Daud.

Di sana mereka mendapati, Mbak yang Mayang temui sewaktu melepas Andini ke bandara.

"Permisi, Mbak."

Mbak yang sedang menyapu itu membalikkan badan. Dia terkesima sesaat melihat Mayang bersama dengan Daud.

"Nyonya Mayang?" Matanya berbinar. Sepertinya dia sangat menunggu kedatangan Mayang.

"Mbak, Andini di mana?" Mayang langsung to the point. Dia sudah tidak sabar ingin memastikan kondisi Andini.

"Silakan masuk dulu, Nyonya, Tuan." Pembantu itu bukannya menjawab. Malah mempersilakan mereka masuk.

"Mbak! Tolong jawab pertanyaanku sekarang. Di mana Andini?" Mayang memegang kedua pundak pembantu itu. Sedikit menggoyang-goyangkannya.

Pembantu itu seperti ragu untuk mengatakan. Dia terlihat menghela nafas sejenak baru kemudian berkata.

"Beliau sekarang berada di Australia, Nyonya."

"Australia?" Mayang tercenung sesaat. "Apa yang Andini lakukan di Australia?"

"Kurang tahu Nyonya. Yang jelas beliau bilang mau meninggalkan Indonesia cukup lama."

"Apa?" Mayang terbelalak. Tidak menyangka akan hal ini. Tidak menerimanya juga. Bagaimana bisa Andini mendadak menjauh darinya semenjak Mayang menikah dengan Daud? Segitu dalamkah dia mencintai Daud yang kini sudah menjadi suaminya.

"Apa kamu tahu di mana alamat tinggal Andini di Australia?" Daud bertanya kepada pembantu itu.

"Maaf Tuan, saya kurang tahu. Hanya saja beliau berpesan Meminta Nyonya Mayang mengurusi semua bisnis restoran di jawa. Surat kuasanya sudah diberikan kepada Notaris yang tinggal di Jawa."

Mayang langsung lemas. Tubuhnya yang hampir ambruk langsung ditangkap oleh Daud. Dia benar-benar tidak terima Andini menjauh seperti ini. Mayang merasa kehampaan yang luar biasa.

'Kenapa Din? Kenapa kamu tidak bilang dari awal kalau kamu mencintai Daud? Kalau seandainya kamu jujur. Mungkin aku tidak mungkin menerima Daud. Tapi kenyataannya, kamu yang sudah mempersiapkan pernikahan itu, lantas pergi dengan pengorbanan yang sudah kamu lakukan? Aku merasa menjadi sahabat yang tidak berguna.'

Sedangkan di tempat lain,

Terlihat Andini yang sedang berdiri di balkon hotel sambil melihat pemandangan kota Canberra. Wanita itu tampak begitu santai menggunakan jubah tidur yang menutupi tubuh polosnya Masih memperlihatkan belahan dadanya hingga ke bawah. Namun, dia sangat santai karena di tempatnya berdiri. Tidak ada siapapun yang melihatnya. Terlebih di Australia, berpenampilan nyaris bugil begitu bukan yang berarti.

Dari dalam kamar, terlihat seorang pria berjalan mendekat. Pria itu sama saja tanpa menggunakan baju sama sekali. Tubuhnya kekar menantang layaknya Daud, hanya saja ini versi yang lebih beringas dan nakal.

Pria itu tampak melingkarkan lengan besarnya ke perut Andini. Meletakkan dagunya tepat di atas pundak Andini yang mulus. Sedangkan Andini tampak meletakkan tangan ke dagu pria itu yang dipenuhi jambang tipis. Tanpa kata mereka mereka tertuju ke banggunan tinggi menjulang di tengah kota.

"Apa kamu tidak menyesal dengan keputusanmu meninggalkan Indonesia?"

Andini terlihat sumringah. Tanpa beban sama sekali.

"Tidak sama sekali." Andini menjawab mantap.

"Kenapa?"

Andini agak sedikit menoleh.

"Karena aku sudah memilikimu." Andini mengecup mesra pipi dari pria itu.

"Tapi, kamu tidak menjadikanku pelampiasan kan karena gagal mendapatkan Daud?"

"Jelas tidaklah, Buktinya aku mengiklaskan Daud buat Mayang." Andini berdusta. Padahal sebenernya dia hanya menggunakan pria itu sebagai pelampiasannya saja. Jujur sakit hatinya merelakan Daud untuk sahabat.

"Baguslah kalau begitu. Aku senang mendengarnya. Oh iya, apa kira-kira yang membuatmu suka dariku yang tidak dimiliki Daud?"

"Kamu itu jauh lebih di atas segala-galanya di atas ranjang. Kamu lebih gagah, kekar, permainanmu luar biasa. Membuatku sampai keluar terus. Kepayahan."

"Haha, itu karena kamu yang seksi dan menggoda Andini. Makanaya aku selalu berhasrat kalau dekat-dekat denganmu." Pria itu berkata sambil mendekatkan wajahnya ke telinga Andini membuat wanita itu kegelian.

"Ah, Ryan, jangan seperti ini." Andini berkata manja kegelian. Memang Ryan-lah yang menemani Andini di Australia. Andini sengaja membawanya karena dia benar-benar ingin healing. Melupakan apapun tentang Daud, maka sebagai pelampiasannya, dia membawa Ryan, pria yang secara fisik lebih gagah dan beringas dibandingkan Daud untuk dibawa ke Australia.

Ryan menyapukan bibirnya ke lekuk tubuh Andini yang membuat wanita itu lemah tidak berdaya. Disaat itulah, Ryan mengangkat tubuh seksi Andini menuju ranjang. Begitu sampai, Andini di lempar di atas ranjang, sehingga tubuhnya merekah. Ryan pun dengan sikap menindih tubuh Andini. Memberikan kecupan sambil menggenjot.

Pria itu tampak tersenyum. Bukan karena melihat Andini yang keenakan, tetapi rencana jahat yang sudah dirancang. Tinggal menunggu saat yang tepat.