Chereads / Suamiku Kakak sepupuku / Chapter 9 - Delapan

Chapter 9 - Delapan

Semua mata tertuju pada pria es balok yang sedang makan nasi goreng buatan istrinya dengan angkuhnya, tanpa mengurangi rasa malunya.

"Yan, kamu kok diam istri kamu mau minta ijin ke sekolah ngurus ijazahnya".

kata Papa Andre lalu menatap putra semata wayangnya.

Yang ditatap tetap menyantap makanan ke dalam mulutnya, menikmati setiap rasa yang begitu khas di lidahnya, menurutnya ini nasi goreng ala bintang lima yang pernah ia coba.

Baru setelah nasi di piringnya habis ludes licin tak tersisa, ia baru mengangkat wajahnya.

membuat semua mata yang ada di meja makan itu menatap kearah piring bekas makannya.

"Bushet Bang, Abang laper banget yah, makan sampe licin gitu", sambar si bungsu Raka.

Tak bisa dielakkan lagi satu cubitan mendarat manis di pinggang sang bocah, Sisil mencubit adiknya agar berhenti berceloteh.

"Nasi gorengnya enak Boy",

Lalu Ryan tersenyum manis ke arah adik sepupu bontotnya itu.

"Biasa aja kok bang, cuman nasi goreng kayak begini Raka juga bisa" sambungnya.

"Gadis kecil, ayo aku antar ke sekolahmu"

Ucapnya lalu melenggang pergi ke kamar mengambil Handphone dan kunci mobilnya.

Sedang yang diajak masih duduk bengong, dengan tatapan kosong, sampai Sisil mengguncang bahu sang kakak

"kak, katanya mau ke sekolah, tuh Kak Ryan udah di depan nungguin".

Dengan langkah kecil dia berjalan menuju ke mobil suaminya, dia duduk di sisi Ryan, tanpa kata, ya dalam mode diamnya.

Setelah hampir satu jam perjalanan akhirnya mereka sampai, berbicara hanya ketika Ryan menanyakan alamat sekolahnya.

"Kak tunggu disini dulu yah, aku cuma bentaran aja".

Rena keluar dari mobil dan berlari kecil menuju ruang kepala sekolah.

Sedangkan Ryan duduk di dalam mobil sambil memperhatikan sekelilingnya...

kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya, menambah pesona ketampanannya.

15 menit berlalu Ryan mulai bosan, dia memutuskan turun dan menuju sebuah bangku di bawah pohon yang rindang, "Ahh lama sekali gadis kecil itu" ujarnya.

Lalu dari kejauhan dia melihat sosok istrinya berjalan dengan seorang temannya, ya itu Mita, mereka berjalan ke arah Ryan.

"Sudah selesai?"

tanya Ryan.

Zerena yang ditanya cuma mengangguk lalu tertunduk.

Tapi Rena tak menyadari kalo Mita masih bersamanya, Mita melongo melihat pria tampan di depannya, sangat sempurna pikirnya, wajah yg tampan, tinggi, dan jangan lupa kacamata hitam yang bertengger di hidungnya menambah poinnya.

Dengan cepat dia maju ke depan, mode genitnya meronta ronta dan memaksa. untuk menyapa suami sahabatnya.

"Hai kak aku Mita, teman sekolahnya lahnya Rena,

mmm boleh tahu kakak siapa, dan hubungannya dengan Rena apa?"

Mita bertanya panjang lebar dengan tak tahu malunya ia meraih tangan Ryan dan menggenggamnya.

Ryan sampai melotot dan menghempaskan tangannya, dia berdiri mode dinginnya On, menyeruak, membuat siapapun yang melihatnya bergidik ngeri.

"Jangan berani menyentuhku bocah, kalau masih ingin memiliki tangan", ucapnya menyeramkan.

Mita sampai gemetar dibuatnya perlahan mundur dan bersembunyi di balik punggung Zerena.

"Ren, aku takut", ucapnya ketakutan.

"Makanya jadi cewek jangan genit",

ucap Zeren menutup mulutnya menahan tawa yang hampir meledak.

Dari kejauhan nampak Alvin berlari lari kecil menghampiri Zerena dan Mita, tersenyum sumringah, tanpa menoleh melihat pria di depannya, dia langsung memeluk Zerena, membuat jantung Zerena hampir copot saking kagetnya.

Tak kalah dengan Ryan matanya membulat sempurna melihat anak muda di depannya memeluk istri kecilnya.

"Hmhmhmh", suara baritonnya membahana membuat Alvin terlonjat kaget mendengar suara pria jangkung di depannya.

