Chereads / Suamiku Kakak sepupuku / Chapter 8 - Tujuh

Chapter 8 - Tujuh

Ryan berjalan ke arah lemari untuk mencari pakaiannya, karena dia tahu pasti pelayan sudah memasukkan semua pakaiannya ke dalam lemari, sejenak dia memperhatikan karena ada dua lemari di kamar itu, lemari tinggi dan besar berwarna pink, sedangkan yang satunya lemari putih silver ukuran sedang. dia yakin pakaiannya pasti di lemari berwarna silver.

Benar saja, setelah dibuka tampak pakaiannya tersusun rapi disana, dia mengambil kaos dan celana bola kesukaannya. dipakainya, dan dihempaskannya badannya di sisi kasur yang masih kosong.

Semua lengang, hanya terdengar suara napas mereka yang berhembus teratur, melepas semua kepenatannya hari ini.

Sementara di luar sana, dua Wanita cantik yang menolak tua tampak mengendap endap mendekati kamar pengantin baru itu.

jangan lupakan ultimatumnya yang mengatakan semua harus istirahat, tapi nyatanya mereka yang melanggar kata katanya sendiri.

Sesampai di depan pintu mereka saling berpandangan, lalu saling melempar senyum, kemudian mengangkat telunjuk ke bibir masing masing, berikutnya mereka mendekatkan telinganya ke daun pintu, tapi tak ada suara apapun yang mereka dengarkan.

Rasa keponya semakin tinggi, memaksanya memutar handle pintu, dan ternyata...

pintu tak terkunci, perlahan mereka membuka pelan pintu kamar, dan alhasil mereka melihat dua manusia tidur saling membelakangi, dengan pakaian yang masih rapi dan selimut yang selimut yang berbeda.

Mereka menarik napas panjang, raut kecewa tampak jelas di wajah kedua wanita cantik itu, pupus harapan mereka malam ini untuk mendapatkan cucu.

Mereka kembali menutup pintu dan turun ke bawah ke kamar masing masing, yahh mereka memang memilih tidur di kamar bawah, agar lebih mudah mengontrol anak anaknya.

Zerena menggeliat, dengan sedikit dipaksakan dia berusaha membuka matanya, "ahh udah pagi, apa kabar tanaman tanamanku, mereka udah lama nggak ketemu sama aku.

Tapi alangkah terkejutnya saat dia menoleh ke samping dilihatnya wajah tampan sedang lelap dalam tidurnya, deg degan Zerena memeriksa setiap detail pakaiannya.

"Aman", pikir nya.

Diambilnya pakaiannya di lemari, dan handuknya lalu masuk ke dalam kamar mandi.

dia menyelesaikan ritual mandinya, memakai pakaiannya lalu keluar dari kamar mandi.

Dilihatnya suaminya masih lelap di alam bawa sadarnya, diapun berjalan kearah meja rias, sedikit memakai rangkaian skincare favoritnya, dan memakai sedikit bedak tabur di wajahnya.

lalu memakai liptint Warda nude favoritnya, dan jangan pernah lupa dengan eyeliner di bawah mata, ritual kebangsaan Zerena.

Eyeliner bawa mata adalah ritual pertama Zerena, saat pertama belajar memakai make up. sempurna benar benar cantik siapapun yang melihatnya.

Mata gelapnya semakin cantik, memancar di pagi hari. dia berlalu menuju taman belakang rumahnya, dia tak melihat penghuni rumah yang terbangun selain para pelayan.

Di sana dia kembali menyirami seluruh tanaman hiasnya, membersihkan dan menyianginya.

pekerjaannya telah selesai tapi tak ada tanda tanda kalau orang tua, mertua dan suami serta adik adiknya sudah terbangun.

dia melangkah menuju ayunan rotan yg terletak di bawah pohon beringin berukuran sedang yg telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga membentuk pohon yang cantik dan menarik, ini termasuk tanaman hias Favoritnya, setelah Aglonema.

Disana dia berayun sambil melamun, memikirkan masa depannya yang menurut hematnya tak berarah.

dia tak bisa kuliah seperti teman temanya yang lain.

bahkan ijazahnya saja belumlah keluar tapi ia sudah menikah, sungguh sangat tragis.

