Chereads / Aku Bukan Istri Setia / Chapter 48 - Cepat Ingin Sampai di Kos

Chapter 48 - Cepat Ingin Sampai di Kos

Mayang menampik untuk tidak melihat video itu. Video hasil rekaman Andini dari loteng. Memilih meletakannya kembali ke tas Andini. Lantas, dia kembali mendengarkan music sambil membaca majalah.

Namun, pikiran Mayang tidak bisa berkonsentrasi. Apalagi dia sudah terlanjut melihat sampul video itu di mana Daud tanpa busana sepenuhnya. Tubuhnya yang perkasa terus terngiang-ngiang di benak Mayang.

"Lihat enggak ya? Enggak usah deh." Mayang sekeras mungkin menolak, tapi justru membakar rasa penasarannya.

Terlebih ini kesempatan baginya, di mana dia bisa begitu leluasa melihat video itu.

"Lihat sedikit saja ya. Supaya enggak penasaran." Mayang membatin. Diraihnya ponsel Andini, di mana video itu terpampang. Tinggal menekan putar untuk memainkannya.

Mayang menutup matanya saat video itu sudah dimainkan. Tidak ada suara karena sengaja dimatikan.

Perlahan Mayang membuka celah matanya. Antara malu, ingin tahu, sampai wajahnya saat itu memerah.

Sebuah pemandangan menakjubkan terpampang di hadapannya. Tubuh kekar menawan. Tanpa penutup apapun. Dadanya yang bidang dan gempal dihiasi bulu dada. Bulu dadanya tidak lebat tapi cukup seksi.

Dan sesuatu hal yang baru terlihat oleh Mayang saat itu. Sesuatu yang tersembunyi kebanggaan kaum pria. Terekspos jelas di sana. Ukurannya luar biasanya menakjubkan. Padahal dalam kondisi tidur. Bagaimana kalau sedang on.

Mayang meletakkan begitu saja ponsel itu. Nafasnya menderu. Jantungnya berpacu. Lama-lama dia melihat video itu bisa panas sekujur tubuhnya. Sudah lebih dari berbulan-bulan sebelum dan setelah melahirkan, dia tidak tersentuh oleh pria, dan dia tidak bermasalah akan hal itu. Hidupnya jauh lebih tenang tanpa terkontaminasi dengan nafsu-nafsu pria buaya.

Namun sekarang, gairah itu kembali hadir dengan hanya melihat video Daud tanpa busana. Tubuh kekarnya memang menjadi daya tarik, tapi Mayang tidak begitu terobsesi. Hal yang membuat pikiran Mayang kacau saat itu adalah saat dia tidak sengaja melihat benda yang menggelepar besar. Belum pernah Mayang melihat keperkasaan sebesar itu. Bagaimana rasanya kalau mengobrak-abrik ladang kewanitaan?

"Pantas saja, Andini begitu terobsesi dengan Daud. Pria itu mempunyai sesuatu hal yang luar biasa."

Mayang juga berani bertaruh. Bahwa tidak hanya Andini yang sampai tergila-gila, tapi semua wanita yang pernah berhubungan dengan Daud, pasti juga merasakan hal yang sama. Terlebih Riyanti yang setiap malam selalu mendesah tidak karuan. Bukan karena dia yang lebay, melainkan sesuatu itu telah menerobos miliknya. Mengoyak dalamnya. Sesak. Perih, tapi nikmat.

"Astaga, mikir apa aku ini."

Mayang mengibaskan tangannya. Berusaha memusnahkan pikiran kotor. Walau pada kenyataannya, hal kotor itu sudah berhasil menguasai pikirannya. Hasratnya bergolak tidak karuan.

"May, kamu kenapa?"

Mayang terperangah saat Andini muncul dari balik pintu. Baru saja sepuluh menit permainanya bersama berondong itu.

"Kok cepet banget, Din?"

"Kurang ok itu berondong. Masa baru digoyang dikit sudah lemas. Dia minta istirahat beberapa saat."

Mayang terkekeh. Berondong itu kurang pengalaman ternyata.

"Eh, kamu kenapa tadi? Wajahmu pucat?"

Mayang berhenti tertawa. Andini menangkap basah dirinya yang pucat. Bukan karena kurang enak badan, melainkan gelombang hasrat yang tiba-tiba mendera. Membuat sekujur tubuhnya sedikit mengginggil.

"Kamu sakit ya?"

Begitu perhatiannya Andini sampai meletakkan punggung tangannya di dahi Mayang.

"Enggak apa-apa kok, Din. Mungkin kurang istirahat saja."

