Malam semakin larut, rintihan rindu masih membeku, angin pun masih mengusik seolah berbisik, lalu menghasut hati untuk segera memiliki.
Torehan rindu kian merayu, mengukir rasa pilu yang kian menggebu.
Kenangan yang pernah terajut, kini seolah lenyap ditelan waktu.
Hati yang dulunya membiru kini perlahan mengabu.
Keramaian Ibukota Jakarta, tak mampu menghibur hati seorang lelaki yang patah hati.
Di dalam lingkaran keramaian pun ia masih terasa sepi.
Hal itulah yang kini dirasakan oleh putra bungsu Tuan Rahardjo.
Mata kosongnya tak bisa menyembunyikan semua kesedihan yang sedang ia alami.
Kemelut rasa kepada sang primadona, benar-benar sudah membuatnya gila.
Rasa cinta yang pernah terajut, tak mampu membawa kisah mereka berlabuh ke mahligai kebahagiaan yang haqiqi.
Kini, Farhan tampak sedang berada di taman yang terletak di belakang rumahnya seorang diri.
Tatapan kosongnya menandakan jika perasaannya saat ini, sedang tak baik-baik saja.