Ditatapnya jam tangannya, ternyata sudah jam 8.15.

ia melangkah masuk ke ruang makan, terlihat si bibi sedang menata makanan di meja makan.

Bi...

Iyya non, jawab sang bibi.

"saya lapar bi" ucapnya dengan sopan pada si bibi. tanpa menunggu yang lain bangun dia ingin makan, perutnya keroncongan setelah beraktivitas dari pagi pagi buta.

tapi gerakannya terhenti karena tak mendapati makanan yang ingin dia makan.

"Bi, aku nggak selera dengan makanan ini, aku bikin nasi goreng ya", lanjutnya.

"biar bibi aja non, non duduk aja disini bibi buatin buat non", ucap sang bibi tak rela putri majikannya itu masuk ke dapur dan mengolah makanannya sendiri.

Menurutnya cukup tanaman hiasnya yang dia urus sendiri, itupun atas permintaan Zerena sendiri dan setelah mendapat persetujuan Tuan dan nyonya besar.

"Nggak bi, Rena pengen makan nasi goreng bikinan Rena sendiri, bibi nggak khawatir Rena nggak akan ngerusak dapur kesayangan bibi kok", selorohnya sambil berdiri menuju dapur.

Satu persatu penghuni rumah mulai bermunculan Papa Roy dan istrinya, Papa Andre dan istri, Ketiga anak anak yang berubah menjadi pendiam sejak kedatangan Mama Vera, dan tak lupa sang pria es balok.

"Eeemmmm Yan, Rena mana kok nggak keliatan?", tanya Mama Sinta.

yang ditanya jadi bingung sendiri soalnya sejak bangun ia tak pernah melihat batang hidung sang istri.

"Nggak tau ma, waktu bangun udah nggak keliatan", ucapnya simple dan jelas.

"Hmm nyonya, non Rena ada di dapur katanya mau makan nasi goreng buatannya sendiri,

tadi pagi pagi buta dia juga membersihkan kebun belakang dan menyirami tanamannya".

"Tapi saya sudah mencegahnya nyonya, tapi non Rena bersikeras mengerjakan semua sendiri, saya minta maaf nyonya" kata sang bibi tertunduk takut

"Nggak apa apa kok bi, Rena kan dari dulu seperti itu, bibi panggil Renanya kalau udah selesai suruh kesini makan bersama ya bi".

"Baik nyonya",

dengan segera bibi ke dapur mencari Rena, jarak ruang makan dan dapur memang searah tapi, dapur memiliki dinding pembatas dan kedap suara, jadi apapun yang dilakukan Rena disana nggak bakalan kedengaran oleh orang lain di luar.

"Non kata nyonya ke meja makan kalau udah selesai".

"ok bi".

Rena tersenyum manis saat melihat nasi goreng buatannya sendiri.

"sempurna", gumamnya..

Ia lalu melangkah keluar menuju meja makan dimana seluruh anggota keluarganya berkumpul di sana.

Sambil menenteng nasi goreng buatannya, dan menaruhnya diatas meja. silahkan dan selamat makan, ucapnya tersenyum manis.

Semua makan dengan lahap nasi goreng buatan Zerena, jangan ditanya soal rasa, karena rasanya pasti lebih enak dari nasi goreng biasa kita temukan di warung warung.

"Oh iya Ren, kapan kapan ajarin mama ya resep nasi goreng kamu, habisnya enak banget ini rasanya,

mama sampe lupa kenyang ini Renn",

ujar mama Vera sambil memasukkan sendok demi sendok nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Iya Ma, lagian ini nggak pake resep apa apa, bahannya seadanya di dapur aja".

jawabnya tertunduk malu.

Ma pa, Rena ijin ke Sekolah ya mau ngambil ijazah, boleh ya"

ucapnya meminta ijin pada orang tuanya.

"Sayang, kamu itu udah nikah udah bukan tanggung jawab kami lagi, ijinnya sama suami kamu, bukan sama mama lagi",

Mama Sinta menimpali sambil melirik Ryan.