Kepanikan dan kegaduhan terjadi di rumah orang tua Farhan. Hal itu di karenakan Sania dan mertuanya tertidur di kamar masing-masing, sehingga membuat mereka gugup dan mungkin mereka akan terlambat untuk menuju Bandara.
Waktu menunjukan pukul delapan lebih dua puluh tiga menit, Sania meregangkan badannya disofa kamarnya. Meskipun matanya berat untuk di buka, ia memaksa untuk membuka kedua bola matanya itu.
Betapa kagetnya ia ketika menoleh ke arah jam dinding ditembok sebelah kanannya.
"Astaga, hampir jam setengah sembilan? Kenapa Mama nggak bangunin aku sih, alamat mepet banget ini jemput Dona. Mana dia landing kurang lebih jam sebelas," gerutu Sania.
Ia segera beranjak dari sofa tempatnya merangkai mimpi pagi ini, dan segera mencari mertuanya.
Ia berlari keluar dari kamar pribadinya itu dengan penuh kepanikan.
"Mama, Mah," teriaknya.
Bi Retno yang kebetulan mendegar teriakan Sania itu pun menghampirinya.
"Ada apa Non kok teriak-teriak?" tanya Bi Retno.