Pagi hari ketenangan sarapan keluarga Adi harus terganggu oleh denting bel rumahnya, tidak ada ART untuk satu minggu ke depan dan Delina harus mengerjakan semuanya sendiri.
"Biar mamah buka pintu dulu"
"Tidak perlu, biar aku saja"
Ucap Vigo menghentikan Delina, Delina kembali duduk dan membiarkan Vigo pergi untuk membukakan pintu.
"Siapa pagi-pagi seperti ini sudah bertamu ?"
"Paling juga wanita yang akan mengamuk lagi sama anak kamu itu"
Delina menggeleng, semoga saja fikiran Adi itu salah, karena Delina tidak mau kalau sampai ada keributan di rumahnya saat masih pagi seperti ini.
Vigo membukakan pintu dan melihat Mia disana, wanita itu tersenyum dan memeluk Vigo begitu saja.
Ya .... Mia adalah wanita yang juga ingin bersama Vigo, dan Vigo juga menerimanya, tapi sekarang Vigo sudah tahu kemana tujuan Mia sebenarnya.
Bukan Vigo tapi hartanya, padahal mereka tahu jika yang kaya itu adalah orang tuanya, bukan Vigo dan seharusnya kalau memang mereka menginginkan kekayaan itu, mereka bisa mendekati papahnya saja.
"Lepas ah, apaan sih masih pagi juga"
Ucap Vigo seraya melepaskan pelukan Mia, wanita itu tersenyum tak peduli dengan sikap Vigo yang menolaknya.
"Kamu sudah janji mau antar aku ke Kantor pagi ini kan, makanya aku kesini"
"Ya memang benar, tapi aku gak minta kamu datang kesini"
"Aku takut kamu kesiangan makanya aku kesini"
"Aku ada mamah yang bangunkan, untuk apa repot-repot kamu datang kesini ?"
"Kenapa sih sayang, kamu pagi-pagi udah marah saja sama aku"
Mia tersenyum dan mengusap pipi Vigo lembut, Vigo memejamkan matanya seraya berpaling untuk menghindari sentuhan Mia.
"Vigo, siapa yang datang ?"
Tanya Delina yang datang menghampiri keduanya, Delina tersenyum melihat kedatangan Mia dan tentu saja Delina mengenal Mia.
"Aku masuk mah, kasih tahu sama dia kalau aku batal mengantarnya ke Kantor"
Ucap Vigo seraya meninggalkan keduanya, Mia mengernyit dan memanggil Vigo berulang kali.
"Sudah sudah, Mio tolong ini masih pagi jangan buat keributan disini ya, kalau Vigo gak bisa antar kamu sekarang tapi mungkin nanti Vigo mau jemput kamu kan"
"Tapi tante ...."
"Tolong Mia, tolong kamu hargai tante sekarang ya"
Mia berdecak dan menghentakan kakinya, kenapa Delina tidak membelanya kali ini, padahal Delina tahu siapa Mia untuk Vigo.
"Kamu mau kan dengar tante"
"Ya sudah aku ke Kantor sendiri saja, tapi nanti tolong katakan agar Vigo mau jemput aku"
"Iya nanti tante coba katakan sama Vigo ya"
"Ya udah aku pamit"
Delina mengangguk dan mengulurkan tangannya menerima salam dari Mia, Delina tahu Mia itu baik tapi mungkin benar kebaikan Mia hanya untuk menipu Vigo saja.
Delina menggeleng dan kembali menutup pintu setelah Mia pergi, Delina kembali ke meja makan dan melanjutkan makannya bersama Adi dan Vigo disana.
"Benarkan apa papah bilang ?"
Delina dan Vigo menoleh bersamaan, Adi sedikit tersenyum dan mengangguk melihat respon kompak keduanya.
"Sudahlah pah, tidak perlu dibahas lagi, lagi pula Mia juga sudah pergi sekarang"
"Baguslah, karena kalau sampai dia masuk pasti hanya akan membuat masalah saja"
"Papah"
Vigo menyimpan sendok dan garpunya asal, dua orang itu meliriknya bersamaan, Vigo meneguk minumannya dan berlalu pergi.
"Vigo, sarapan kamu belum habis"
Ucap Delina yang tak diindahkan oleh Vigo, Delina melirik Adi yang terlihat kembali tersenyum.
