Suasana stadion ramai kala itu. Ada banyak penjual di sekitarnya. Pun orang yang sedang berkumpul santai maupun yang berolahraga ringan.
Mayang sudah memarkirkan mobil. Dia menggunakan masker dan kacamata untuk menyamarkan penampilannya. Malu dong kalau sampai ketahuan dia di stadion, padahal dia tidak diajak Marwan.
Dia sempat bersembunyi di balik sisi mobil saat melihat Marwan, istrinya yang entah siapa namanya itu, dan juga Novi. Ish, mereka sudah seperti keluarga bahagia saja. Mayang menggerutu sebal. Mayang berangan kapan bisa seperti itu.
Setelah memastikan mereka menghilang masuk ke stadion, barulah Mayang berjalan mengendap-endap ke arah sana. Dia menyelinap di antara begitu banyak orang yang masuk. Menyamarkan kehadirannya supaya tidak ketahuan.
Sampai di dalam,
Terlihat Marwan berpisah dengan istrinya dan juga Novi, tapi sebelum itu mereka terlibat perbincangan. Yang membuat Mayang kesal, tatkala Marwan mengelus pipi istrinya dan mengecup keningnya. Idih, bisa-bisanya pamer kemesraan di tengah stadion seperti itu.
Dan lagi, Novi yang ikut-ikutan menyalami tangan Marwan. Begitu takzim kayaknya seperti bapak dan anak. Sejauh ini, Mayang masih positive thinking kalau hubungan Marwan dan Novi hanyalah sebatas orang tua ke anak. Hal yang bagus mengingat Mayang yang ingin lebih dekat dengan Marwan. Hanya saja, masih ada ketakutan di dalam diri Mayang kalau Marwan bisa saja 'menerkam' Novi sewaktu-waktu.
Mereka berpisah. Marwan yang berkumpul dengan teman-temannya. Sedangkan, Istrinya dan Novi bergerak menuju tribun. Mayang pun segera mengambil posisi duduk yang memang agak jauh dari mereka, tapi, masih bisa memantau. Untung saja, Tribun itu tidak terlalu sepi, sehingga kehadirannya tidak terlalu mencolok.
Rupanya tidak hanya bapak-bapak yang akan melakukan pertandingan sepak bola. Banyak anak muda juga seumuran Daud. Mayang jadi teringat dengan berondong muda yang baru masuk kerja hari ini. Memang cakep dan atletis. Namun sayang, aura nakalnya sebagai cowok kurang. Tidak seperti Marwan yang hanya dengan kedipan mata membuat Mayang sampai meleleh.
Marwan juga tidak terlalu menonjol di antara kelompok sepak bola itu. Tubuh hitamnya yang bongsor berotot pun terlihat biasa saja. Bahkan bisa dibilang, kurang menarik dipandang kaum hawa. Secara fisik tentu banyak yang lebih melirik para pemain muda yang tampak segar dan enerjik.
Namun tidak bagi Mayang. Menurutnya, buah yang benar-benar matang yang menarik. Memang secara casing luar Marwan kalah, tapi bagi siapapun wanita yang sudah berdekatan dengan Marwan. Mayang yakin tidak akan bisa lepas. Apalagi kalau sudah berhubungan yang lebih intim. Bagaimana Marwan begitu lihai memainkan ego wanita. Yang semula jual mahal menjadi 'murah'. Menginginkan diri selalu berada di samping Marwan.
Mayang buktinya. Dia benci mengakuinya, tapi memang itu faktanya. Dia masih ingat betul tatkala Marwan yang selalu menggodanya ketika sedang mengantarkan Novi ke sekolahan. Mayang dengan tegas dan sopan menangkis ajakan kotor dari Marwan. Namun, lihat kenyataannya sekarang! Mayang malah yang dibuat tidak berdaya oleh Marwan. Dengan benih yang ada di perutnya, berharap Marwan mau bertanggung jawab dan menikahinya. Sayangnya, pria itu belum memberikan kepastian.