Andini menyadari bahwa Mayang memang kurang istirahat. Betapa tidak! paginya kerja di bank, sorenya stay di restoran. Udah begitu gaya Mayang selalu enerjik dan antusias, sehingga banyak tenaga yang terbuang. Belum lagi malam itu ketika Mayang begadang gara-gara menemani Andini yang tengah melakukan pemuasan diri.

"Mau aku antar ke dokter?"

"Enggak usah, Hanya butuh istirahat saja kok."

Andini menghela nafas. Mayang ini selalu saja tidak ingin merepotkan sahabatnya.

"Aku antar pulang?"

"Jangan, Din. Aku tidak mau merusak acara senang-senang kamu. Aku pulang sendiri saja ya?" Entah kenapa Mayang kepikiran untuk pulang.

"Ya, sudah hati-hati di jalan. Kamu istirahat total ya. Jangan mikirin aneh-aneh. " Andini berujar. Mayang mengangguk. Mereka berpelukan sejenak sebelum berpisah.

Di dalam taksi online yang dia pesan, Mayang gelisah sendiri. Dia mengigit bibir dengan kedua kakinya yang digesek.

"Mbaknya kenapa?" tanya sang sopir sambil tersenyum nakal. Agaknya dia mencium gelagat Mayang yang memang panas.

"Enggak usah banyak omong! Lakukan saja pekerjaanmu!" Mayang membentak. Sang sopir langsung ciut. Dia diam dan kembali fokus di jalan.

Sesampainya di depan gang, Mayang turun. Langkah sempitnya tampak begitu cepat menyusuri gang itu. Entah apa yang ada di pikiran Mayang, sampai wanita itu ingin buru-buru pulang.

"D-daud."

Mayang bergumam. Langkahnya terhenti saat akan naik ke lantai dua, di mana di atas sana terlihat Daud yang dalam keadaan kacau. Pria itu seperti banyak pikiran.

Setelah memastikan Daud masuk, Barulah Mayang menaiki tangga. Cepat-cepat dia tenggelam di kamarnya.

Mayang duduk di pinggir ranjang sambil memegang dadanya. Jantungny bergolak tidak menentu sejak pulang dari hotel tadi. Bayang-bayang Daud tanpa busana itu semakin merajalela di benaknya. Astaga, benarkah dia sudah bernafsu sekali.

Mayang melihat tembok samping. Di mana di baliknya ada pria kekar itu. Kesehariannya Mayang tampak biasa saja dengan Daud, bahkan tak segan Mayang membentak tatkala dia berkata nakal. Namun malam ini, persepsinya atas si kekar mempesona itu berubah.

Mayang mendekatkan diri di tembok itu. Dia menjadi penasaran dengan setiap gerakan yang dilakukan Daud. Pria itu seperti tidak tenang. Bagaimana dia membuka pakaian. Melemparkannya begitu saja ke tembok sampai bisa di dengar Mayang. Membuka lemari yang engselnya berisik. Kasar sekali dia malam itu.

Mayang baru menyadari sesuatu. Sudah dua hari ini, Daud tidak membawa wanita murahannya itu ke Kos. Ada masalah apa mereka? Apakah kemarahan Daud ada hubungannya dengan itu?

Beberapa saat kemudian terdengar suata pintu dibuka, Mayang langsung berlari menuju jendela. Menyikap kordennya.

Wow! Daud hanya memakai celana boxer tanpa baju! Mengambil handuk!

Sebenernya pemandangan seperti itu sudah biasa, Mayang mendapatinya setiap Daud mau mandi. Namun malam ini, entah kenapa dia merasa ada sesuatu yang beda. Sesuatu yang istimewa. Mayang sangat penasaran dengan sesuatu yang tersembunyi di dalam boxer itu. Naluri kewanitaannya tidak bisa ditahan.

Setelah semenit, memastikan Daud sudah masuk ke dalam kamar mandi, barulah Mayang keluar. Seperti yang dilakukan Andini. Diam-diam Mayang bergerak menuju loteng.

Mayang bergerak di atas sana. Gelap sekali ruangan itu. Sampai dia mendapati sebuah ventilasi yang dia prakiraan letaknya berada persis di atas kamar mandi.

'Apakah itu tempatnya?' Mayang bergumam. Langkahnya semakin dekat dengan ventilasi itu. Jantungnya semakin terpacu.

Mayang gemetar. Terlebih saat dia mendengarkan suara guyuran air. Ventilasi itu sudah ada di depan mata. Mayang mengumpulkan segala keberaniannya, baru kemudian melongokan kepala di sana.