"Kamu kenapa sih, dari tadi marah-marah terus ?"
Tanya Arin, sepulang dari tempat Vigo, Mia datang ke tempat Arin.
Arin adalah teman dekatnya yang memang selalu mau mendengarkan kegelisahan Mia, dan sekarang pun Mia sedang pusing dengan keadaannya sendiri.
"Kenapa sih Mi, Vigo lagi ?"
"Dia itu menyebalkan tahu gak sih, masa aku gak boleh datang ke rumahnya, padahal kan dia yang janji untuk antar aku ke Kantor"
"Ya udahlah, kan dia yang janji seharusnya dia yang datang ke rumah kamu, bukan kamu yang datang ke rumah dia"
"Ya tetap saja, kamu kan tahu sendiri sekarang Vigo itu mulai berubah, dia tak lagi sebaik dulu Rin"
Arin diam, lalu apa yang harus dikatakannya sekarang, bukankah Mia tahu kalau Vigo sudah mengetahui tujuan Mia mendekati Vigo.
Pantas saja kalau Vigo mengabaikannya juga, lagi pula salah sendiri kenapa harus asal bicara seperti itu, dan sekarang Mia sendiri yang pusing karena Vigo yang menjauhinya.
"Sudahlah Mia, mending kamu tinggalkan saja dan cari yang lain, Vigo gak akan bisa sebaik dulu lagi karena sekarang dia udah tahu niat kamu itu cuma untuk hartanya saja"
"Ya tapi aku bisa berubah kok, aku akan belajar untuk tulus menyayanginya"
"Itu tidak akan mungkin"
"Kenapa gak mungkin"
"Ya gak mungkin saja, gak mungkin Vigo mau percaya sama kamu, kamu sudah bohongi dia Mia jadi gak mungkin Viog percaya lagi sama kamu"
"Kok kamu gak dukung aku sih ?"
"Bukan gak dukung, cuma aku bisa apa, kan semua juga salah kamu makanya sekarang Vigo jadi seperti itu sama kamu"
Mia diam, itu memang benar, seharusnya Mia bisa lebih hati-hati dengan ucapannya, kenapa Mia harus mengatakan kalau Mia hanya memanfaatkan Vigo saja.
Sekarang apa yang harus dilakukannya, Vigo sudah membencinya dan mungkin sebentar lagi Vigo akan meninggalkannya.
"Sudahlah Mia, masih banyak lelaki lainnya kan, kamu bisa berubah dengan lelaki lain, kamu akan mendapatkan apa yang kamu mau kalau kamu tulus"
Mia tak menjawab, tapi bagaimana kalau Mia hanya ingin bersama Vigo saja, Mia ingin memiliki Vigo bukan lelaki lainnya.
"Kamu percaya sama aku, kalau akan ada lelaki yang menyayangi kamu lebih dari pada Vigo, kamu hanya harus meyakinkan diri kamu untuk menerima apa pun yang kamu dapatkan"
"Tapi aku gak bisa melepaskan Vigo"
"Kalau seperti itu, kamu harus siap kecewa setiap saatnya karena sikap Vigo"
Mia menggeleng, Mia tidak ingin itu, Mia ingin hubungannya dengan Vigo sebaik dan semanis dulu.
"Semakin kamu memaksakan, semakin kamu akan terluka, jadi sebelum itu terjadi lebih baik kamu mulai untuk melepaskan saja"
"Aku gak bisa Rin"
"Bisa Mia, sebelum bersama Vigo juga kamu bisa kok ganti-ganti pasangan, mudah juga jadi kamu jangan khawatir"
Mia kembali diam, apa benar bisa seperti itu, tapi bagaimana Mia melepaskan Vigo jika hatinya masih saja ingin bersama.
Mia tidak bisa melepaskan Vigo begitu saja, dan sampai sekarang Mia masih ingin bertahan dengan lelaki itu, jadi biarkan saja Mia berusaha dulu untuk saat ini.
Tidak ada yang tidak mungkin, karena semua akan selalu ada jalannya asalkan mau berusaha untuk mendapatkannya.
Mia mengangguk pasti, baiklah, Mia masih akan tetap berjuang mengembalikan kepercayaan Vigo lagi, dan Mia harus yakin pasti akan berhasil mendapatkan itu.
