Cukup lama mereka berhenti. Menikmati pemandangan sawah dan jurang-jurang terjal di depan. Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju Gallery.
Berkali-kali Mayang dan Daud mengagumi keindahan lukisan atau patung yang terpajang di sana.
Tak lama kemudian mereka menyempatkan diri untuk menonton pertunjukan tari kecak yang di pentaskan di salah satu panggung seni di Gallery tadi.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam delapan malam, Daud mengajak Mayang mampir ke Ubud Art Market, untuk sekedar melihat-lihat dan membeli cindera mata kembali.
Setelah selesai membeli cindera mata, mereka pulang.
Hari ini hampir berakhir. Waktu di Bali terasa semakin sempit saja. Semakin mendekati hari kepulangan ke kota.
Perjalanan di malam hari mereka tempuh seusai dari Ubud. Daud sempat mengeluhkan lehernya yang terasa kMayang karena kecapean menyetir. Mayang berinisiatif untuk menggantikannya. Namun, Daud menolak mentah-mentah. Dia bilang, Masa Tuan putri menjadi sopir. Mayang seketika langsug memberikan cubitan kecil di pinggang Daud.
Dan seperti yang sudah Daud janjikan sebelumnya, Mayang diajak ke pantai Jimbaran, makan seafood di daerah yang terkenal di Bali itu.
Cukup ramai suasana pantai di daerah Jimbaran ini. Walaupun hari sudah malam , banyak sekali cafe yang menyajikan aneka masakan seafood disini.
Daud memilih meja yang lebih dekat dengan pantai. Mayang hanya menurut saja. Menikmati aneka sajian seafood sembari menikmati hembusan angin malam dari arah pantai jimbaran.
Bulan terlihat bersinar terang di atas lautan di kejauhan sana.
Di temani cahaya lilin di atas meja café, Mayang dan Daud menunggu sajian makanan yang sudah dipesan. Suasananya sangat membangun untuk nuansa romantis. Mayang yakin seratus persen bahwa Daud sama sekali tidak berniat untuk romantis. Dia hanya mengajak Mayang makan makanan laut. Hanya kebetulan tempat yang dipilih memang romantis dan suasananya sangat mendukung. Mayang yakin bahwa ini tidak sengaja. Kalau Daud benar-benar sengaja melakukannya, berarti Mayang harus menahan dirinya supaya tidak melayang, karenaa berkali-kali dibuat baper sama Daud.
Namun momen romantis itu seketika hancur tatkala asap mengepul dari mulut Daud. Seketika wajah Mayang cemberut.
Melihtnya, Daud hanya terkekeh.
'Kalau cemberut gitu semakin manis saja kalau dilihat.'
Daud berkata pelan. Nyaris bergumam karena bercampur dengan suara desau angin dan ombak laut. Tapi telinga Mayang yang mampu menangkap apapun gerak-gerik Daud tahu apa yang diucapkan Daud. Mayang selalu jeli mendengarkan perkataan Daud, terlebih saat pria itu berkata dengan mimik wajah serius. Mayang bisa merasakan kejujuran dari sana. Tulus.
"Besok kita pulang jam berapa?" Daud bertanya
"Jam empat, Mayang sudah konfirm lagi ke penerbangan, pesawat kita take off jam empat besok sore." Mayang menjawab.
"Malas juga kalau pulang, lebih enakan di sini. Apalagi sama kamu." Daud berkata sambil menaikkan satu alis tebalnya. Sial! pasti pria itu sedang menggodanya lagi.
"Mayang yang enggak betah di dekat kamu." Mayang membalas. Daud hanya terkekeh.
Tidak berapa lama pesanan datang. Cukup banyak juga ternyata makanan yang mereka pesan.Ada kepiting bakar, ikan bakar, kerang dan juga udang pedas goreng.
Lahap sekali mereka makan, ini makan malam terakhir di Bali, pikir Mayang.
Seperti biasa Daud yang paling banyak makan, saking lahapnya terlihat keringat bercucuran dari dahinya,
Keringat itu sampai menetes ke arah dagu nya yang kotak, sembari makan dia bercerita dulu waktu kecil di pulau seberang dia suka sekali kalau Ibu nya masak udang goreng pedas kesukaan dia. Dia bilang bisa menambah makan dua piring nasi kalau makanan kesukaan dia itu yang di sajikan ibunya.
"Kalau cuma masak masakan laut mah, Mayang bisa." Mayang menyeletuk biasa. Niatnya hanya menanggapi biasa cerita Daud, tapi kenyataannya Daud bisa membalikan omongannya. Membuat Mayang tidak henti-hentinya salah tingkah.