"Papah kenapa sih pah, kenapa tidak biarkan saja agar sarapan kita juga bisa nyaman"
"Memangnya apa yang papah lakukan, papah tidak melakukan apa pun juga"
Delina menggeleng dan kembali melahap makanannya, sepertinya memang kepergian Vigo adalah yang terbaik.
Dengan begitu Adi tidak akan berdebat lagi dengan Vigo, dan paginya tidak akan semakin berantakan lagi.
"Papah pergi dulu sekarang"
"Tapi makanannya juga masih ada"
"Sudah kenyang, simpan saja nanti siang papah pulang ya"
"Ya sudah gimana papah saja"
Keduanya lantas bangki, Delina mengantar Adi keluar dengan membawakan tas kerjanya.
"Mamah hari ini mau kemana ?"
"Gak kemana-mana, tapi kalau jadi akan ada teman mamah kesini"
"Apa, arisan lagi ?"
Delina tersenyum dan mengangguk, Adi menggeleng itu dan itu saja kesibukan Delina setiap harinya.
"Ya sudah papah berangkat ya"
Delina mengangguk dan memberikan tas kerjanya, Delina juga mencium tangan Adi dna mendapat balasan di keningnya.
"Hati-hati"
Adi mengangguk dan berjalan memasuki mobilnya, Delina tersenyum melihat mobil itu melaju pergi meninggalkan halaman.
"Vigo pasti masih lapar, sebaiknya aku bawa saja makanannya ke kamar"
Ucap Delina yang kemudian kembali masuk, Delina benar-benar membawakan makanan untuk Vigo di kamarnya, karena pasti Vigo tidak akan mau makan di meja makan lagi.
----
Fokus Adi sedikit terganggu karena dering ponselnya, itu sudah biasa dan Adi tidak merasa kesal dengan dering ponselnya.
"Aryo"
Ucapnya pelan setelah melihat layar ponselnya, Adi langsung menjawab panggilan itu dengan senang.
"Hallo Aryo, apa kabar, pagi-pagi sudah telepon saja"
Ucap Adi dengan senyuman di bibirnya, Adi terdiam mendengarkan kalimat jawaban dari Aryo disana.
"Benarkah, sepertinya itu kabar yang sangat baik untuk kami, jadi kalian akan datang dalam dua hari ?"
Baguslah, Aryo dan keluarganya akan datang dalam dua hari, dengan begitu Vigo akan segera bertemu dengan calon jodohnya.
"Baiklah, aku tunggu kabar selanjutnya, aku akan siapkan pertemuan kita nanti"
Adi mengangguk-angguk, setelah mendengar kalimat panjang dari Aryo, Adi lantas pamit dan memutus sambungannya.
"Bagus sekali, benar-benar berita yang menyenangkan untuk waktu sepagi ini, lebih cepat mereka datang maka lebih cepat mereka bertemu, Vigo tidak akan bisa lari dari perjodohan ini"
Ucap Adi dengan penuh keyakinan, Adi merasa jika keputusannya adalah yang terbaik untuk putranya.
Adi sudah sangat mengenal Aryo, mereka sudah sangat lama saling mengenal, dan Adi yakin jika anak Aryo akan mampu merubah Vigo menjadi lebih baik.
"Vigo akan bisa jadi apa yang aku mau setelah bersama anak Aryo nanti, lihat saja semua akan benar-benar membaik dan bisa seperti apa yang diharapakan"
Adi tersenyum dan mengangguk, baguslah dan Adi tidak akan mengabaikan pertemuan itu sedikit pun juga.
Perjodohan itu harus terjadi agar Adi tak perlu berdosa lagi karena terus menerus kasar pada putranya, Adi juga inginkan hubungan yang baik dengan putranya itu, dan Adi yakin jika anak Aryo akan mampu mewujudkan keinginannya.
"Tunggu saja Vigo, pencarian kamu akan segera usai, wanita yang tepat untuk kamu akan segera datang dan mengisi hati kamu"
Adi mengusap dagunya, betapa Adi tidak sabar dengan pertemuan dua keluarga itu, rasanya kedamaian telah ada di depan matanya saat ini, Vigo akan jadi anak kebanggaannya.