Belum lagi kalau nanti berhadapan dengan istri-istri Marwan, yang sekarang sudah diketahui tinggal berjumlah tiga. Mengingat Sari yang memilih untuk bersama Sapto. Mayang tidak pernah tahu ada berapa sebenernya jumlah istri Marwan. Mayang harus benar-benar mempersiapkan mental untuk menghadapi mereka.
Peluit dibunyikan. Tanda permainan dimulai. Seperti biasa, Marwan mengisi posisi sebagai striker alias penyerang paling depan. Terlihat kakinya yang berotot kokoh itu gesit sekali menggocek bola. Dia memang terlihat dominan, tapi tidak lupa bahwa tujuan sepak bola adalah bermain strategi dan tim. Dia juga mengoper ke teman teamnya, walaupun pada akhirnya kembali kepada dirinya juga karena dia adalah sang pencetak goal.
'Goal!'
Baru saja lima menit, stadion sudah riuh oleh suara penonton yang berseru. Rupanya tendangan Marwan melesat menjeblos gawang lawan. Pria itu terlihat melakukan selebrasi sambil mengangkat ujung kaosnya sampai terlihat dada, kemudian diiringi pelukan rekan sesama timnya.
"Udah tua, tapi masih tengil saja gayanya." Mayang bergumam sambil tersenyum. Pahatan tubuh Marwan tercetak jelas. Keras dan mengkhilap. Membuat Mayang tidak karuan saja. Terlebih saat melihat Marwan dengan mantap menendang bola tadi. Mayang merasa seperti sesuatu yang melesat ke gawang rahimnya. Ah, kenapa apapun yang Marwan lakukan, Mayang selalu mengaitkannya ke sana.
Pertandingan dilanjutkan. Serangan tim Marwan semakin beringas saja, membuat lawan kewalahan. Tak heran jika berkali-kali goal melesat. Membuat penjaga gawang frustasi dibuatnya.
Peluit tanda pertandingan berakhir. Masing-masing tim terlihat saling bersalaman. Menandakan bahwa pertandingan cukup sportif.
Sekarang, Mayang yang dibuat gelagapan karena Marwan yang bergerak menghampiri istrinya dan Novi.
"Wah, aku harus menyingkir dari tribun nih. Jangan sampai ketahuan."
Sambil menunduk Mayang melipir menuju toilet. Satu-satunya tempat di mana dia aman untuk bersembunyi.
Mayang berada di dalam bilik kamar mandi saat mendengar suara bass yang berkumpul. Matanya terbelalak seketika. Terlebih saat bau keringat maskulin bekas olahraga tercium kuat di indra penciumannya.
"Astaga, aku salah masuk toilet."
Sekuat tenaga Mayang berusaha untuk tidak bersuara. Akan menjadi awkward momen kalau seandainya dia ketahuan berada di toilet cowok. Dilihat oleh beberapa pasang mata lelaki yang pasti akan menggodanya. Mau taruh dimana mukanya.
Mayang tahu kalau di luar bilik. Para pria itu sedang tanpa busana. Ada sebagian yang membilas diri. Senda gurau juga terdengar. Well, padahal mereka baru saja turun olahraga penuh keringat. Tapi, kenapa malah mandi dengan cepat, bukannya istirahat dulu menghilangkan keringat. Mayang membatin kesal.
Tidak menunggu waktu lama, satu persatu dari mereka keluar dari toilet. Satu fakta yang jelas bahwa pria tidak membutuhkan waktu lama untuk berada di kamar mandi. Tidak seperti wanita yang ribet harus make up segala dan segala tetek bengeknya. Mayang juga sering melakukan senam, dulu sebelum dia hamil seperti sekarang. Makanya dia tahu betul kebiasaan kaum hawa yang suka berlama-lama di kamar mandi.
Setelah memastikan, tidak ada suara lagi, barulah Mayang keluar dari bilik itu. Dia sempat mengintip malu-malu. Takut masih ada pria yang tertinggal. Untung saja, sudah kosong melompong. Mayang bisa bebas keluar dari kamar mandi.
Namun, baru saja akan keluar, tiba-tiba seseorang masuk. Hal yang tidak Maya sangka, orang itu adalah Marwan.