"Tipe wanita keibuan seperti kamu memang pandai masak, Sayang belum mau menjadi istriku."
Tuh kan wajah Mayang sampai memerah. Kalau Mayang tidak melawan, habis dia disudutkan Daud terus. Wanita itu segera mencari cara supaya Daud berhenti menggodanya.
"Sekali lagi kamu gombalin Mayang , akan kulempar ponselmu." Mayang merebut ponsel Daud, saat tiba-tiba dia dibuat syok. Melihat foto wallpaper yang terpasang adalah foto selfi Daud bersama Mayang. Tuhan, ternyata Daud tidak main-main menyukainya sampai-sampai fotonya saja terpampang di sana.
"Buang saja jika kamu tega. Yang jelas di ponsel itu ada banyak kenangan kebersamaan kita di Bali ini." Daud berujar dengan nada santai, tapi begitu mengena sekali bagi Mayang.
Mayang meletakan ponsel itu kembali ke tempatnya. Setelah itu suasana hening. Tidak ada pembicaraan antara Mayang dan juga Daud.
Selesai makan, Daud terlihat memandang jauh ke depan. Duduknya santai sekali di kursi cafe restoran ini. Asap mengepul beberapa kali dari bibirnya yang tebal itu, dia sangat menikmati suasana santai malam ini sembari merokok.
Rokok habis, Daud mengalihkan pandangannya penuh ke Mayang yang sedang menunduk.
"Mayang, malam ini adalah malam terakhir kita di Bali. Mayang mau meminta maaf sama kamu jika selama ini Mayang selalu menggodamu. Mengajakmu menikah. Padahal jelas-jelas kamu enggak mau. Memang kita seharusnya menjadi kakak adek saja. Tidak bisa lebih."
Mayang mendongak. Matanya menatap lekat ke Daud. Apa ini pertanda bahwa Daud akan berhenti mengejar-ngejarnya lagi? Kenapa?
Bodoh kamu Mayang! Bukannya kamu sendiri yang menginginkan hal ini. Terus, kenapa kamu bertingkah seolah-olah kehilangan! Plin plan banget jadi orang!
"Kamu mau kan memaafkanku? Anggap saja dulu Mayang adalah orang gila yang menggilaimu. Mayang hanya tidak ingin kamu memusuhiku. Walaupun kita tidak punya hubungan apa-apa, kita masih bisa berteman kan?"
Perih. Sakit. itu yang Mayang rasakan. Namun sekuat mungkin Mayang menahan air mata untuk turun. Sebagai gantinya dia menerbitkan senyum. Meski agak sedikit dipaksakan.
Suasana pantai sudah sepi sekali. Hanya cafe-café yang terletak di pinggiran pantai yang masih hiruk pikuk. Lampu-lampu dari arah cafe menerangi pepasiran pantai tempat mereka berjalan.
Mayang memandang Daud sebentar. Mencoba menikmati sekali lagi wajahnya yang jantan itu di kegelapan malam pantai.
Mayang berpikir dan ragu sebentar, tapi akhirnya Mayang nekat saja. Dia memegang tangan Daud dan bergelayut manja di lengan besarnya. Tidak bermaksud apa-apa. Hanya Entah kenapa Mayang berpikir ini untuk terakhir kalinya Mayang bisa bergelayut manja dengan Daud seperti ini.
Sedangkan Daud diam saja. Tidak ada penolakan darinya. Dia tidak berkomentar dan tetap berjalan santai menyusuri pantai itu.
Sayangnya mereka tidak bisa berlama-lama di situ. Mereka pun kembali ke mobil sewaan.
Daud mengemudikan mobilnya melewati suasana malam di kota Denpasar. Sebentar lagi, mereka sampai di hotel. Tempat mereka menginap.
Suasana hotel sepi sekali. Sebagian tamu pastilah sudah beristirahat. Kecapekan beraktivitas sepanjang siang hari tadi.
Pelan mereka naik ke atas membawa bungukusan belanjaan oleh-oleh yang kami beli di Pasar Ubud tadi
Sesampai di kamar Daud langsung melemparkan bungkusan belanjaan dia ke lantai, dia kecapean sekali agaknya. Mayang memakluminya. Sebab pria itu yang menyetir sepanjang perjalanan tadi.
Dia duduk di tepi ranjang menghidupkan televisi. Sedangkan Mayang adalah tipikal wanita yang rapi. Maka dia merapikan barang belanjaan oleh-oleh siang tadi.
