Malam semakin larut, kesunyian mulai bersambut dengan hembusan angin yang mengayun lirih dedaunan.
Pandangan mata mulai terhalang oleh iringan kabut malam yang tiba-tiba muncul bergabung dengan kesunyian.
Kini Farhan kembali merasakan kerinduan yang mendalam. Hatinya tak sanggup lagi untuk menahan segala rasa yang sudah berkecamuk di dalam dada.
Di balik jendela kamarnya, ia terlihat sibuk menatap keluar sembari menghisap sebatang rokok yang ada di tangannya. Ia terlihat sangat menikmati setiap hisapan.
Semakin hari bukannya semakin lupa dengan Dona, pria itu malah semakin menggilai putri semata wayang Tuan Sandjaya itu.
Tatapan kosongnya terlihat jelas dari kedua bola matanya. Hal tersebut berlangsung cukup lama, hingga pada akhirnya dering handphone yang menyadarkan pria itu dari angan-angan kosongnya.