Mentari mulai muncul dari ufuk timur, angin pagi berhembus perlahan mulai menggiring awan petang.
Keramaian ibukota tak mampu menghibur hati Nyonya Mety yang sedang dirundung sepi.
Luapan kecemasan berpacu dengan kesunyian, membuat hati Ibunda Dona semakin bimbang.
"Apa aku kasih tahu Dona aja, ya. Apa yang sedang dialami oleh Sania. Biar Dona bisa antisipasi."
Nyonya Mety mencari kontak sang anak di handphonenya, namun tiba-tiba ia mengurungkan niat tersebut.
"Tapi sepertinya jangan dulu, deh. Aku takut liburan Dona terganggu nantinya." ucap Nyonya Mety dalam hati.
Sapaan sang suami tiba-tiba mengejutkan ibunda Dona.
"Mah, Mama ngapain? Kok seperti orang bingung gitu? Papa hari ini masih males mau ke kantor, Mama kalau mau ke kantor suruh antar Pak Narto aja ya. Papa pengen istirahat dulu dirumah," ucap Tuan Sandjaya.
"Pah, Mama juga lagi males mau ke kantor," ucap Nyonya Mety.
"Mama sebenarnya kenapa? Sepertinya Mama bingung gitu, sih."