Mayang juga merasa penat dan merasa agak kegerahan walaupun suasana kamar yang ber AC sudah cukup sejuk.
Mayang ingin mandi sebelum tidur. Dia tidak terbiasa tidur dengan badan kotor penuh keringat. Tanpa meminta izin ke Daud, dia langsung saja nyelonong masuk ke dalam kamar mandi itu.
Mayang langsung melepas semua pakaian begitu menutup pintu kamar mandi. Saking sudah tidak tahan dengan gerahnya. Tidak mungkin dong dia melepas pakaian di depan Daud.
Puas dan segar sekali rasanya ketika tubuh polos Mayang tersentuh air dari kran shower yang mengucur deras menyiram semua bagian tubuhku yang lengket karena keringat dan debu sepanjang perjalanan tadi.
Mayang mengambil sabun yang tersedia. Harumnya yang segar segera saja memberi rasa nyaman dan nikmat di sekujur tubuh. Mayang mandi dengan puas malam ini. Mengusap tubuh dengan sabun cair tadi membuatnya menjadi bersih dan wangi.
Setelah selesai dan merasa segar, Mayang mematikan kran shower. Mengambil handuk dan mengeringkan tubuhnya.
Ketika keluar dari kamar mandi, Daud masih menonton televisi. Mayang sudah berpakain lengkap. Tidak ingin Daud memandangnya lekat dengan mata liar.
Daud.
Sekarang, ganti Daud yangberdiri. Masuk ke dalam kamar mandi. Dia pasti juga sudah merasa penat dan keringetan setelah beraktivitas siang tadi.
Sementara, Mayang duduk di tepi ranjang. Mayang sempat mengelung rambutnya tadi. Jadi dia tidak perlu repot-repot mengeringkannya. Hanya tinggal memoles wajahnya senatural mungkin karena sebentar lagi dia akan tidur seranjang dengan Daud. Hahaha, enggak lah. Kan Daud mau tidur di lantai. Mayang membatin geli.
Setelah itu, Mayang menata perlengkapan yang ada. Merapikan tas dan memasukkan baju kotor yang tadi dipakai ke dalam tas. Sudah siap untuk pulang besok.
Terdengar Daud bersiul-siul sembari mandi di dalam sana. Kebiasaan buruk pria bandel. tapi entah kenapa Mayang tidak mempermasalahkannya. Malah suka. Cowok suka bersiul terkesan nakal. Badboy. Menantang. Intinya hot.
Mayang menguap. Dia sudah lelah dan ngantuk sekali. Pasti tidur akan nyenyak sekali malam ini membayar kekurangan tidur semalam gara-gara menangis.
Mayang merebahkan tubuh semampainya ke ranjang. Agak menggeser ke samping lagi. Memberikan pembatas bantal. Mayang tidak tega kalau Daud tidur di bawah. Bukan apa-apa. Sudah seharian pria itu menyetir. Masa sampai hati Mayang membiarkan Daud tidur di bawah. Kesannya Daud sudah seperti pembantu saja. Lagipula, Mayang yakin kalau Daud tidak akan ngapa-ngapain.
'Yakin tidak ngapa-ngapain? Ya yakin aja.'
Ternyata Mayang tidak bisa langsung memejamkan mata. Mungkin karena saking capeknya. Dia pun memutuskan untuk menonton televisi ketika Daud keluar dari kamar mandi. Seketika bau harum sabun yang segar tercium dari arah pintu kamar mandi.
Mayang melihat Daud hanya memakai celana pendek yang bersih. Tanpa baju. Topless. Dan seperti biasa gayanya selalu cuek sekalipun ada wanita yang mungkin melotot ke arahnya.
Sekali lagi Mayang mendeskripsikan keindahan Daud. Bukit dada yang menggempal indah terbuka dengan santai saja di depan Mayang. Bulu dadanya yang tidak terlalu lebat itu terlihat masih basah. Bulu ketiaknya yang keriting mengintip dari celah tangannya yang besar itu. Sangat menggoda, tapi Mayang pura-pura tidak peduli. Matanya mengarah ke televisi.
Daud duduk di tepi ranjang. Membuka kantong plastic tempat barang belanjaannya tadi di Ubud.
Terlihat otot bahunya yang sekal berotot membelakangi Mayang. Tak sadar Mayang mendesis. Menggigit bibir. Hasrat manusiawi dari seorang wanita terhadap pria apalagi melihat postur pria itu yang menggoda. Mayang serasa ingin menerkamnya dari belakang.