"Rena itu siapa?" ucap Alvin tanya Alvin setengah berbisik.

Zerena terdiam menatap Ryan entah mau menjawab apa, sedangkan kedua temannya masih menatap ke arah Zerena menunggu jawaban dari mulut Zerena.

"Apa Zerena tak pernah mengatakan pada kalian?", kata Ryan.

Mereka berdua menggeleng.

"Biar kukatakan pada kalian, Zerena adalah istriku jadi jangan coba coba menyentuh kulitnya sedikitpun, atau nama kalian tidak akan pernah terdaftar di perguruan tinggi manapun", pungkasnya.

Mita sampai melompat karena kagetnya, dia menatap Zerena meminta penjelasan.

"Ren, kok kamu nggak ngomong sama aku kalau kamu mau nikah, kenapa nggak ngomong sama aku, kenapa nggak ngundang aku Ren?"

"Aku, aku aku nggak tau Mit, aku juga nggak mau ini semua terjadi, kalian jangan mojokin aku dong, aku capek tau nggak, kalian cuma bisa marah tapi nggak pernah tau perasaan aku, karena kalian semua itu egois"

Bentak Zerena lalu berlalu pergi meninggalkan ketiga orang itu yang termangu di tempatnya masing masing.

Zerena menyetop taxi saat sudah berada di luar sekolah, naik ke dalam taxi dan menyuruh supir mengantarnya pulang ke rumah, di dalam taxi dia terus menangis, menangisi hidupnya yang sangat mengenaskan menurutnya.

Saat sampai di depan pintu gerbang, setelah membayar taxi dia terus berlari masuk ke dalam rumah, kebetulan semua anggota keluarganya sedang berkumpul di belakang taman, jadi dia leluasa masuk ke kamarnya tanpa harus menjawab setiap pertanyaan orang orang itu.

Tak lama kemudian, mobil Ryan juga telah sampai, dia bergegas masuk ke dalam rumah dan mencari keberadaan istrinya.

ekor matanya terus menyusuri sudut rumah besar itu, tapi tak menemukan yang dia cari.

Akhirnya dia berinisiatif ke kamar, mungkin istrinya ada di sana, dan benar saja Rena sedang tidur dengan mata sembab pipinya masih basah oleh air mata.

Badannya tengkurap dan kepalanya miring ke kanan, pastinya dijamin dehh kalau bangun badannya pada pegel pegel semua tuhhhhh.

Dengan pelan pelan Ryan, membalikkan tubuh Zerena, dan menyelimuti seluruh tubuhnya.

dia tahu gadis ini sangat tertekan dengan pernikahan ini.

"Maafkan aku gadis kecil, kalau sikapku membuatmu terluka atau malu, aku hanya mencoba melindungimu

Bagaimanapun juga kamu itu sepupu aku, sewajarnya aku lindungi kamu", desahnya.

Dia lalu menuju sebuah sofa yang ada di kamar itu, mengambil laptopnya dan mengecek pekerjaannya, setelah hampir tiga jam mengutak atik laptopnya akhirnya pekerjaannya selesai juga.

Dilihatnya jam tangannya, setelah merapikan semuanya dia mengambil handuk dan menuju kamar mandi.

"Ternyata sudah sore",

gumamnya,

diapun mandi sambil berendam, menikmati dinginnya air menusuk rongga rongga kulitnya.

Setelah hampir lima belas menit kemudian iapun menyelesaikan ritual mandinya, keluar dari kamar mandi, dilihatnya Zerena masih setia bergelung di alam mimpinya.Dia memilih memakai kaos berwarna putih dan celana pendek hitam, menambah ketampanan yang semakin terpancar.

perlahan didekatinya Zerena, digoyang goyang nya lengan perlahan, sambil memanggilnya

"gadis kecil, gadis kecil, hai gadis kecil, banguunnn...

Sudah sore sebaiknya bangun dulu., nanti dilanjutin lagi tidurnya kalau udah malam, Perlahan Zerena membuka mata sambil menyipitkannya, mmmhhhhh dia meregangkan otot ototnya.

perlahan diapun terbangun mengambil handuk dan berjalan menuju kamar mandi, karena rasa kantuknya seperti tak bisa dilawannya, makanya kepalanya langsung disiramnya memakai shower.

Tak seberapa lama Zerena keluar, kepalanya melongok kesana kemari mencari keberadaan es balok itu. "Huffffh sepertinya dia sudah keluar, ya sudah aku pake baju dulu, setelah itu turun ke bawah.