Hari mulai berganti, malam perlahan menghilang.
Mentari muncul sehasta demi sehasta, sinarnya menghangatkan jiwa.
Dari balik jendela rumah sahabatnya, Resty tampak menikmati pemandangan di sekitar rumah itu. Tubuhnya bersembunyi di balik gorden tebal, yang menjulur menutup jendela rumah Yana.
Yana mendapati sahabatnya itu dengan tatapan serius, wajahnya seperti sedang memendam amarah.
"Res, kamu ngapain disini? Kita makan, yuk… Mbok Nur masak banyak lho," kata Yana.
"Nanti aja deh, Yang. Makasih ya, udah perhatian banget sama aku," ucap Resty.
"Iya, Res. Makan dulu lah, ngapain menyiksa diri. Kamu kenapa memangnya, cerita dong Res," Yana memaksa sahabatnya itu untuk bicara.
"Aku mau kerumah Dona, Yan. Aku mau bikin perhitungan sama dia." Resty dengan yakin menjawab.
"Ya udah, tapi kamu makan dulu. Jangan sampai kamu lemah terus sakit. Terus yang mau balas dendam siap kalau kamu sakit?" rayu Yana.