"Kamu kenapa ?"
"Enggak Rin, aku gak akan lepaskan Vigo begitu saja, aku masih akan berusaha untuk mendapatkan kepercayaannya lagi"
"Terserah kamu saja, yang jelas aku gak mau lihat kamu uring-uringan seperti ini lagi, tolong Mia jangan memaksakan apa yang jelas tidak akan kamu dapatkan"
"Aku pasti bisa dapatkan Vigo, aku hanya harus kembalikan kepercayaannya saja sekarang, kamu harusnya dukung aku dong"
"Iya aku dukung, aku hanya ingatkan saja supaya kamu tidak terlalu kecewa saat gagal nanti"
Mia tersenyum dan mengangguk, ini adalah pilihannya dan Mia yakin akan bisa mendapat apa yang diinginkannya.
Arin menggeleng, keras kepala sekali wanita itu, padahal sudah jelas Vigo telah mengatakan kebenciannya itu.
Harusnya Mia sadar jika sekarang Vigo telah balik memanfaatkannya, Mia hanya jadi pelampiasan saja untuk Vigo.
"Ya sudah, sekarang kamu mau apa, atau masih mau marah-marah ?"
"Enggak, aku mau ke Kantor sekarang, makasih ya sudah mau mendengarkan kegelisahan aku"
Arin mengangguk dan mengusap tangan Mia, itu bukan masalah dan selama Arin bisa pasti Arin juga akan membantunya.
"Ya udah aku berangkat ya, kamu mau kerja juga kan ?"
"Iyalah, aku udah telah nih gara-gara kedatangan kamu yang tiba-tiba"
Mia tersenyum dan memeluk Arin dengan eratnya, meski begitu Arin tak pernah mau marah pada Mia.
"Maaf ya, aku sudah menghalangi langkah kamu"
"Tidak masalah, tenang saja, kalau memang kamu perlu sama aku, aku siap kapan saja"
"Kamu memang teman terbaik aku"
"Amin, ya sudah berangkat ah"
Mia melepaskan pelukannya, keuanya lantas memasuki mobil masing-masing untuk pergi ke tempat kerjanya masing-masing juga.
"Duluan ya Rin"
"Iya hati-hati"
"Sampai ketemu lagi"
"Oke"
Mobil Mia melaju pergi lebih dulu disusul dengan mobil Arin, biarkan saja Mia mau seperti apa sekarang yang penting Arin sudah mengingatkan semuanya.
"Mia Mia, aneh banget kamu ini, dulu saja kamu merasa paling hebat karena bisa membohongi Vigo, dan sekarang justru kamu yang tertekan dan balik di manfaatkan oleh Vigo, aku kasihan tapi kamu saja keras kepala tidak bisa diingatkan"
Arin mengangguk, tapi mau bagaimana pun keputusan Mia sekarang, Arin akan tetap mendukungnya.
Semoga saja Mia memang bisa mendapatkan kepercayaan Vigo lagi, dan setelah itu mereka akan kembali bersama dalam keadaan baik seperti dulu.
----
Sepanjanga perjalanan Mia terus saja menghubungi Vigo, meski tak juga memdapatkan jawaban tapi Mia seolah tak mau menyerah.
Mia harus mendengar suara Vigo sekarang, karena Mia ingin Vigo kembali baik padanya, Mia akan lakukan apa pun nuga asalkan Vigo mau memaafkannya.
"Angkat dong Vigo, aku tidak akan menyerah sampai kamu benar-benar jadi milik aku, jadi please jawab panggilan aku sekarang"
Ucap Mia yang masih saja mengulang panggilannya, entah apa yang sedang dilakukan Vigo disana karena sepertinya begitu sulit untuk Vigo menjawab panggilannya itu.
"Sss ih .... kenapa sih gak juga dijawab"
Ucap Mia kesal dengan memukul stir mobilnya, ponsel itu digenggamnya kuat.
"Lihat saja Vigo, kamu boleh tidak menjawab panggilan aku, tapi kamu tidak akan bisa menghindari aku saat aku menemui kamu nanti"
Ucap Mia seraya tersenyum, sekarang Mia akan berusaha fokus dengan kegiatannya, sampai nanti Mia akan kembali pada Vigo.